Kembali ke konten utama
Rumah Peninggalan Pujangga
2018-03-01

Rumah Peninggalan Yin Hai-kuang

 

Sebuah bungalow anggun di taman sederhana, bangunan dengan perpaduan oriental dan barat, berwarna biru dan putih, tempat kediaman bergaya Jepang nan elegan, tiga bangunan dengan desain berbeda mengoreskan kehidupan Sastrawan liberalis Yin Hai-kuang, Pujangga Lin Yu-tang dan Prosais Liang Shih-chiu di Taiwan.

 

Liberalisme menjadi eksponen di sepanjang hidup Yin Haikuang (Foto: the Yin Hai-kuang Memorial Foundation)Liberalisme menjadi eksponen di sepanjang hidup Yin Haikuang (Foto: the Yin Hai-kuang Memorial Foundation)

Rumah Peninggalan Yin Hai-kuang

Berjalan di taman sederhana menemui filsuf 

Lorong panjang jalan Taishun, di sebuah taman besar terdapat bangunan bergaya Jepang rancangan Yin Hai-kuang sejak ia hijrah ke Taipei dan masuk ke Universitas Nasional Taiwan, yang menjadi tempat menetap terlama sebelum ia wafat pada tahun 1969 di Taiwan.

Yin Hai-kuang, seorang tokoh liberalisme penting era tahun 1950-1960 an, di sepanjang hidupnya liberalis menjadi eksponennya, bersikeras tanpa perasaan takut menghadapi kekuasaan pada masa itu, menjadikannya sebagai contoh generasi intelektual. Yin Hai-kuang bersama Hu Shih dan Lei Chen menerbitkan buku “Free China” memberikan sumbangsih besar bagi demokrasi Taiwan.

Foto-foto hitam putih menampilkan Yin Hai-kuang di hadapan mata.Foto-foto hitam putih menampilkan Yin Hai-kuang di hadapan mata.

Kolam kecil yang dibangun Yin Hai-kuang tidak lama setelah ia tinggal di rumah ikut untuk menyambut kelahiran putrinya. Ruang paling besar yang disarati sinar mentari dalam rumah seluas hampir 100 ㎡ yang dibangun Yin Hai-kuang digunakan sebagai ruang belajar bagi dirinya.

Seiring waktu berlalu, di tempat yang sama terpajang foto-foto kuno, manuskrip dan buku yang menghadirkan kembali kejayaan masa lalu, termasuk surat koresponden Yin Shih-kuang dengan Albert Einstein dan Bertrand Russel pada tahun itu, serta artikel “Free China” yang menguraikan paham liberalis Yin Shih-kuang.

Pada tahun 2016 rumah kediaman yang tadinya sunyi senyap dihidupkan dengan berbagai kegiatan. Sejak Asisten Professor Jurusan Sosiologi Universitas Khatolik Fu Jen, Lu Kuei-hsien mengambil alih direktur Yayasan Yin Hai-kuang, mulai terlihat perubahan. Organisasi Seni “Bio Apartment” yang menjadi kuratorial rumah Yin Hai-kuang dengan “Kiwi Fruit Studio” selaku panitia yang menciptakan permainan berpetualang serta “City Game Studio” dari kota Tainan memadukan permainan dan teka teki yang mengundang pengunjung turut mencari harta karun.

Sepucuk surat tulisan tangan Pujangga Yin Hai-kuang, tampak banyak bekas koreksi.Sepucuk surat tulisan tangan Pujangga Yin Hai-kuang, tampak banyak bekas koreksi.

