Kembali ke konten utama
Kepala Sekolah Aaron Huang: Mari Berlayar Menuju Masa Depan
2018-04-30

Materi pelajaran maritim SD Yueming yang beragam, juga mengundang ketertarikan dan menghibur.

Materi pelajaran maritim SD Yueming yang beragam, juga mengundang ketertarikan dan menghibur.

 

Sekolah Dasar (SD) Yueming, Yilan, mendapat banyak sekali penghargaan, di antaranya pada tahun 2009 mendapat penghargaan ìPengembangan ruang khas sekolahî dari Kementerian Pendidikan, ìPengembangan pendidikan berkelanjutanî dari Yuan Eksekutif, penghargaan ìPenghematan energi kawasan sekolahî oleh Kementerian Perekonomian di tahun 2013 dan penghargaan lingkungan terbaik oleh Pemerintah Kabupaten Yilan. Yang menarik adalah latar belakangan dan perjalanan apa yang membuat Aaron Huang terus berjuang di dunia pendidikan? Lalu hal apa yang membuat dirinya berani untuk terus melakukan pengembangan dan inovasi pendidikan? Dari dirinya dapat kita temukan kecintaan pada tanah kelahiran, alam dan pendidikan.

 

Pelajaran berlayar menggabungkan pelajaran sosial, alam, seni dan bahasa. (Foto: Jimmy Lin)Pelajaran berlayar menggabungkan pelajaran sosial, alam, seni dan bahasa. (Foto: Jimmy Lin)

Sebagai seorang yang cinta akan budaya, Aaron Huang yang berpenampilan tinggi, kurus, dan bernada lembut, ditambah pola berbicaranya yang penuh logika, selalu menghadirkan inovasi baru di sekolah . Pengalaman selama hampir 30 tahun yang ia miliki sebagai seorang pendidik, membawanya sampai pada hari ini.

 

Anak asal pedesaan

“Saya lahir di kampung Shenghu, Su’ao, Kabupaten Yilan. Ketika berusia sekitar 2-3 tahun kemudian pindah ke Masai”, tutur Huang sambil mengingat masa kecilnya disaat ia harus  melewati ladang padi dan sungai kecil dalam perjalanan pergi dan pulang sekolah. Memancing ikan, memanggang ubi atau bermain lumpur, adalah kesenangannya disetiap pulang sekolah atau hari libur. Bagi Huang, alam merupakan pemandangan sehari-hari. Jika ingin berenang, dia langsung pergi ke Wulaokeng, jika ingin menangkap kepiting, dia langsung ke pantai di dekat sekolahnya. Gunung, laut dan daratan bagi Huang sudah seperti bernafas, dan oleh karena itu telah menjadi bahan dalam konsep pendidikannya.

Kegiatan pertukaran SD Yueming dengan Ishigaki selama 4 hari 3 malam, membuat pelajar menyelami budaya setempat dan memahami nilai budaya.Kegiatan pertukaran SD Yueming dengan Ishigaki selama 4 hari 3 malam, membuat pelajar menyelami budaya setempat dan memahami nilai budaya.

“Saya teringat saat SMP ketika mewakili sekolah ikut perlombaan seni”, tutur Huang. Pada perlombaan saat itu, setiap sekolah harus mengutus 1 tim yang beranggotakan 10 orang. Kesepuluh orang ini wajib memiliki 10 kemampuan seperti memasang tenda, memasak, membuat kerajinan dari kayu, percobaan kimia, berlari, kemampuan mendengar Bahasa Inggris dan menggambar. Di bawah pelatihan guru terbaik, nilai akhir saat perlombaan antar sekolah yang diadakan oleh Dinas Pendidikan Pemerintah Yilan, hanya selisih 0,2 dari juara pertama dan menempatkan dirinya  di posisi  kedua.

Namun hal ini menegaskan bahwa pelajaran karya seni banyak mempengaruhi Huang. Sambil tertawa Huang mengatakan bahwa peralatan rumah tangga kayu di rumahnya merupakan hasil karyanya sendiri. Membawa para pelajar berkemah, memasak, menikmati seni dan mendekatkan diri ke alam, juga adalah hasil dari pelatihan yang didapatnya selama ini. Huang juga merupakan salah satu dari 2 orang yang melanjutkan sekolah di bidang  pengajaran, hal ini membawanya terjun ke jalur pendidikan.

Melalui menanam, merawat, memanen, memasak dan berbagi, siswa belajar menembus batas kehidupan dan pendidikan.Melalui menanam, merawat, memanen, memasak dan berbagi, siswa belajar menembus batas kehidupan dan pendidikan.

