Kembali ke konten utama
Konektivitas Jalan Raya Pertemuan Humanitas
2018-02-08

Saat MRT dan sepeda menjadi trend baru transportasi umum, jalan raya masih tetap bersahaja dengan kesederhanaannya.

 

Saat MRT dan sepeda menjadi trend baru transportasi umum, jalan raya masih tetap bersahaja dengan kesederhanaannya. Ketika kereta api dan Kereta Berkecepatan Tinggi Taiwan (THSR) bersaing kecepatan, jalan raya tetap memadati bahkan mengapai hingga ke gunung, desa dan seluruh sudut pelosok Taiwan. Jalan raya yang pernah menjadi urat nadi perekonomian Taiwan, kini kerap terabaikan. Di tengah derap langkah kehidupan yang penuh dengan kesibukan, marilah berhenti sejenak, merenungkan bagaimana awal mula setiap jalan r menghantar keinginan hati manusia untuk tiba hingga tempat tujuan yang nun jauh di sana, agar wisatawan dapat bertamasya menikmati perjalanan dengan ritme kecepatan yang menyenangkan.

 

SD dan SMP Lishan letaknya terpencil di distrik Hoping, Kota Taichung, sangat sulit mendapatkan sumber budaya, tidak seperti di kawasan kota besar.SD dan SMP Lishan letaknya terpencil di distrik Hoping, Kota Taichung, sangat sulit mendapatkan sumber budaya, tidak seperti di kawasan kota besar.

Sebulan sekali mobil perpustakaan keliling Perpustakaan Taichung cabang Shigang menelusuri jalan membawa buku-bukunya ke SD dan SMP Lishan dan SD Pingdeng.

Saat mobil berhenti, anak-anak segera menyerbu samping mobil perpustakaan keliling,  menanti sampai petugas perpustakaan menekan tombol dan layaknya seperti transformer, mobil berubah menjadi perpustakaan kecil, “Ini adalah saat yang dinantikan anak-anak”, demikian ujar Liu Yi-ying, petugas perpustakaan Shigang.

Membawa Dunia Hingga Pelosok Desa

Kawasan Lishan, Taichung berada diketinggian 2000 meter, merupakan desa dataran tinggi penghasil sayur dan buah-buahan penting Taiwan, sejak robohnya ruas jalan kawasan Guguan dan Deji jalan raya Zhongheng akibat gempa dashyat 21 September 1999, memutuskan jalan singkat yang biasanya digunakan penduduk Desa Lishan menuju ke kota, mereka terpaksa harus memutar ke jalan raya Yilan (Jalur 7A)  mengarah ke jalan Zhongheng (Jalur 7A) atau mengarah selatan menggunakan jalur 14A melalui Wushe dan Puli, hingga tahun 2012 setelah Zhongheng selesai diperbaiki baru jalur ini kembali dibuka.

Membawa Dunia Hingga Pelosok Desa

Tahun 2012 juga merupakan tahun dimana Perpustakaan Taichung mulai menggerakan perpustakaan keliling sampai ke Lishan. Karena tempat ini adalah tempat terpencil sehingga tidak mudah mendapatkan sumber daya budaya seperti di kota, untuk itulah perpustakaan ini berinisiatif menyampaikan buku-bukunya ke tangan anak-anak yang tinggal di pegunungan, berharap dapat membuka jendela wawasan dunia bagi mereka.

Yang mengemudikan mobil perpustakaan keliling Perpustakaan Taichung cabang Shigang adalah seorang gadis berusia 28 tahun bernama Xiao Yi-ting, semua terkejut begitu mendengar ia mengendarai mobil “Transformer” manual berbobot 3,5 ton, dan setiap kali menempuh perjalanan sepanjang 204 kilometer dengan waktu 3 jam lebih untuk dapat tiba di Lishan, Xiao Yi-ting mengemukakan, itu sudah biasa sambil tersenyum. Ia menyampaikan, meskipun berpengalaman namun kadang-kadang menemui situasi mendadak, pernah suatu kali turun hujan lebat sehingga jalan Zhongheng ditutup, mau tidak mau ia harus beralih ke jalur Yilan dengan melewati terowong Hsuehshan dan jalur jalan tol no 3, harus menempuh perjalanan 8 jam baru dapat kembali ke kota Taichung.