Rumah Peninggalan Lin Yu-tang

Perpaduan Tiongkok - Barat  tampilkan kembali penulis besar Rumah yang dibangun Arsitek Wang Dah-ong sebagai tempat tinggal Lin Yu-tang, sejak tahun 2002 resmi dibuka untuk umum. Di bawah naungan Biro Kebudayaan Kota Taipei, rumah ini menjadi salah satu dari 3 rumah peninggalan di Kota Taipei yang paling awal dibuka umum. Pada tahun-tahun awal, rumah ini digunakan sebagai perpustakaan namun sekarang dijadikan tempat penyelenggaraan seminar sastra, tempat kegiatan orang tua dan anak, yang juga mejadi langkah pendekatan dan mempertahankan keramahan serta kehumorisan“hidup”dari Lin Yu-tang.

Karya terkenal “Moment in Peking”, “The Importance of Living” dan “The Gay Genius” buah tangan Lin Yu-tang yang memadukan kebudayaan sastra Tiongkok dan Barat, selama hidupnya Lin Yu-tang menghasilkan 80 an buku. Ia adalah salah satu dari sedikit sastrawan Tionghua yang menjadi terkenal di dunia internasional dengan karya tulisan dalam bahasa Inggris.

Foto Lin Yu-tang bersama istrinya Liao Tsui-feng di teras. (Rumah Peninggalan Lin Yu-tang)Foto Lin Yu-tang bersama istrinya Liao Tsui-feng di teras. (Rumah Peninggalan Lin Yu-tang)

Setelah berpetualang di Amerika Serikat beberapa tahun, pada tahun 1969 Lin Yu-tang memilih kembali pulang ke Taiwan, menetap di sebuah rumah bertembok putih, berbingkai jendela dan beratap biru di Yang Ming Shan. Lin Yu-tang dibesarkan di Fujian kemudian pindah dan menetap di Shanghai, di sini ia melihat banyak arsitektur gaya Spanyol yang memberikan kesan mendalam baginya. Meskipun hanya dalam waktu singkat saat ia pulang ke Taiwan pada tahun 1965, Lin Yu-tang terobsesi dengan apa yang dilihatnya, ditambah dengan design oriental sentuhan arsitek Wang Dah-ong, menjadikan bangunan yang ada seperti sekarang ini. 

Setiap pekan dan bulan, rumah Lin Yu-tang diramaikan dengan kegiatan yang mengambil tema kumpulan kisah menarik dan lucu Lin Yu-tang. Lin Yu-tang gemar makan lumpia, sehingga setiap akhir musim semi dan memasuki musim panas diselenggarakan “Festival Lumpia”, dengan mengundang orang dewasa maupun anak-anak turut bergabung bersama. Rumah peninggalan Lin Yu-tang juga mempromosikan “Kue Keberuntungan” dengan memetik kalimat-kalimat bijak “Seni Kehidupan” sang empunya, pengunjung selain mencicipi kudapan juga dapat mengetahui uraian cerdas dari Lin Yu-tang.

Kehidupan sehari-hari Lin Yu-tangKehidupan sehari-hari Lin Yu-tang

Rumah peninggalan Lin Yu-tang juga dikenal dengan sebutan“He Le”, dengan turut mengusung kegiatan “He Le kecil berpetualang”, memasukkan “Garden 91”, “Chien Mu House” dan “Shung Ye Museum of Formosan Aborigines”ke dalam kegiatan ini. Tahun 2016 muncul ide mengikutsertakan rumah kediaman peninggalan sastrawan lain dalam kegiatan ini, diperkirakan pada pertengahan tahun, rumah Chien Mu, Li Kwoh-Ting dan Sun Yun-suan sudah dapat bergabung dalam “Pameran surat dan buku bersama”.

Jika membaca “The Importance of Living”secara rinci, maka dapat kita ketahui kehidupan menyenangkan sang pujangga“Humoris”, Lin Yu-tang memiliki filosofi “Gaya Hidup Santai”. Masyarakat yang datang berkunjung ke rumah Lin Yu-tang dapat merasakan bahwa kepuasan akan datang sendiri, tanpa perlu mencarinya di luar.

