Kembali ke konten utama
Kereta THSR Menggapai Momen Sekilas Cahaya
2018-02-05

Kereta api berkecepatan tinggi memperpendek jarak antara Selatan dan Utara.

 

Kereta api berkecepatan tinggi memperpendek jarak antara Selatan dan Utara. Penumpang yang sibuk bepergian sempat berhenti sejenak di satu ruang, meninggalkan kesan dan memori indah yang lenyap di sekejap mata.

Dari stasiun ke stasiun, penumpang berganti ruangan, mengubah suasana hati. Tidak ada yang tahu pemandangan apa yang bisa dinikmati di stasiun berikutnya, tapi perubahannya selalu diantisipasi.

 

Penumpang yang sibuk bepergian sempat berhenti sejenak di satu ruang, meninggalkan kesan dan memori indah yang lenyap di sekejap mata.

Kereta Api Berkecepatan Tinggi Taiwan (Taiwan High Speed Rail, THSR) mulai beroperasi pada 2007, memperpendek waktu perjalanan yang dibutuhkan untuk bepergian antar kota dan kabupaten yang digabungkan secara vertikal di Taiwan barat. Kemudahan yang didatangkan dari perjalanan yang nyaman serta arsitektur stasiun yang modern telah membuka mata imajinasi rakyat terhadap transportasi umum.

THSR yang awalnya hanya memiliki stasiun di Taipei, Taoyuan, Hsinchu, Taichung, Chiayi, Tainan dan Kaohsiung, menambah tiga stasiun lagi di Miaoli, Changhua dan Yunlin pada 1 Desember 2015, selanjutnya menghemat jam perjalanan penumpang. Selain itu, bangunan stasiun-stasiun baru ini tidak lagi hanya menegaskan tema kecepatan atau fungsi stasiun lain, juga mengintegrasikan konsep pelestarian lingkungan, bangunan hijau dan keunikan daerah untuk mendekatkan jarak manusia dan lingkungan alam, sebagaimana ideologi “Be There” yang ditaati THSR.

Ekspansi Estetika

Menikmati Ringkasan Taiwan

Wakil Menteri Kebudayaan Yang Tzu-pao selalu dengan teliti menikmati perubahan pemandangan sepanjang perjalanan di atas THSR. Setelah melewati Stasiun Banqiao, pemandangan dataran, kolam, sawah dan ladang, semuanya bisa dinikmati dalam waktu singkat. (Foto: Lin Min-hsuan)Wakil Menteri Kebudayaan Yang Tzu-pao selalu dengan teliti menikmati perubahan pemandangan sepanjang perjalanan di atas THSR. Setelah melewati Stasiun Banqiao, pemandangan dataran, kolam, sawah dan ladang, semuanya bisa dinikmati dalam waktu singkat. (Foto: Lin Min-hsuan)

Yang Tzu-pao, mantan perwakilan Taiwan untuk Perancis yang sekarang menjabat sebagai Wakil Menteri Kebudayaan, bisa berpanjang lebar jika membicarakan “Perjalanan pemandangan bermakna” sepanjang jalan THSR.

Setelah keluar dari rel bagian bawah tanah stasiun Taipei dan Banqiao di Kota New Taipei, perubahan pemandangan mulai bermunculan. Pertama-tama, bisa terlihat banyak kolam besar dan kecil setelah melewati Taoyuan, kemudian saat mendekati kota teknologi Hsinchu kita bisa menemukan perbedaan menyolok antara daerah pedesaan dan perkotaan. Usai menerobos terowongan, kita akan memasuki daerah pegunungan yang dipenuhi sawah dan ladang hijau, yang akan berubah lagi menjadi dataran luas penuh dengan rumput hijau dan langit biru setelah melewati stasiun Taichung; dan setelah melintasi Garis Balik Utara di Dataran Jianan, kita akan tiba di Taiwan selatan.