Tahun 2012 juga merupakan tahun dimana Perpustakaan Taichung mulai menggerakan perpustakaan keliling sampai ke Lishan.

Memang perjalanan ini sangat panjang, Kepala Sekolah Dasar Lishan, Xie Shu-yun mengumpamakan, “Namun demi membuka saluran bagi anak-anak untuk mengenal dunia luar, memberikan lebih banyak kesempatan untuk belajar”. Dekan Jian Wan-ting mengemukakan, sulit bagi Lishan untuk mendapatkan sumber budaya luar, jarak antara sekolah ke perpustakaan terdekat adalah satu setengah jam perjalanan. Kedatangan mobil perpustakaan keliling merupakan sesuatu yang baru dan menarik bagi anak-anak, membangkitkan keinginan mereka untuk lebih dekat dengan buku-buku adalah tugas terbesar perpustakaan keliling. Atmosfir membaca yang berbeda terasakan saat murid-murid membawa pulang buku dan dibaca bersama orang tuanya.

Karena perjalanan panjang ini sehingga di taman sekolah seringkali terlihat murid-murid berkumpul, membaca sambil membahas buku, pemandangan yang kadang-kadang tampak di jalur raya no 8 Taiwan.

Yu Jia-de rutin mengantar koran ke warga yang tinggal di atas gunung, sudah menjadi kebiasaan sehari-hari baginya untuk mampir dan berbincang-bincang dengan Hsu Qiu-lin pemilik toko the Qingshan.Yu Jia-de rutin mengantar koran ke warga yang tinggal di atas gunung, sudah menjadi kebiasaan sehari-hari baginya untuk mampir dan berbincang-bincang dengan Hsu Qiu-lin pemilik toko the Qingshan.

Naik Turun Gunung 

Mengantar Kehangatan

Jalan lain yang menghubungi Lishan dan Taichung adalah jalan yang harus melalui jalan antar kota jalur 14, melalui Dayuling, Wuling melewati Wushe, Puli. Setelah terjadin gempa dashyat 21 September 1999, jalan ini merupakan jalur penghubung utama warga Lishan dengan dunia luar. Bus Fengyuan “6506 Fengyuan – Lishan” telah memberikan pelayanan selama lebih dari 16 tahun.

Bus bergerak dari Fengyuan melewati Shigang, Dongshi dan Puli kemudian mendaki melalui Wuling, Songsyue, melalui Dayuling sampai tiba di Lishan, perjalanan bus 6506 sepanjang 170 km berhenti di 86 titik perhentian, berangkat pukul 9:10 pagi dari Fengyuan dan baru tiba di perhentian terakhir, Lishan sekitar pukul 3 sore. 

Ada 3 orang yang bertugas mengemudikan bus 6506, salah satunya bernama Yu Jia-de yang sudah mengemudikan bus ini sejak pertama jalur ini dibuka, ia kembali mengenang saat pertama jalur bus ini beroperasi, 3 jadwal pemberangkatan setiap hari hampir selalu penuh, penghubung warga Lishan dengan dunia luar bergantung pada bus kecil ini; setelah dibukanya jalur Zhongheng, lengkap sudah jalur pelayanan yang diberikan bus 6506 yang mana pada hari biasa warga Lishan yang kebanyakan terdiri kaum lansia turun gunung untuk berobat ke dokter, sedangkan pada akhir pekan banyak pendaki yang berwisata ke Lishan dan mendaki gunung Hehuan.

Kelakuan anak-anak yang aneh dan lucu memberikan kegembiraan tertentu bagi Yu Jia-de dalam melaksanakan tugasnya.Kelakuan anak-anak yang aneh dan lucu memberikan kegembiraan tertentu bagi Yu Jia-de dalam melaksanakan tugasnya.

