Kembali ke konten utama
Keindahan di Tengah Kehidupan Tata Ruang Alternatif
2018-04-16

Huang Kuo-ping dan IKEA menciptakan nuansa ruangan kelas penuh warna yang dapat memberikan semangat baru bagi siapa saja yang memasuki ruangan ini. (Foto: Lin Min-hsuan)

Huang Kuo-ping dan IKEA menciptakan nuansa ruangan kelas penuh warna yang dapat memberikan semangat baru bagi siapa saja yang memasuki ruangan ini. (Foto: Lin Min-hsuan)

 

Andai ada sebuah sofa tertata dalam ruang kelas atau eksteriornya didekorasi menyerupai liang gua, maka panorama seperti apakah yang akan terlihat? Pemandangan ruang kelas seperti ini dapat terlihat pada beberapa ruang kelas yang didesain oleh guru Huang Kuo-ping untuk siswa-siswi Sekolah Dasar Chong De, New Taipei City.

Saat buku pelajaran disertai dengan permainan teka-teki silang, maka buku tersebut berubah menjadi lebih hidup dan menyenangkan. Aestheticell, sebuah tim yang terdiri dari tiga orang pemuda mengupayakan tampilan yang berbeda pada buku pelajaran di sekolah.

Sebuah perubahan dalam pendidikan estetika tengah berlangsung, agar jiwa seni dapat mengakar dalam hidup anak-anak dan menaburkan benih-benih keindahan di dalam lubuk hati mereka.

 

Ruang kelas fantasi yang istimewa

Ruang kelas bernuansa fantasi pertama di Taiwan didesain pertama kalinya oleh peritel perabot rumah tangga IKEA pada bulan September 2017, yakni ruang kelas di SD Chong De, New Taipei City.

Ruang kelas berplafon kuning pucat dan dinding kelas berwarna indigo, pada bagian jendela dihiasi dengan tirai bercorak  dedaunan. Perabot meja kursi lipat  yang berwarna kuning terang dan putih menggantikan bangku sekolah tradisional.                           

 

Ruang kelas fantasi yang istimewa

Estetika tumbuh dalam sel-sel kehidupan, dengan memanfaatkan tanaman pot dan boneka yang terpajang di lemari, dalam sekejab lemari terlihat lebih hidup dan menarik. (Foto: Lin Min-hsuan)Estetika tumbuh dalam sel-sel kehidupan, dengan memanfaatkan tanaman pot dan boneka yang terpajang di lemari, dalam sekejab lemari terlihat lebih hidup dan menarik. (Foto: Lin Min-hsuan)

Dinas pendidikan Pemkot New Taipei City bekerja sama dengan  IKEA menjalankan proyek  revonasi gedung sekolah dan ruang kelas SD Chong De, di New Taipei City. Ruang kelas guru Huang Kuo-ping dijadikan ruang kelas percontohan untuk dirombak menjadi ruang kelas yang indah.

Para desainer interior berdiskusi dengan Huang Kuo-ping untuk mengetahui pendapatnya tentang desain ruang kelas. Gagasan-gagasan yang dilontarkan seperti meja, kursi yang dapat dilipat dan dikemas rapi, ruangan  yang dapat dikombinasikan dan diubah-ubah, dipenuhi dengan aneka warna, serta memberikan kesan nyaman layaknya di rumah sendiri. “Ruang kelas tidak hanya menjadi tempat siswa belajar, namun menjadi ruang untuk menjalani keseharian. Setiap hari anak-anak melewati waktu-waktu yang paling berarti di dalam ruang kelas, maka sangat diharapkan ruang kelas  mampu menciptakan nuansa berkesan seperti rumah sendiri yang dapat memberikan rasa santai dan nyaman”,  Huang Kuo-ping menjelaskan tentang dekor ruang kelas yang sangat ia dambakan.

Meja dan kursi lipat , saat dibuka dapat diduduki oleh 6 orang, siswa-siswi duduk saling berhadapan, sangat pas dan nyaman untuk diskusi kelompok. Ketika papan meja dilipat ke bawah, terbentuklah sebuah papan persegi panjang yang tipis, papan tersebut kemudian diletakkan pada kedua sisi dinding kelas sehingga bagian tengah ruangan dapat dikosongkan dan bisa dimanfaatkan untuk latihan menari. Jika lampu ruangan dipadamkan, maka ruang kelas dalam sekejab berubah menjadi bioskop, semua siswa dapat duduk bersila di atas lantai sambil menikmati  film yang ditayangkan. Ini adalah upaya memaksimalkan desain tata ruang agar  fungsi ruangan menjadi sangat fleksibel.