Selain perubahan pemandangan, perubahan cuaca sepanjang jalan juga sangat besar. Inilah mengapa Yang Tzu-bao selalu merekomendasikan THSR kepada tamu asing yang jadwalnya padat. “Keindahan Taiwan bisa ‘diringkas’ dalam perjalanan tidak sampai dua jam,” katanya.

Tidak hanya pemandangan di luar jendela saja yang beragam, desain stasiun pun memberikan nuansa hati yang berlainan. Bagi Yang Tzu-bao, aspek-aspek arsitektur seperti dinding, permukaan pilar, kerangka baja dan tirai kaca memiliki daya tarik tersendiri.

Ini terlihat jelas dari desain arsitektur di tiga stasiun baru, memanfaatkan waktu singkat saat kereta berhenti di stasiun-stasiun ini, kita bisa menikmati perubahan lansekap cahaya dan bayangan internalnya melalui tirai kaca yang sengaja dirancang agar para penumpang bisa menangkap momen yang bisa mengekspansi estetika sensoriknya.

Stasiun Hijau yang Bernafas

Menampilkan Semangat Hakka

Malam hari, lampu dinyalakan di dalam Stasiun Changhua. Dari luar bangunan, bayangan dalam ruangan tampak jelas melalui dinding jendela berukuran besar.Malam hari, lampu dinyalakan di dalam Stasiun Changhua. Dari luar bangunan, bayangan dalam ruangan tampak jelas melalui dinding jendela berukuran besar.

Setelah mendesain Stasiun THSR Wuri di Taichung, arsitek utama HOY Architects & Associates Charles Hsueh kembali menerima tawaran untuk merancang Stasiun Miaoli. Miaoli adalah daerah yang didominasi suku Hakka, maka bagaimana menginterpretasi semangat Hakka menjadi pertimbangan utama Hsueh pada saat merancang cetakan biru untuk desainnya. Hsueh menyandang sebagai orang Hakka, meneliti ulang banyak sketsa desain, antara lain meneruskan konsep desain Stasiun Taichung dan menggunakan simbol “Sekoci” (shuttle) dalam mesin jahit untuk menampilkan unsur kecepatan THSR dan fungsinya sebagai stasiun penggabung selatan dan utara.

Tim desain kemudian bersepakat bahwa kecepatan bukan lagi keunikan setelah THSR beroperasi sepuluh tahun, dan setuju bahwa unsur fungsional yang dulu diutamakan dalam arsitektur harus direvisi pada saat dunia menghadapi perubahan iklim. Hsueh sekarang berpendapat, suatu bangunan harus harmonis dengan alam.

Mengkoordinasikan pengalaman arsitektur hijau sepanjang sepuluh tahun, tim desain akhirnya mampu melompat keluar dari kerangka “stasiun,” untuk pertama kali mengadopsi konsep “Kulit Pintar” (Smart Skin), mendesain sebuah stasiun yang bisa mensirkulasi udara secara alamiah, bagaikan bisa “bernafas.”

Menggunakan data hasil analisis sudut sinar matahari Kota Houlong, Kabupaten Miaoli, tim desain mengetahui bahwa atap dan bagian selatan adalah lokasi di mana matahari paling terik, maka memasang panel solar di atap bangunan yang tidak hanya bisa menghasilkan tenaga listrik, juga berfungsi sebagai penahan terik matahari.

Taman pemandangan di depan stasiun yang berkemampuan mendaur ulang air hujan, juga adalah taman ekologi yang pada prinsipnya ditanami tumbuhan lokal. Taman itu juga berfungsi mengatur suhu angin sehingga suhu bangunan bisa dengan cepat direndahkan dan menghasilkan efek menghemat energi.

Dilihat dari atas, penggunaan pilar tunggal dan lapisan papan di atap Stasiun Yunlin menampilkan desain “Menembus bayangan” dari arsitek Kris Yao.Dilihat dari atas, penggunaan pilar tunggal dan lapisan papan di atap Stasiun Yunlin menampilkan desain “Menembus bayangan” dari arsitek Kris Yao.