Setiap hari berangkat, Yu Jia-de pasti berhenti sejenak di toko teh Qingshan yang terletak di pinggir jalan raya Puli – Wushe untuk mengambil setumpuk koran dibawa ke atas gunung agar warga setempat bisa membaca koran “Hari ini” (Apabila dikirim melalui pos baru akan tiba keesokkan harinya). Seringkali penduduk setempat meminta bantuannya untuk mengantar dan mengambil bibit dan sayur, ia juga sedapat mungkin membantunya. Ini merupakan hal yang diam-diam mereka lakukan, naik dan turun gunung menghantar kehangatan.

Dari Fengyuan yang berketinggian 200 meter menanjak naik sampai ke titik jalan raya tertinggi Taiwan, Wuling (3.275 meter), jalur jalan dengan perbedaan 3000 meter lebih, cuaca dan situasi jalan di pegunungan tinggi sangat labil dan sulit diperkirakan, Yu Jia-de pernah mengalami terpaan hujan salju, terjerat di atas gunung selama seminggu. Meskipun banyak kesulitan namun Yu Jia-de tidak ingin mengalih ke jalur jalan lain, karena alam menghadirkan keindahan pemandangan 4 musim, sakura musim semi, hijaunya musim panas, daun maple musim gugur dan salju musim dingin, sesekali terlihat lautan awan yang menakjubkan, pemandangan indah yang tak terhapuskan dari ingatannya. 

Setiap hari dengan pakaian seragamnya Li Xiang menelusuri jalan, selalu mengalami hal menarik yang tak terduga.Setiap hari dengan pakaian seragamnya Li Xiang menelusuri jalan, selalu mengalami hal menarik yang tak terduga.

Masing-masing penumpang dalam bus kecil memiliki kisah kehidupan sendiri, mereka saling berbincang-bincang meskipun pada awalnya tidak mengenal satu sama lain. Di Puli naiklah sepasang suami istri Daratan Tiongkok yang pertama kali datang ke Taiwan, datang jauh dari Beijing karena ingin mengunjungi pamannya di Lishan yang sejak tahun 1949 turut bersama pemerintah Nasionalis ke Taiwan, perjalanan selama 60 tahun lebih hingga akhirnya bus jalur 6506 membawanya ke sana. Saat berhenti di Songsyue, ia disambut oleh ibu dan anak yang sudah tinggal di gunung selama setengah bulan lebih, dari jendela bus sang anak menyodorkan wedang jahe, air minum dan buah apel ke Yu Jia-de sambil menceritakan keluarganya. Yu Jia-de mengatakan, ia baru mengenal ibu dan anak ini ketika mereka menumpang bus, setiap kali bertemu pasti menyodorkan barang-barang khas yang dibeli di atas gunung, sesama manusia pada ada jodoh, inilah yang membuat perjalanan bus ini tetap berlangsung.

Memadukan pekerjaan dan fotografi, Li Xiang memotret denyutan jantung hatinya saat mengantarkan surat. (Foto : Uniqueroute.com)Memadukan pekerjaan dan fotografi, Li Xiang memotret denyutan jantung hatinya saat mengantarkan surat. (Foto : Uniqueroute.com)

Setelah beristirahat sejenak di penghentian terakhir, pukul 5 sore Yu Jia-de mengantikan papan nomor bus menjadi 6508 dan mulai menjemput murid-murid SMP Lishan pulang sekolah, setelah itu tugas satu harinya selesai dan ia bermalam di Wuling. Setelah anak-anak naik ke bus, suasana bus diisi dengan suara senda gurau dan tertawa renyah mereka, Yu Jia-de mengemukakan, ia suka dengan kepolosan anak-anak, sudah selama 9 tahun ia membawa anak-anak ini, sudah menjadi dekat dengan mereka. Pada sebuah perhentian tiba-tiba anak-anak berebut turun bus lalu menyerbu naik bus, ternyata di sana ada toko serba ada yang memang jarang ditemukan, Yu Jia-de senggaja berhenti sejenak agar mereka bisa membeli penganan baru kemudian melanjutkan perjalanan lagi, terlihat anak-anak tersenyum puas, ini merupakan pemandangan lain yang ia lihat di sepanjang jalan raya.