Huang Kuo-ping yakin pembinaan edukasi estetika harus dimulai dari lingkungan, pada fans page facebooknya Huang emmbagikan keindahan setiap sudut ruang kelas (Sumber foto: Huang Kuoping)Huang Kuo-ping yakin pembinaan edukasi estetika harus dimulai dari lingkungan, pada fans page facebooknya Huang emmbagikan keindahan setiap sudut ruang kelas (Sumber foto: Huang Kuoping)

Dengan prinsip yang komprehensif,  Huang Kuo-ping dan tim desainer interior secara berani mengganti papan pengumuman tradisional dengan sederetan lemari buku pada bagian belakang ruang kelas. Lemari buku berwarna putih dipadukan dengan pintu lemari berwarna hijau rumput atau putih, dipadukan dengan keranjang anyaman maupun keranjang kain berwarna hijau tua yang diletakkan secara acak. Desain ini memanfaatkan kombinasi warna dan tanaman pot  serta boneka-boneka, sehingga lemari terlihat sangat kreatif dan mempesona.

Sofa di bagian depan lemari buku memancarkan kehangatan seperti di rumah. Setelah mendapatkan buku bacaan, siswa bisa memilih duduk di sofa di bagian depan lemari buku atau duduk di atas karpet di depan meja guru, mereka dapat mencari sudut ruang yang disukai dan nyaman untuk aktivitas membaca. Setiap sudut ruang dalam kelas memiliki keindahan tersendiri, saat jam istirahat siang, anak-anak bahkan dapat memilih tengkurap di atas meja atau tiduran di lantai, sehingga setiap murid dapat menemukan sudut ruang yang mereka sukai.

Meja podium di depan papan tulis tradisional tempat Huang Kuo-ping mengajar di dalam kelas kini digantikan dengan meja kerja berdiri (Standing desk) sebesar ukuran lap top yang dipadukan dengan kursi bar, desain ini membuat Huang Kuo-ping merasa sangat puas, kombinasi meja berdiri dan kursi bar membuat para guru dapat duduk santai di depan kelas dan berinteraksi dengan siswa. Ketidaknyamanan posisi berdiri saat guru mengajar kini terpecahkan, karena guru dapat sewaktu-waktu berjalan di dalam ruang kelas. Huang Kuo-ping berkata sambil tertawa, “Kursi ini benar-benar sangat nyaman, kursi ini disediakan untuk setiap guru dan dapat memberikan atmosfir yang berbeda dalam kegiatan belajar-mengajar .”

Dekorasi ruang kelas yang menyenangkan membuat anak-anak menemukan sudut ruang yang disukai, mereka menjadi lebih leluasa dengan aktivitas membaca. (Foto : Lin Min-hsuan)Dekorasi ruang kelas yang menyenangkan membuat anak-anak menemukan sudut ruang yang disukai, mereka menjadi lebih leluasa dengan aktivitas membaca. (Foto : Lin Min-hsuan)

Usai  direnovasi, gaya ruang kelas tampak ceria dan menarik, saat berjalan memasuki ruang kelas saja, seolah mendapat semangat baru,  Huang Kuo-ping berkata situasi ini bagaikan mimpi yang menjadi kenyataan.

 

Kenyamanan ruang kelas 
laksana rumah sendiri

Desain ruang kelas yang terpilih dari sekian banyak perencanaan merupakan upaya keras Huang Kuo-ping yang terakumulasi selama belasan tahun untuk menciptakan nuansa ruang kelas yang berbeda.

“Hampir belasan tahun tata ruang kelas sekolah di Taiwan sama sekali tidak mengalami perubahan, yang ada hanya reformasi materi pelajaran, hanya memperhatikan perubahan pada isi pelajaran dan tidak pernah mempertimbangkan penciptaan lingkungan belajar yang kondusif”, ujar Huang Kuo-ping. Setiap kali bertamasya ke luar negeri ia selalu terpesona dengan keindahan panorama di luar negeri, ketika seseorang dalam masa pertumbuhan terlarut dalam lingkungan yang demikian, maka jiwa estetika tidak perlu lagi diajarkan secara khusus dalam dunia pendidikan karena nilai estetika telah tumbuh dengan sendirinya. Bagi Huang Kuo-ping, menciptakan lingkungan artistik yang kondusif adalah hal yang sangat penting .