Kubah kaca di trotoar luar gedung khusus dirancang dengan desain bunga dan daun Tung. Di bawah sinar matahari, seseorang yang melintasi trotoar tersebut akan merasa bagaikan berjalan di bawah pohon Tung yang rindang menjadi salah satu pemandangan unik di daerah Miaoli.

Arus penumpang di lobi stasiun sangat lancar. Lift dan elevator menuju platform, yang terpanjang diantara 12 stasiun THSR di Taiwan, terlihat jelas dari pintu masuk. Papan petunjuk jalan memberi arah yang jelas, tapi penumpang sebenarnya tidak begitu membutuhkannya karena hanya perlu menelusuri jalan “Cahaya” yang khusus dirancang bersamaan dengan kaca patri yang bisa mencegah eksposur kaum wanita. Bangunan umum seharusnya dirancang dengan papan petunjuk minimum. Melalui desain dengan ruang yang mudah diidentifikasi, jelas Charles Hsueh, penumpang akan bisa menikmati pengalaman perjalanan lebih nyaman dan mengesankan.

Setelah selesai dikonstruksi, Stasiun Miaoli tidak hanya meraih pujian warga lokal yang setuju bahwa desainnya telah menampilkan semangat Hakka, juga memenangkan hadiah Label Bangunan Hijau tingkat Berlian 1.

Paduan Surealistis dan Ilusi

Penumpang melintasi trotoar di depan Stasiun Yunlin, mengubah suasana hati sebelum berangkat ke stasiun berikutnya.Penumpang melintasi trotoar di depan Stasiun Yunlin, mengubah suasana hati sebelum berangkat ke stasiun berikutnya.

Kris Yao, pendiri KRIS YAO/ARTECH yang sebelumnya menangani desain Stasiun Hsinchu, menerima proyek mendesain Stasiun Yunlin dan Changhua. Yao pernah mempelajari sinematografi di Amerika dan suka memakai teknik “Split screen” untuk mengimajinasi dimensi ruangan. Dia menemukan adanya rasa keterasingan dan ketidakstabilan dalam hati setiap penumpang ketika melintasi stasiun, maka berharap bisa membangun suatu “Adegan” yang dapat menyentuh hati dan jiwa mereka.

 “Adegan” bisa mempengaruhi atau membangkitkan kesadaran manusia terhadap lingkungan, meraih pengakuan dari warga lokal dan ketergantungan dari penumpang yang lewat, juga menjadikan stasiun baru sebagai suatu simbol yang bisa melambangkan masa depan atau visi baru penduduk setempat.

Changhua dikenal sebagai pusat distribusi bunga Taiwan, maka Stasiun Changhua lazim menggunakan pola bunga sebagai tema utama, dengan tumbuhan hijau yang dirancang sehingga meluas ke ladang tani di luarnya, ditambah dengan percikan terang lampu tampak sureal bagaikan adegan dalam film. Pada tahun 2016, bangunan ini meraih “Hadiah Pilihan Publik” untuk kategori stasiun kereta dalam lomba “Arsitektur A+” yang disponsori Architizer Amerika Serikat.

Tim desain meminjam pilar yang melengkung yang memanjang hingga atap rumah untuk menyimbolkan bunga, menggunakan pola segitiga untuk melambangkan bunga yang berkemaran ke arah utara. Ini selain bisa mengelak sinar langsung dari matahari, juga menciptakan pemandangan penuh perubahan ketika cahaya alamiah terpencar masuk dan menyinari pilar bunga dari berbagai sudut.

Menurut Kris Yao, yang paling menarik dari pilar bunga ini adalah dimensi ruangan yang diciptakannya, yang selain bisa mengobstruksi penglihatan, juga membedakannya dari kesan monoton dari pilar biasa berbentuk bundar atau persegi. Untuk itu, Yao sengaja merancang pilar ini sehingga berbentuk daun bunga berwarna putih dengan bentuk kecil di bawah besar di atas. Dengan demikian, tidak hanya masalah obstruksi penglihatan bisa diatasi, juga menambah jangkauan penglihatan dan memperkaya perubahan pemandangan untuk setiap orang yang lewat.