Pemandangan yang Tak Terlupakan

Tidak peduli cuaca cerah atau hujan, Pak Pos tetap turun ke jalan melaksanakan tugas.

Li Xiang melambaikan tangan pada nenek yang mengayuh sepeda, berbaur dalam kehidupan ini.Li Xiang melambaikan tangan pada nenek yang mengayuh sepeda, berbaur dalam kehidupan ini.

Li Xiang adalah petugas di kantor pos Shanhua, Tainan, orang-orang memanggilnya “Chai-chai” (Pak pos), Li Xiang sudah bekerja sebagai pengantar pos selama 12 tahun, seragam dan topi hijau, motor kantor pos dengan kiri kanan tergantung kantong besar dan berat, sebuah kotak yang diikat di bagian belakang, pada bagian depan bergantung sebuah keranjang, ini semua merupakan perangkat kerja Li Xiang

Setiap hari ia mengantar sekitar 40 kg surat dengan panjang jarak yang ditempuh mencapai 50 km lebih. 9 tahun pertama bekerja di kantor pos, setiap hari Li Xiang bekerja mengantar surat sesuai dengan sistematis kerja, kalau berangkat lebih pagi maka dapat pulang lebih pagi, namun 3 tahun lalu ia membawa serta kamera dan mulai mengabadikan pemandangan di sepanjang jalan dan berbagi apa yang ia lihat di instagram, menerbitkan kumpulan “Harian Kerja Tukang Pos” agar para netter dapat melihat pemandangan rumah lama dan masa kanak-kanak dalam kumpulan fotonya.

Turut sehari kerja Li Xiang baru mendapatkan kalau waktu kerja pak pos sangat padat, sama sekali tidak ada waktu senggang untuk mengatur posisi memotret. “Dengan membuka indera saya sendiri baru menyadari kalau semua gambar yang terlihat dimatanya selama 10 tahun lebih ini sudah terpotret dan tersimpan dibenaknya, saat mengambil foto, saya hanya membiarkan intuisi saya mengatur pengambilan foto.” Demikian ujar Li Xiang.

Terlepas dari pekerjaan mengantar surat, setiap kali Li Xiang melewati jalan dan gang, dengan cepat ingatannya memotret apa yang ia lihat., “Setiap jalan pasti menemukan hal yang menarik”, entah itu rumah tua yang elegan atau “Anjing” yang menjadi musuh pak pos dan tidak hanya itu saja, ada pula kakek nenek dengan keramahannya menanti surat yang diantar Li Xiang, pemandangan yang membuatnya terharu. Tentu saja Li Xiang menyapa mereka para senior dan berbincang tentang peristiwa hari itu. Setiap hari Li Xiang mengantarkan surat ke tangan mereka, baik itu iklan, tagihan maupun surat tilang, interaksi seperti ini menjadi bagian dalam kehidupan sehari-hari, para senior ini memberikan lembaran-lembaran potret yang memiliki kisah tersendiri.  

Pemandangan yang Tak Terlupakan

Li Xiang menerobos masuk ke kawasan tua dengan jalan dan gang yang tak bernama. Bagi Li Xiang jalan-jalan tak bernama ini “Merupakan bagian yang tidak boleh hilang atau kurang dari kehidupannya.” Selembar potret bayangan Li Xiang tengah melaksanakan tugasnya terbidik dari lensa kamera, bagi kami ini juga menjadi catatan pemandangan jalan raya.

Dalam hubungan antar manusia, jalan raya layaknya seuntai tali merah, yang merangkai orang yang tadinya tidak saling mengenal, mempertemukan orang yang sebelumnya merasa asing satu sama lain, perjalanan bersama sepanjang jalan ini menjadi kenangan indah. Li Xiang suka mengatakan, “Dengan tidak terduga muncul titik fokus.” Beginilah perjalanan di jalan raya.