Kiri: Wayne Chang, Lin Tsung-yen dan Swi Chen membentuk tim Aestheticell, mempromosikan edukasi estetika di Taiwan. (Foto : Lin Min-hsuan)Kiri: Wayne Chang, Lin Tsung-yen dan Swi Chen membentuk tim Aestheticell, mempromosikan edukasi estetika di Taiwan. (Foto : Lin Min-hsuan)

Semenjak Huang Kuo-ping menjadi wali kelas, ia turun tangan untuk mendekor ruang kelas, menata papan pengumuman dengan karya seni ukir kertas membentuk tokoh kartun, mengeluarkan dana sendiri untuk membeli tirai jendela, taplak meja bahkan sofa kulit bekas demi menciptakan ruang kelas dengan interior hangat dan mempesona.

Beberapa tahun sebelumnya, Huang Kuo-ping juga pernah mengajar di SD Da Yuan di sekitar Bandara Internasional Taoyuan. Karena berdekatan dengan bandara, jendela ruangan kelas tidak pernah dibuka, ditambah lagi pada awal semester saat siswa menerima buku pelajaran, ia menyaksikan kertas kemasan luar berbahan  kertas kopi (Kraft paper) dibuang begitu saja, sungguh disayangkan. Dengan ide cermerlangnya, Huang mendekor mulai dari bagian depan ruang kelas hingga dinding bagian luar, dengan menggunakan gumpalan kertas kopi menutupi dinding bagian luar kelas menciptakan nuansa pintu bagai masuk ke liang gua.

Huang Kuo-ping memanfaatkan liburan musim panas dan musim dingin untuk mendekor ruang kelas, ia menghabiskan waktu dan dana sendiri, terkadang tangannya melepuh saat menata ruangan, namun ia mengaku menikmati masa-masa mendekor ruangan, pada hari pertama masuk sekolah ia menyaksikan ekspresi suka cita dan rasa kagum dari siswa-siswinya, dan hal inilah yang membuat Huang Kuo-ping merasa sangat puas.

Ketika anak-anak menempati dan hidup dalam ruang kelas yang tertata dengan indah, mereka menikmatinya hingga menyerap nilai estetika yang ada. Beberapa mantan murid Huang Kuo-ping kini telah menjadi guru sekolah, mereka juga mengikuti semangat Huang Kuo-ping mendekor ruang kelas, mengubah kelas menjadi ruangan yang indah dan mempesona.  Benih-benih keindahan yang ditaburkan Huang Kuo-ping telah terwariskan dan akan terus ditebarkan.

 

Kenyamanan ruang kelas

Galeri seni di atas meja

Edukasi tentang pengakuan terhadap estetika berawal dari lingkungan, tidak hanya melulu oleh para guru saja, Aestheticell terdiri dari tiga orang pemuda yang ingin meningkatkan apresiasi masyarakat Taiwan terhadap keindahan. Mereka adalah mahasiswa dari Universitas Nasional Chiao Tung, Lin Tsung-yen, Swi Chen dan Wayne Chang, mereka pertama kali bertemu dalam kegiatan organisasi di kampus, dan masing-masing berbagi kekaguman dan pengalaman menikmati keindahan negara lain saat bertamasya ke luar negeri. Mereka melihat karya dari tangan-tangan terampil, desain bangunan megah hingga selebaran poster kecil di jalan raya, membuat mereka berpikir tentang kemungkinan untuk memajukan edukasi estetika di Taiwan

Galeri seni di atas meja

Nilai estetika memerlukan pembinaan dan waktu yang panjang, melalui diskusi intensif berulang kali, jika dibandingkan dengan renovasi bangunan atau papan nama baru, maka modal yang diperlukan dalam perubahan buku teks pelajaran jauh lebih rendah serta memberikan pengaruh dalam cakupan yang lebih luas. Baik untuk perkotaan maupun pedesaan, setiap anak wajib menggunakan teks buku pelajaran, dengan demikian barangkali dapat menghilangkan kesenjangan edukasi estetika antara perkotaan dan pedesaan.

“Beri kami satu buku teks pelajaran, maka kami akan memberi anak-anak satu gedung galeri seni”. Inilah niat awal Aestheticell, asalkan anak-anak membuka lembaran buku teks pelajaran maka mereka juga bisa mengakses aneka ragam karya seni. Pada tahun 2013, pada masa tersebut ketiga pemuda ini belum lulus dari kuliah namun mereka bertekad membangun “Program buku teks pelajaran estetika”.

