Kembali ke konten utama
Pendidikan Manajemen Keuangan di Bank Virtual SD Wenlin
2018-05-14

Reformasi sistem penghargaan

 

Sekolah Dasar Wenlin di New Taipei City meluncurkan mata uang sekolah, mendirikan bank dan mengedarkan uang kertas sendiri. Para pelajar mendapatkan ìDolar Wenlinî dengan cara menjadi petugas kelas atau menaati kode etik. Upah mereka kemudian bisa ditabung dalam bank virtual atau digunakan untuk membeli barang dari toko kelontong khusus di sekolah. Kegiatan ekonomi seperti mendapatkan upah, mengkonsumsi dan menabung menjadi hal lazim di SD Wenlin, mengisyaratkan kemungkinan tak terbatas bagi pendidikan manajemen uang melalui sistem imajinatif bagaikan permainan  klasik ìMonopoli.î

 

Badan ekonomi Wenlin

Usai sekolah, lorong di depan kantor administrasi SD Wenlin mulai dipenuhi rak produk yang didorong keluar secara teratur oleh para pelajar. Murid-murid berdatangan dari berbagai sudut untuk memilih barang-barang yang dijual, tapi mereka tidak bisa membelinya dengan Dolar Taiwan, karena kasir hanya menerima Dolar Wenlin.

 

Reformasi sistem penghargaan

Lebih dari tiga tahun lalu, direktur akademis Lai How-wei mulai mempromosikan gagasan untuk mendirikan “Bank Wenlin,” suatu bank penghargaan yang berfungsi mencetak mata uang sendiri dan mengedarkan “Dolar Wenlin.” Motifnya adalah untuk menggantikan sistem insentif masa lampau, yang memberikan penghargaan berdasarkan akumulasi kartu kehormatan, dengan ideologi inovatif berbasis sistem ekonomi.

Penghargaan simbolis seperti mendapatkan kartu kehormatan dari tangan guru dan berfoto di atas panggung telah menjadi suatu konsep kadaluarsa. “Sistem penghargaan yang semula tampaknya hanya memberi semangat pada anak-anak yang sudah berprestasi baik, tapi yang hendak saya cari adalah sesuatu yang bisa menarik para murid berprestasi sedang atau kurang bagus”, tutur Lai.

Buku tabungan mencatat setiap transaksi konsumsi, tabungan dan penghargaan yang diberikan guru. Lai How-wei percaya, program tersebut akan membantu anak-anak menghargai manajemen keuangan.Buku tabungan mencatat setiap transaksi konsumsi, tabungan dan penghargaan yang diberikan guru. Lai How-wei percaya, program tersebut akan membantu anak-anak menghargai manajemen keuangan.

Kunci agar sistem tersebut disambut baik oleh para siswa adalah dengan merevisi syarat penghargaan. Menurut cetakan biru untuk Bank Wenlin dalam hati Lai, segala tidakkan yang menunjukkan sikap positif, misalnya menjadi petugas kelas, menyerahkan pekerjaan rumah pada waktunya, atau membersihkan kampus sekolah, akan menjadi dasar bagi seorang murid untuk memperoleh Dolar Wenlin, yang kemudian bisa dipakai untuk hadiah-hadiah yang dapat mereka pilih sendiri.

Seorang siswa di sekolah, yang harus diajarkan bukan hanya pengetahuan, namun juga tingkah laku yang benar. Kepala sekolah Chu Yu-huan sejak dulu sudah berniat untuk memperbaiki sistem penghargaan di sekolah, maka dengan segera ia setuju dengan ide yang diajukan Lai. “Sebagai pihak pendidik, target jangka pendek yang kami tetapkan adalah mempengaruhi tingkat laku anak-anak. Dengan terintegrasinya konsep uang melalui pengamatan terhadap konsumsi anak-anak, pendidikan manajemen uang telah menjadi target jangka panjang kami”, kata Chu ketika membicarakan eksperimen pendidikan yang telah menjadi semakin besar ini.

 

Badan ekonomi Wenlin

Lai berpendapat, untuk meningkatkan kepercayaan terhadap Dolar Wenlin, setiap murid bebas memilih apa yang hendak dibeli dengan uang yang diperoleh dengan susah payah.