 

Kelas alam terbuka

Usai lulus dari sekolah kejuruan, Huang magang di SD Changlong, Xinzhuang. Pada awalnya, usai Huang menyelesaikan wajib militer, dia berencana untuk kembali ke sekolah tersebut. Namun dia mendengar ada sebuah SD dengan 6 kelas di Yangmingshan yang berlatar belakang alam. Instingnya akan alam, membuat Huang mendaftarkan diri ikut ujian pengajar Taipei dan memulai pengalaman mengajarnya di sekolah pertama di SD Pingdeng.

Dikarenakan posisi sekolah berada di sebelah tenggara Taman Nasional Yangmingshan, ditambah pada tahun 1991 kota Taipei memulai program pembelajaran ekologi SD, “Pada saat itu saya berpikir untuk sebisa mungkin menggabungkan pelajaran dengan lingkungan sekitar, seperti saat kelas bahasa mandarin, saya ajak para pelajar ke sungai agar mereka dapat mempelajari aliran sungai”. Sebuah metode pembelajaran yang bertema dan secara bertahap menjadi lintas bidang, hal ini  menjadikan kegiatan pembelajaran semakin menarik. Misalnya, saat meneliti pegunungan Yangmingshan dapat dibahas curah hujan selama 1 tahun dan ciri khas cuaca. Di sini dapat sekaligus mengajarkan bagaimana cara menghitung curah hujan, ditambah artikel atau tulisan terkait Yangmingshan. Sebuah kelas bertema yang menggabungkan alam, matematika dan bahasa mandarin.

Para pelajar membuat perahu dengan pistol paku, sanders, lem dan lainnya, kegiatan ini menghabiskan waktu 1 tahun dan akan selesai di tahun 2018. (Foto: Jimmy Lin)Para pelajar membuat perahu dengan pistol paku, sanders, lem dan lainnya, kegiatan ini menghabiskan waktu 1 tahun dan akan selesai di tahun 2018. (Foto: Jimmy Lin)

 

Perubahan berkelanjutan

Berpindah dari SD Pingdeng di Taipei ke SD Masai di Yilan, dia harus dihadapkan pada masalah lingkungan sekolah.

“Pada saat itu, saya gunakan apa yang telah saya pelajari dan dana dari program pendidikan berkelanjutan dari Kementerian Pendidikan untuk merenovasi sekolah. Ini bertujuan untuk menjadikannya sebagai kelas besar pendidikan berkelanjutan,” tutur Huang. Dia merasa, sekolah yang tidak memiliki pohon tua sama dengan tidak memiliki budaya. Oleh karenanya, ia ganti dengan tanah permeable yang dapat “Bernapas”. Kemudian dilanjutkan dengan saluran pembuangan air dan kolam ekologi, serta menjadikan tanaman merambat sebagai “Kulit” pelapis bangunan sekolah. Air hujan yang didaur ulang, digunakan untuk menyirami tanaman penghasil madu untuk menarik kupu-kupu dan lebah. Saat mereka datang mengambil nektar bunga, maka sekolah ini sudah menyerupai sebuah hutan.

Di bawah kepemimpinan Aaron Huang, kegiatan di sekolah selalu penuh dengan inovasi baru. (Foto: Jimmy Lin)Di bawah kepemimpinan Aaron Huang, kegiatan di sekolah selalu penuh dengan inovasi baru. (Foto: Jimmy Lin)

Seluruh bahan ini harus digabungkan dengan pelajaran, agar topik perlindungan lingkungan, pengembangan berkelanjutan dan kebijakan energi, dapat menyatu dalam pembelajaran, menuju target rendah emisi,  hijau dan ekologi berkelanjutan.

 

Saatnya mengembangkan layar

Saat Huang berada di SD Masai, Asosiasi Budaya dan Pendidikan  Wu-Wei Gang meminta dia untuk menulis buku panduan ekologi Wuweigang, sebuah area yang kebetulan juga tempat bermainnya saat kecil. Ketika Huang lulus ujian akreditasi sebagai Kepala Sekolah, ia berharap dapat bertugas di SD Yueming.

Rendahnya angka kelahiran dan jumlah populasi penduduk lansia yang terus meningkat, ditambah para anak muda bekerja di luar daerah, menjadi tantangan bagi Huang di tahun pertama bertugas. “Sangat sayang jika sekolah dengan kawasan yang baik ini harus ditutup”, tutur Huang. Lingkungan sekolah ini memiliki area dekat dengan lautan, dikelilingi oleh burung-burung yang dilindungi. Sekolah dengan lingkungan seperti ini di Taiwan sangat sedikit.

