Director General TETO Surabaya, Isaac Chiu Menulis Artikel Kepada Media di Indonesia Menyerukan Semua Lapisan Masyarakat di Indonesia Mendukung Partisipasi Taiwan Dalam Majelis Kesehatan Dunia (WHA)
Director General TETO Surabaya, Isaac Chiu menulis artikel berjudul “Taiwan meminta dukungan Indonesia untuk bergabung dalam WHO/WHA dan “Perjanjian Pandemi” ke surat kabar berbahasa Indonesia di Jawa Timur, Surya, teks lengkapnya diterbitkan pada 23 April.
Director General Isaac Chiu dalam artikelnya menyatakan bahwa WHA ke-77 akan diadakan mulai 27 Mei hingga 1 Juni. Negara-negara akan membahas dan menyelesaikan “Perjanjian Pandemi” pada konferensi tahun ini untuk memandu dan mengoordinasikan seluruh upaya internasional dalam mencegah, mempersiapkan dan melawan wabah pandemi di masa depan. Kami akan menetapkan tonggak sejarah terkait kesehatan seluruh umat manusia. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengakhiri keadaan darurat COVID-19 pada tahun 2023, namun apakah Desa Global siap menghadapi krisis kesehatan masyarakat berikutnya? Baik Taiwan maupun Indonesia, semua negara telah mendapatkan pengalaman dan pelajarandari pandemi COVID-19. Namun, dalam menghadapi gelombang pandemi berikutnya, negara-negara harus bersatu dan bekerja sama, jika tidak maka negara-negara tersebut tidak akan mampu meresponsnya. Namun Taiwan telah dikecualikan dari jaringan WHO karena faktor politik yang tidak masuk akal. Jika Taiwan berpartisipasi dan berkontribusi, hal itu akan membuat sistem pencegahan pandemic WHO menjadi lebih sempurna.
Director General Isaac Chiu dalam artikelnya menunjukkan bahwa hak asasi kesehatan universal adalah tujuan WHO. Namun, hak kesehatan 23 juta penduduk Taiwan telah diabaikan oleh WHO karena faktor politik, sehingga menimbulkan celah dalam pencegahan pandemi global. Dunia berkomitmen untuk membangun jaringan pencegahan pandemi yang lengkap, sehingga perlu untuk membangun membangun platform kerja sama berdasarkan “Perjanjian Pandemi” untuk mengoordinasikan setiap anggota komunitas internasional untuk melakukan bagian mereka, dan Taiwan tidak boleh dikecualikan. Dalam menghadapi pandemi COVID-19, Taiwan tidak hanya memenuhi tanggung jawab dan kewajibannya sebagai anggota komunitas internasional, namun juga berupaya keras membantu negara-negara sahabat lainnya. Setelah pandemi, perusahaan vaksin kelas atas Taiwan tanpa pamrih mengesahkan teknologi vaksin pneumonia Wuhan miliknya untuk digunakan oleh WHO dan badan PBB terkait, meskipun Taiwan masih belum bisa diterima oleh kedua organisasi internasional tersebut. Taiwan secara aktif menganut dan mempromosikan keyakinan akan hak asasi manusia terhadap kesehatan. Sejak tahun 2018, Taiwan telah berulang kali menerima nilai tinggi dalam indeks layanan kesehatan global yang diterbitkan oleh NUMBEO, menduduki peringkat pertama di dunia selama enam tahun berturut-turut kesehatan di dunia pada tahun 2023.
Director General Isaac Chiu juga menyebutkan dalam artikelnya bahwa 350.000 masyarakat Indonesia di Taiwan juga telah memperoleh manfaat dari sistem layanan kesehatan Taiwan yang berkualitas tinggi untuk menjaga kesehatan fisik dan mental pribadi mereka. Baik pekerja migran Indonesia, pelajar, pebisnis, maupun pengantin asing. mereka semua adalah teman baik dan kerabat orang Taiwan. Kebijakan “satu negara, satu pusat” Taiwan menunjuk pusat kesehatannya untuk terhubung dengan negara-negara Asia Tenggara, termasuk Indonesia, untuk bersama-sama memajukan layanan medis, teknologi, dan penelitian melalui tindakan nyata. “Taiwan can help and is helping” sama sekali bukan sebuah slogan, namun sedang dilakukan dan menjadi sebuah cerita bagus yang layak untuk diceritakan.
Director General Isaac Chiu akhirnya menekankan bahwa pengecualian Taiwan yang disengaja oleh WHO menyoroti ketidakadilan dan diskriminasi internasional. Taiwan meminta WHO untuk menunjukkan profesionalisme dan netralitas, tidak menyerah pada campur tangan politik, dan menerima keanggotaan Taiwan. Taiwan dengan tegas menyerukan kepada semua lapisan masyarakat di Indonesia untuk mendukung partisipasi Taiwan dalam WHA dan WHO, sehingga dapat bersama-sama menyumbangkan pengalaman dan teknologi yang berharga untuk tujuan medis dan kesehatan global, dan menciptakan desa global yang lebih baik untuk generasi berikutnya.