Lai mengunjungi pembuat mainan di berbagai pelosok Utara Taiwan, dengan teliti memilih barang yang mungkin disukai anak-anak. Melalui proses uji coba, ia perlahan-lahan menyelami apa yang mereka sukai. Jenis barang di atas rak semakin banyak, dan toko kelontong di lorong kantor administrasi sekolah pun dengan sukses dibuka.

Lonceng tanda jam istirahat berbunyi. Murid-murid membawa Dolar Wenlin yang didapatkan dengan upaya sendiri untuk membeli barang kesukaan di toko kelontong Wenlin.Lonceng tanda jam istirahat berbunyi. Murid-murid membawa Dolar Wenlin yang didapatkan dengan upaya sendiri untuk membeli barang kesukaan di toko kelontong Wenlin.

Transaksi ditangani dengan pembaca barcode yang dikoneksikan dengan komputer. Dengan cara memindai barcode, dalam waktu 20 menit saja, empat staf toko bisa secara efisien menangani puluhan, bahkan kadang-kadang ratusan konsumen. Melirik antrean panjang berliku-liku, para staf ini sering mengeluh pada Lai tentang tekanan tinggi dalam pekerjaan mereka, namun semangat dan rasa bangga dalam hati mereka sama sekali tidak mampu disembunyikan.

Lulusan departemen pendidikan kesenian, Lai How-wei sama sekali tidak tertarik pada manajemen keuangan sebelum mempromosikan Bank Wenlin. Agar rencananya bisa berjalan lancar, ia bahkan menekuni ilmu moneter, teknik distribusi supermarket dan sistem penggunaan barcode. Pengelolaan Dolar Wenlin akhirnya meraih banyak pengakuan dari para petugas keuangan yang berkunjung ke sekolah, mereka memujinya sebagai suatu badan ekonomi yang sempurna.

Revisi harga jual produk dan berbagai kegiatan yang dipromosikan tidak hanya membuat para murid semakin tertarik pada Dolar Wenlin, juga menimbulkan gejala inflasi dan deflasi. Ambil contoh Fukubukuro (Kantong keberuntungan) yang dijual setiap akhir tahun. Harganya pada tahun pertama adalah 30 Dolar, naik menjadi 90 Dolar pada tahun kedua, dan tahun ini dijual seharga 150 Dolar Wenlin. Lai menerangkan, “Harganya tidak boleh terlalu rendah. Saat ini pendapatan per kapita antara murid kami adalah 99 Dolar per bulan, berarti harga tersebut terjangkau oleh separuh dari mereka, tapi oleh karena lebih tinggi dari upah bulanan, mereka tetap akan merasa berat untuk memutuskan mau beli atau tidak.” Pergulatan batin inilah yang akan membantu anak-anak berpikir matang sebelum mengeluarkan uang.

Mesin pemindai barcode dan komputer tablet mentransformasi meja sekolah menjadi meja kasir toko kelontong.Mesin pemindai barcode dan komputer tablet mentransformasi meja sekolah menjadi meja kasir toko kelontong.

 

Kenyataan dalam bank virtual

Bagi Lai How-wei, Bank Wenlin yang ideal tidak hanya mampu mencetak mata uang sendiri, juga harus menawarkan layanan tabungan. Untuk itu, menghitung uang yang disirkulasi antara 1.600 pelajar SD Wenlin adalah tantangan pertama yang hampir menggagalkan rencana tersebut.

Mesin penghitung uang memiliki mekanisme deteksi pemalsuan. Berat dan bahan yang dipakai untuk mencetak Dolar Wenlin berbeda dari uang kertas asli, maka mesin penghitung uang konvensional sama sekali tidak bisa dipakai di sekolah. Lai mencari di seluruh Taiwan dan akhirnya menemukan pensuplai berlokasi di Shulin yang bersedia memanufaktur mesin khusus. Tapi pada masa awalnya, partikel toner dari uang kertas Wenlin yang dicetak dengan mesin laser sering berjatuhan ke dalam mesin, sehingga teknisi harus  datang hampir seminggu sekali untuk mereparasi mesin yang rusak. Setahun kemudian hingga  generasi ke lima, barulah mesin penghitung uang SD Wenlin dapat beroperasi dengan sukses.