“Ada suatu ketika saat saya membawa para pelajar ikut dalam festival folklore dan permainan tradisional anak internasional dan melihat ada perahu yang berlayar di tepi sungai”, tutur Huang. Pelatih yang berada di samping kapal menjelaskan bahwa perahu tersebut digerakkan menggunakan tenaga angin dan dimainkan oleh anak-anak dari seluruh dunia, dan bahkan pernah ikut dalam Asian Games. Huang mengatakan, “Kebetulan saat itu pemerintah mempunyai kebijakan meningkatkan kebutuhan dalam negeri. Saya pun dengan berani mengajukan konsep ini ke Dinas Pendidikan Kabupaten Yilan”. Kemudian dengan  dukungan pemerintah, maka dibeli 8 buah perahu untuk membangun klub perahu.”

Huang (Kiri pertama) merupakan anak laki-laki pertama setelah 3 orang kakak perempuan. Prestasinya di sekolah sangat baik.Huang (Kiri pertama) merupakan anak laki-laki pertama setelah 3 orang kakak perempuan. Prestasinya di sekolah sangat baik.

Namun saat pertama kali mempromosikan pelajaran berlayar, banyak orang tua murid yang khawatir tentang masalah keselamatan anaknya. “Oleh karena itu kami pilih waktu liburan, membawa para orang tua ke sungai Dongshan, agar mereka dapat melihat apa yang dilatih di sini kepada anak-anak mereka, juga agar ketika mereka duduk di perahu besar, dapat menikmati pengalaman tersebut”, tutur Huang.

Setelah para orang tua dapat menerima konsepnya, yang awalnya hanya pelajaran tambahan, telah menjadi pelajaran utama. Setiap siswa yang duduk di kelas 3 wajib untuk mulai belajar dan pada saat kelas 6 sudah harus bisa mengendalikan perahu untuk dapat lulus. Olahraga berlayar ini telah menggabungkan pembelajaran prinsip Bernoulli dan parasut, sejarah pengembangan maritim, bahasa teknis dalam bahasa Inggris dan pembelajaran maritim dari segi kelautan. Huang mengatakan, sebenarnya bukan berharap untuk mendidik berapa atlet atau bagaimana berlayar. Ia justru berharap melalui olahraga ini dapat mengembangkan sifat dari anak tersebut.

Saatnya mengembangkan layar

Dari kelas 1 SD siswa belajar berenang, hingga kelas 6 sebelum lulus mereka sudah bisa berselancar, snorkeling dan pelajaran berlayar, dengan demikian  pelajaran kemaritiman SD Yueming dapat memperkuat tubuh anak-anak dan memperluas jangkauan pemikiran mereka. Selain harus terlebih dahulu menyelesaikan masalah ketakutan, mengajarkan mereka berlayar adalah untuk  mendewasakan mereka.

 

Meniti jalur pendidikan berikutnya

Angin yang mengembangkan layar, telah mempererat hubungan pertukaran Su’ao dengan Ishigaki, Jepang. Karena di Ishigaki juga ada anak-anak yang gemar berlayar, mereka pun menemukan informasi SD Yueming dan kemudian mengajukan program pertukaran. Melalui tinggal selama 4 hari 3 malam di rumah para pelajar selama masa sekolah, membuat mereka menghargai nilai dari keberagaman budaya.

Meniti jalur pendidikan berikutnya

Bahkan perencanaan biaya kegiatan dimasukkan sebagai salah satu pelajaran, agar para pelajar dan orang tua murid dapat bersama-masa berpikir bagaimana membayar biaya tiket pesawat sebesar NT$ 10 ribu. (Biaya lainnya dari pemerintah)

Sebenarnya, pelajaran di SD Yueming tidak hanya bertemakan itu saja. Masih ada makanan dan pertanian, eksplorasi tanah basah, keahlian bertahan hidup dan luar ruang, yang digilir setiap caturwulan (Di mana sekolah lain menerapkan sistem semester). Pada tahun 2018 juga digunakan sistem dua guru pembimbing, karena pembelajaran lintas materi membutuhkan kemampuan guru yang berbeda-beda dan juga kemampuan berpikir pelajar. Saat Huang menjabat sebagai Kepala Sekolah SD Yueming hanya memiliki 67 pelajar, sekarang berkembang menjadi 122 pelajar. Bahkan ada orang tua murid yang memilih memindahkan anaknya ke sekolah ini. Bukan karena pelajaran berlayar yang hanya satu-satunya di Taiwan, melainkan karena guru-guru yang bekerja keras dan para pelajar yang lucu, ditambah sumbangsih dari seorang Kepala Sekolah, Aaron Huang.