Desainer mengintegrasikan buku teks dengan situasi nyata, seperti menggosok gambar dan lain-lain, agar aktivitas belajar semakin menyenangkan sekaligus memacu imajinasi anak-anak.Desainer mengintegrasikan buku teks dengan situasi nyata, seperti menggosok gambar dan lain-lain, agar aktivitas belajar semakin menyenangkan sekaligus memacu imajinasi anak-anak.

Mereka bertiga tidak mengeluti jurusan pendidikan maupun bidang seni dan desain,  hanya dengan mengandalkan  rasa antusias untuk menanamkan edukasi estetika di Taiwan dan modal nekad mereka mulai mendalami bidang ini. Mereka meneliti dan menekuni psikologi anak-anak, ilmu warna dan lain-lain. Berawal dengan informasi yang sangat terbatas dan paparan dokumen sederhana, mereka berkoordinasi dengan para desaineryang bersedia menemui mereka. Walau mereka belum mampu membayar imbalan dengan selayaknya, namun mereka tetap mengharapkan ada desainer yang bersedia terjun dan menekuni gagasan ini. Wayne Chang menuturkan, teringat pada masa awal semua serba asing, bagaikan komplotan penipu, hanya bermodalkan gagasan abstrak dan satu-satunya imbalan yang dapat mereka berikan adalah ketulusan hati mereka.

Melalui liku-liku perjuangan selama berbulan-bulan, akhirnya mereka berhasil menjalin kerjasama dengan lebih dari puluhan desainer, menghasilkan satu buku teks pelajaran Bahasa Mandarin yang berbeda dan sulit dibayangkan oleh masyarakat awam. Buku teks dirancang dengan jenis aksara Han (Hanzi) yang berbeda. Bagian konten pada lembaran buku didesain tidak terlalu padat dan dikombinasikan dengan ilustrasi yang menarik. Tata letak tampilan berkesan modern dan berdesain visual komunikatif, membuat buku teks tidak melulu hanya huruf-huruf saja namun juga bisa mempelajari nilai-nilai estetika.

Layout buku teks didesain tidak terlalu padat, dengan memadukan gambar dan foto, maka saat kegiatan belajar siswa tidak hanya memperoleh ilmu pengetahuan saja, namun juga menerima pendidikan estetika secara implisit.Layout buku teks didesain tidak terlalu padat, dengan memadukan gambar dan foto, maka saat kegiatan belajar siswa tidak hanya memperoleh ilmu pengetahuan saja, namun juga menerima pendidikan estetika secara implisit.

Saat mengelilingi pulau Formosa menyebarkan buku teks pelajaran ini terdengar ungkapan ekspresi suka cita dan rasa kagum dari anak-anak yang menerima buku teks tersebut. “Buku teks ini akan saya simpan dengan sebaik-baiknya”, “Gambar dalam buku ini sangat indah sekali” dan semua perkataan anak-anak membuat tim Aestheticell semakin yakin dengan arah tujuan mereka.

 

Tanamkan masa depan anak yang indah

Ketika membagikan buku teks, anak-anak kerap kali menanyakan bagaimana mewujudkan impian, Wayne Chang memberitahukan bahwa banyak hal tidaklah serumit  yang dibayangkan, asalkan bertekad untuk mengerjakannya. Mungkin pertama kali hanya mendapat nilai 50, namun lanjutkanlah dengan baik untuk yang kedua kali dan ketiga kalinya, maka hasil akan semakin baik dan pencapaian impian akan semakin dekat. Setiap generasi, buku teks estetika diproduksi untuk mewujudkan tujuan yang berbeda, buku teks generasi pertama sukses dan membuktikan nilai program edukasi estetika yang sangat berharga, sedangkan buku teks generasi kedua berikhtiar untuk mengelompokkan kalangan pembaca.

Dengan pengalaman dari penerbitan dua generasi buku teks pelajaran ini, pada tahun 2017 Aestheticell kembali meluncurkan buku teks estetika generasi ketiga. Tim Aestheticell pun memperluas cakupan buku teks ini dari Bahasa Mandarin hingga ke Bahasa Inggris, Matematika, Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) yang dirancang oleh desainer yang berbeda. Swi Chen beranggapan, setiap ahli desain adalah seorang kurator, mereka diberi kebebasan untuk merancang buku sesuai dengan subyek pelajarannya.