Melalui program Bank Wenlin, Lai How-wei tahap demi tahap membimbing anak-anak membangun konsep keuangan dan sikap kerja yang baik.Melalui program Bank Wenlin, Lai How-wei tahap demi tahap membimbing anak-anak membangun konsep keuangan dan sikap kerja yang baik.

Ketika seorang murid melakukan deposito di Bank Wenlin, pegawai bank pertama-tama mengecek jumlahnya dengan mesin penghitung uang, kemudian menginput nomor akuntansi dan jumlah uang yang akan dideposito, memperbaharui buku tabungannya, dan terakhir menstempel kertas deposito dengan cap pegawai. Menggunakan jam belajar mandiri di pagi hari dan jam istirahat di siang hari, para murid yang bertugas sebagai pegawai Bank Wenlin dengan efisien memproses setiap transaksi, bagaikan orang dewasa yang bekerja sebagai pegawai bank profesional.

Sebagaimana di dunia nyata, pelajar yang hendak bekerja di toko kelontong sekolah atau Bank Wenlin harus melalui proses perekrutan yang ketat, termasuk mengisi dokumen permohonan untuk menerangkan alasan hendak menjadi pegawai, klub kampus sekolah yang pernah dipartisipasi serta pengalaman petugas kelas di masa lampau. Setelah melewati pemilihan tahap pertama, mereka akan dipanggil untuk wawancara kerja dan menjalani ujian simulasi pekerjaan. Ujian ini bertujuan untuk menilai kemampuan beradaptasi pelajar, tapi mayoritas siswa berpendapat wawancara lebih sulit daripada  ujian.

Dalam ekonomi berbasis pada Dolar Wenlin, pendidikan keuangan dipromosikan secara riil melalui uang kertas, buku tabungan dan murid yang bekerja sebagai pegawai bank.Dalam ekonomi berbasis pada Dolar Wenlin, pendidikan keuangan dipromosikan secara riil melalui uang kertas, buku tabungan dan murid yang bekerja sebagai pegawai bank.

Setelah melalui tahap ini, setiap pelajar harus melewati masa percobaan selama satu bulan sebelum menjadi pegawai resmi. “Dalam satu bulan ini, saya akan mengamati kamu, dan kamu juga mengamati apakah pekerjaan ini sesuai untukmu”,  kata Lai. Saat ini, Bank Wenlin dan toko kelontong Wenlin masing-masing memiliki 10 pegawai. Menurut Lai, karena ketatnya persaingan , para pelajar yang terpilih pada umumnya sangat termotivasi, sehingga pergantian personel jarang terjadi. Kepala sekolah Chu merasa gembira bahwa “Anak-anak yang tamat dari Wenlin selalu mencintai dan bertanggung jawab pada pekerjaan mereka.”

 

Tantangan permainan uang

Pada saat program tersebut dimulai, suara oposisi segera bermunculan di lingkungan sekolah. Oleh karena tidak ada preseden yang bisa dicontoh, berbagai kalangan khawatir akan dampak kegiatan konsumerisme. Dalam acara pertemuan yang digelar pada awal pelaksanaan kegiatan ini, banyak guru dan orang tua murid menginginkan agar Lai segera menghentikan program tersebut.

Bank Wenlin di salah satu pojok kampus, dilengkapi dengan mesin pembungkus dan penghitung uang, menawarkan layanan tabungan dan deposito berjangka.Bank Wenlin di salah satu pojok kampus, dilengkapi dengan mesin pembungkus dan penghitung uang, menawarkan layanan tabungan dan deposito berjangka.

Lai menerangkan, “Pada mulanya, saya hanya menjelaskan pada para guru yang tertarik, untuk menjelaskan saja bisa  memakan waktu dua jam.” Tapi berkat upaya komunikasi tersebut, Lai berhasil meraih persetujuan dari sepuluh kelas untuk bergabung dalam operasi tahun pertama Bank Wenlin. Sekarang, 80% kelas di sekolah telah secara aktif berpartisipasi dalam program penghargaan berbasis Dolar Wenlin tersebut.