80 lebih buku terkenal karya Lin Yu-tang80 lebih buku terkenal karya Lin Yu-tang

Rumah Peninggalan Liang Shih-chiu

Rumah peninggalan pertahankan semangat humanistik

Liang Shih-chiu dikenal sebagai editor kamus Inggris – Mandarin dan buku pelajaran bahasa Inggris Sekolah Menengah Umum (SMU), pelopor sistem transkripsi fonetik “KK” (Kenyon dan Knott) yang berpengaruh besar pada pendidikan bahasa Inggris di Taiwan. Rumah yang ditempati semasa ia belajar di Universitas Normal Nasional Taiwan (National Taiwan Normal University / NTNU) kembali bersinar setelah tahun 2010 direnovasi oleh NTNU.

Tulisan tangan Liang Shih-chiu.Tulisan tangan Liang Shih-chiu.

Sebelum ditempati Liang Shih-chiu, rumah yang dibangun pada tahun 1933 ini merupakan rumah tinggal Yoshisuke Tomita, seorang guru bahasa Inggris SMU Taihoku Taipei. Setelah Hari Penyerahan Taiwan Kembali (台灣光復) banyak orang Jepang di Taiwan yang pulang kembali ke negaranya sendiri. Bangunan ini kemudian dijadikan asrama Perguruan Tinggi Guru Provinsi Taiwan (Kini bernama National Taiwan Normal University / NTNU).

Liang Shih-chiu pada tahun 1952 – 1959 tinggal di Amerika Serikat. Masa tinggal yang hanya 7 tahun, diisi dengan menerjemahkan buku Shakespeare dan menulis kamus yang diterbitkan Far Eastern. Walaupun tempat kediaman tersebut sempat ditempati oleh banyak orang, namun tempat ini memiliki makna yang mendalam bagi Liang Shih-chiu. Ia rela menghabiskan waktu selama 2 tahun untuk membangunnya kembali, mempertahankan atmosfir ilmiah dan budaya di tengah keramaian kawasan perbelanjaan Shida.

“Kamus Far-eastern” dan terjemahan “Shakespeare” dari editor Liang Shihchiu.“Kamus Far-eastern” dan terjemahan “Shakespeare” dari editor Liang Shihchiu.

Xiao Wanzi (Nama asli Wu Tzu-ying) yang kini bertanggung jawab atas pengelolaan bangunan ini. 2 tahun lalu ia menyewa rumah peninggalan Liang Shih-chiu, meneruskan semangat Liang Shih-chiu dengan mengelar seminar sastra dan diskusi umum.

 “Hal terpenting dalam melestarikan rumah peninggalan adalah melanjutkan semangat sang pewaris, daripada perabot dan perangkat keras lainnya”, ujar Xiao Wanzi. Selang 2 tahun kemudian, Wu Tzu-ying tidak mengijinkan tempat ini dijadikan tempat menjual makanan dan minuman. Ruangan yang ada digunakan untuk kepentingan seminar, presentasi seni dan diskusi publik. Selain kegiatan berkaitan dengan kisah hidup Liang Shih-chiu sendiri seperti “Penghargaan seni Liang Shih-chiu”, “Belajar bahasa Inggris di rumah peninggalan guru Liang”, Xiao Wanzi juga sempat mengundang musisi alat musik tradisional Tiongkok “Chi Ba” (Seruling tradisional Tiongkok) dan “Guqin” (Alat musik tradisional Tiongkok yang bersenar tujuh), bahkan juga mengadakan kelas “Dongeng” membaca buku klasik dan lainnya…

Berbagai kegiatan budaya menarik, forum, seminar yang mengungkapkan estetika dan humanistik Liang Shih-chiu dalam kumpulan prosa “From A Cottager’s Sketchbook”

Berkunjung ke rumah peninggalan, mencari untaian kata bermakna yang terselip di antara buku dan naskah, bersantai di dalam bungalow… kisah hidup Lin Yu-tang, Liang Shih-chiu dan Yin Hai-kuang pun muncul kembali.