Huang Kuo-ping dengan sepenuh hati mendekor ruang kelas, menciptakan kehangatan, menebarkan benih-benih estetika. (Foto: Lin Min-hsuan)Huang Kuo-ping dengan sepenuh hati mendekor ruang kelas, menciptakan kehangatan, menebarkan benih-benih estetika. (Foto: Lin Min-hsuan)

Swi Chen mengatakan, setiap rentang mata pelajaran memiliki misi yang berbeda, mulai dari IPS, Bahasa Mandarin, IPA, Bahasa Inggris dan Matematika. Pada beberapa di bagian awal disesuaikan untuk memenuhi standar penggunaan dan peraturan-peraturan yang berlaku, sementara pada bagian akhir merupakan spektrum tanpa batasan yang memungkinkan desainer lebih bebas berkarya, sehingga  mereka dapat menyajikan nilai-nilai ideal secara lebih kreatif.

Format halaman buku teks pelajaran Matematika yang dirancang oleh desainer Joe Fang, lembaran halaman kiri-kanan dibuka bersamaan, dapat dilipat berbentuk apa saja, menjadikan buku teks ini seolah-olah sebuah robot Transformers. Buku teks pelajaran IPA dari desainer Alice Wang, menyajikan peralatan laboratorium dan tahapan metode eksperimen yang ditampilkan dengan foto  berkualitas tinggi. Mengadopsi dasar warna halaman yang berbeda untuk menjelaskan jenis eksperimen, seperti warna biru bernada sejuk ditampilkan pada eksperimen gas dan penggunaan warna berkesan hangat untuk metode eksperiman pembakaran.

Tanamkan masa depan anak yang indah

Buku teks pelajaran IPS yang dirancang oleh perusahaan Simpleinfo, mengadopsi kekontrasan antara tulisan dan grafis, sehingga gambar dapat menyampaikan pesan informasi dengan jelas. Ilustrasi tentang mengunjungi pasar malam digunakan untuk memperkenalkan makanan,  kesetaraan gender, isu-isu masyarakat adat  asli dan lain-lain yang dapat memicu daya imajinasi sehingga anak-anak dan guru memiliki ruang lingkup untuk berdiskusi.

Dalam buku teks pelajaran Bahasa Mandarin, desainer Feng Yu menggunakan ilustrasi yang disesuaikan dengan konten buku teks, sebagai contoh saat pembahasan perencanaan waktu, dilampirkan bagan catatan waktu agar anak-anak bisa mengatur waktu mereka sendiri, sekaligus dapat membimbing mereka untuk berpikir mengenai topik yang disajikan. Inovasi yang ditampilkan oleh desainer Leslie Chen menginginkan agar buku teks Bahasa Inggris dipenuhi dengan tampilan visual seni kontemporer, pada bagian sampul terdapat kotak warna-warni konsep permainan yang dapat diisi oleh anak-anak dengan  kreatif.

Buku teks pelajaran yang inovatif ini telah didistribusikan ke lebih dari 170 sekolah dasar di seluruh kabupaten dan kota di Taiwan.

Buku teks pelajaran yang inovatif ini telah didistribusikan ke lebih dari 170 sekolah dasar di seluruh kabupaten dan kota di Taiwan.  Di masa murid-murid menjalani wajib belajar 12 tahun, masa belajar di kelas dengan jam yang tak terhitung jumlahnya, jika dapat diisi dengan  buku teks pelajaran yang indah ini, maka akan dapat  meningkatkan kepekaan anak-anak terhadap warna dan memicu daya imajinasi mereka untuk mengembangkan semakin banyak kreativitas yang unik.

Program buku teks estetika mengguncang imajinasi masyarakat umum terhadap buku teks pelajaran, terkadang standar peraturan yang berlaku tidak mampu memicu perubahan untuk kemajuan buku teks pelajaran. Sekecil apapun perubahan yang terjadi, seperti pelonggaran standar aturan jenis aksara Han yang digunakan pada buku teks,  gambar, layout buku atau bahkan nilai jual buku, semestinya lebih memberikan dukungan kepada desainer Taiwan berbakat untuk mendesain secara bebas dan menciptakan buku teks pelajaran yang lebih inovatif.

Bermula dari tata ruang kelas hingga desain buku teks pelajaran, transformasi media ini mendampingi momen penting kehidupan anak-anak, agar edukasi estetika bukan hanya pada pelajaran prakarya, mengunjungi gedung galeri kesenian saja namun nilai estetika juga terselubung dalam kehidupan dan menghidupkan kembali definisi baru tentang edukasi estetika.