Beberapa tahun telah berlalu. Lai How-wei menemukan bahwa kapasitas seorang anak untuk berpikir demi orang lain melampaui harapan orang dewasa. Banyak dari mereka akan mengingat  hari ulang tahun temannya dan membeli hadiah dengan menggunakan Dolar Wenlin; salah satu darinya bahkan membeli gelas tempat pensil bergambar Hello Kitty untuk ibunya. Melihat sikap dan tindakan berpikir untuk orang lain yang ditampilkan anak-anak, para orang tua pun mengesampingkan kekhawatiran.

Bank Wenlin di salah satu pojok kampus, dilengkapi dengan mesin pembungkus dan penghitung uang, menawarkan layanan tabungan dan deposito berjangka.Bank Wenlin di salah satu pojok kampus, dilengkapi dengan mesin pembungkus dan penghitung uang, menawarkan layanan tabungan dan deposito berjangka.

Apakah terlalu dini bagi seorang anak untuk memegang uang sehingga membentuk karakter terlalu mengutamakan uang di masa depan? Ini masih diragukan oleh berbagai kalangan, tapi melalui pengamatan bahwa seorang anak bisa memilih antara barang yang diharuskan dan barang yang diinginkan melalui penggunaan uang yang didapatkan melalui kerja keras, Lai berharap program Bank Wenlin bisa membangun konsep uang yang akurat dalam hati setiap murid SD Wenlin. “Saya sering melihat seorang anak mengambil suatu barang kemudian menaruhnya kembali. Ini mungkin tidak bisa diukur dengan alat, tapi saya yakin otak anak itu telah berpikir sejenak,” tutur Lai, menegaskan bahwa berpikir adalah kemampuan setiap manusia yang harus dididik.

 

Puzzle terakhir Bank Wenlin

Bank Wenlin di salah satu pojok kampus, dilengkapi dengan mesin pembungkus dan penghitung uang, menawarkan layanan tabungan dan deposito berjangka.Bank Wenlin di salah satu pojok kampus, dilengkapi dengan mesin pembungkus dan penghitung uang, menawarkan layanan tabungan dan deposito berjangka.

Pada saat keuangan berbaur dengan kehidupan, kesulitan untuk mendorong pendidikan finansial akan berkurang dengan skala besar. Beberapa saat lalu, Lai How-wei meluncurkan program deposito berjangka satu, tiga, enam dan dua belas bulan, dengan suku bunga berbeda untuk jangka waktu deposito berbeda. Pada saat baru diluncurkan, ada seorang murid kelas empat mencari Lai dan menanyakan cara paling efektif untuk mendeposito uangnya. Kebanyakan orang hanya mulai belajar bagaimana mengelola uang mereka setelah pertama kali mendapatkan upah pekerjaan. Proses belajar osmotik yang dipromosikan Bank Wenlin menanamkan konsep pengelolaan uang dalam hati setiap anak, meyakinkan bahwa mereka akan mengetahui lebih banyak tentang strategi keuangan di masa depan.

Maret 2017, Lai How-wei menginisiasi kampanye amal. Sekolah Dasar Hongye di Kabupaten Taitung yang dengan serius terkena dampak bencana  Taifun Nepartak, dipilih sebagai penerima donor agar para pelajar Wenlin bisa merasakan kesulitan yang dihadapi anak-anak dari kelompok usia sebaya karena tidak mampu bersekolah akibat bencana alam. Paket alat tulis senilai 99 Dolar Wenlin dirilis untuk dibeli dan disumbangkan. Menurut rencana awal, hanya 100 paket akan dijual, tetapi respon antusias dari para murid akhirnya menghasilkan sumbangan sebanyak lebih dari 800 paket. Lai dan Kepala Sekolah Chu kemudian secara pribadi menyerahkan paket amal tersebut kepada empat sekolah dasar di Kota Yanping, Taitung. Pengalaman ini menunjukkan, anak-anak SD Wenlin tidak hanya telah mempelajari keterampilan untuk membantu diri sendiri, tetapi juga bersedia membantu orang lain. Bagi Lai, ini adalah kulminasi dari pelaksanaan  Bank Wenlin.

Rencana SD Wenlin untuk mendirikan sebuah bank berdasarkan semangat dan ideologi pendidikan telah membawa manajemen keuangan dalam kehidupan para pelajar. Lai sekarang sudah lebih yakin, Taiwan dengan masyarakat yang mampu mengelola uang seperti  Israel, mungkin akan terwujud tidak lama lagi.