Bagi penumpang dari selatan, rasa bingung akan makna dari pola segitiga di atap stasiun akan segera hilang setelah turun ke lantai satu melalui elevator. Bentuk segitiga ini diperpanjang hingga ke pilar di bawahnya dan tercermin di lantai yang mengkilat. Oh, rupa-rupanya ini adalah sekuntum “Bunga.”

Langit-langit yang dicat dengan warna biru membuat penumpang merasa sejuk dan tenang, sementara tanaman hijau yang bisa dilihat melalui jendela kaca di sekeliling stasiun membuat orang bersantai dan sulit membedakan apakah sekarang berada di dalam atau luar bangunan.

Pemandangan saat melangkah keluar dari pintu stasiun segera meluas ke simbol abstrak yang melambangkan huruf Mandarin “Sawah,” mencerminkan pemandangan sawah padi menakjubkan di Desa Tianzhong yang pernah disebut sebagai salah satu dari delapan pemandangan unik Changhua. Malam hari, sorotan lampu mentransformasi bagian outdoor Stasiun Changhua menjadi bagaikan suatu rumah kaca surealistis, membawa setiap penumpang memasuki fantasi film untuk mengeksplorasi masa depan. Drama yang ditampilkan adegan-adegan yang sama sekali tidak berulang-ulang inilah yang paling disukai Kris Yao.

Pilar dan Kemiringan

Berikan Ritme Cahaya & Bayangan Yunlin

Desain rimba pilar Stasiun Yunlin di malam hari membentuk pemandangan yang tidak kalah menarik dibandingkan perubahan cahaya dan bayangan yang ditampilkan pada siang hari.Desain rimba pilar Stasiun Yunlin di malam hari membentuk pemandangan yang tidak kalah menarik dibandingkan perubahan cahaya dan bayangan yang ditampilkan pada siang hari.

Kontras dengan pola bunga di Stasiun Changhua, desain Stasiun Yunlin menggunakan pilar berbentuk sama dan sederhana untuk menciptakan motif abstrak dan tak berulang-ulang. Kris Yao menerangkan, konsep awalnya adalah memakai elemen repetitif dan “Kemiringan” untuk menciptakan ilusi kontinuitas dan keteraturan, bagaikan notes musik yang disusun rapi dan mengalunkan melodi mengharukan.

Lembaran papan di atap bangunan disusun menurun secara berlapis-lapis, meninggalkan celah bagi sinar matahari untuk masuk dan membentuk “Bayangan.” Kombinasi cahaya dan bayangan yang berubah terus dari waktu ke waktu inilah yang membuat elemen konstruksi repetitif mampu menciptakan adegan variatif.

Kris Yao mengemukakan, “Bangunan adalah benda mati. Kita menggunakan perubahan sinar matahari untuk menciptakan ritme antara bangunan dan visual. Bukankah ini bagaikan mencerminkan transformasi lingkungan alam ke ruang ini?” Ditilik lebih mendalam lagi, ini adalah perubahan alamiah yang ditampilkan di ruangan berdisiplin tanpa menggunakan trik, juga suatu cerita untuk mengilusikan cahaya dan bayangan melalui elemen arsitektur yang konkrit. Pamflet perkenalan stasiun menggunakan “Cahaya dan Bayangan Yunlin” untuk melukiskan Stasiun Yunlin. Kris Yao sepenuhnya setuju dengan deskripsi tersebut.

THSR memperpendek jarak selatan dan utara, meringkas pemandangan Taiwan, memurnikan pikiran di tengah perjalanan dan memberi warna pada bayangan dan pemandangan yang sejenak di jendela kereta.