Kembali ke konten utama
Fatayat NU Pengayom Muslim Organisasi Pemudi Nahdlatul Ulama Indonesia di Taiwan
2018-05-21

NU sediakan

 

Organisasi Islam Indonesia Nahdlatul Ulama (NU) Cabang Taiwan, didirikan di Taiwan pada tahun 2007, 85% pekerja migran Indonesia di Taiwan telah menjadi anggotanya, hal ini menunjukkan kemampuan organisasi tersebut sebagai organisasi yang handal. Organisasi ini telah membentuk cabang di Yilan, Taipei, Taichung, Changhwa, Douliu, Donggang Pingtung dan Magong Penghu. Pada tahun 2013 secara khusus dibentuk Fatayat NU yaitu Komite Pemudi NU yang memberikan pendidikan khusus bagi para muslimah, dan mengikuti jejak kesuksesan NU Taiwan, kini jumlahnya kian bertambah di seluruh Taiwan.

 

sarana tempat berkumpul secara berkala

Di seluruh dunia terdapat 1,8 miliar umat Islam, walaupun diversifikasi komunitasnya beragam, mulai dari kaum radikal dan moderat, namun NU yang tergolong kaum moderat dan tradisionalis adalah organisasi Islam terbesar di Indonesia bahkan di seluruh dunia, dengan anggota sekitar 50 juta orang. Tugas utama mereka selain melestarikan dan mengembangkan budaya dan ajaran islam, juga membangun sekolah, RS dan sistem kesejahteraan sosial berpola NU, sehingga menjadi salah satu faktor penting dalam upaya stabilitasi kehidupan sosial Indonesia.

 

NU sediakan 
sarana tempat berkumpul secara berkala.

Kepala KDEI, Bapak Robert James Bintaryo, sering hadir dalam kegiatan NU.Kepala KDEI, Bapak Robert James Bintaryo, sering hadir dalam kegiatan NU.

Pada hari terakhir tahun 2017, saat masyarakat Taipei merencanakan acara malam tahun baru, para muslimin dan muslimat dengan pakaian muslimnya menelusuri pertokoan  bawah tanah MRT Zhongshan menuju ke sebuah rumah pribadi yang terletak di sebuah gang sepi di Chang’an West Road, tempat di mana  para umat muslim baik wanita maupun pria datang untuk berkumpul bersama.

Berbeda dengan sebelumnya, hari ini bertepatan dengan hari pernikahan putera Ketua Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama Taiwan, hadirin dari berbagai daerah  datang memenuhi ruangan untuk menyaksikan upacara pernikahannya, dan sekaligus bersilaturahmi dengan sesama sobat muslim yang sudah lama tidak berjumpa. Bersamaan dengan tibanya malam, saat masyarakat dan kendaraan mulai memenuhi jalanan menyambut tahun baru, maka upacara di rumah pribadi inipun juga mencapai titik klimaksnya.

Rumah yang tidak terbilang luas ini biasanya tertutup rapat, hanya dibuka setiap Sabtu malam dan hari Minggu, Fatayat NU menyewa tempat ini sebagai tempat berkumpul. Tarnia Tari adalah ketua pengurus Fatayat NU cabang Taipei, ia telah bekerja sebagai PRT selama 11 tahun di Taiwan, oleh karena itu ia hanya bisa menangani urusan organisasi pada hari liburnya yaitu pada hari Minggu. Ia menuturkan, mayoritas BMI (Buruh migran Indonesia) di Taiwan adalah perempuan, markas pusat NU berharap melalui acara berkumpul khusus kaum wanita ini bisa meningkatkan perhatian kepada kaum muslimah. Saat ini selain Taipei, di Taichung dan Changhwa juga sudah dibentuk organisasi Fatayat NU.

Fatayat NU merancang banyak kursus, misalnya kursus membuat baju dan menjahit.Fatayat NU merancang banyak kursus, misalnya kursus membuat baju dan menjahit.

Menyinggung peran penting NU bagi muslim Indonesia, Tari menambahkan, agama Islam sangat mementingkan doktrin dan mendorong umatnya untuk meluangkan waktu mendengarkan ceramah imam setiap hari. “Dengan adanya organisasi Islam, maka umat bisa rutin mendengarkan ceramah imam-imam Islam Indonesia. Setiap bulan ada satu sampai dua kali NU mengundang imam ke Taiwan untuk memberikan ceramahnya.” Dan berkat adanya media sosial di jaringan internet, mereka bisa membentuk grup dan bisa saling berjanji dalam waktu yang ditentukan melalui HP masing-masing mendengarkan ceramah, hal ini adalah suatu pelajaran setiap hari yang penting bagi muslim di Taiwan.

Menurut data statistik Kementerian Ketenagakerjaan, hingga akhir November 2017, buruh migran asing yang bekerja di Taiwan mencapai angka 670 ribu orang, di antaranya 260 ribu orang berasal dari Indonesia, dan 90% diantaranya adalah muslim. Walaupun sudah terdapat masjid di daerah Taipei, Zhongli, Dayuan Taoyuan, Taichung, Tainan, Kaohsiung, Donggang Pingtung, namun sulit dicapai dalam keseharian, lokasinya pun tidak berdekatan dengan terminal, sangat tidak mudah untuk dicapai. Sedangkan markas-markas cabang NU di Taiwan, berada di dekat terminal, waktu berkumpulnya rutin setiap hari Minggu di minggu ke dua dan ke empat dalam sebulan, mudah diingat dan sudah menggantikan fungsi masjid di Taiwan.

Kaum muslimah belajar keterampilan di hari libur, keterampilan ini bisa menjadi aset untuk berwiraswasta atau mencari lahan kerja baru setelah kembali ke Indonesia.Kaum muslimah belajar keterampilan di hari libur, keterampilan ini bisa menjadi aset untuk berwiraswasta atau mencari lahan kerja baru setelah kembali ke Indonesia.

“Di masa lalu sulit bagi muslim Indonesia mencari tempat beribadah, sejak beberapa muslimin saleh merintis pembentukan organisasi NU Taiwan, dan mendapatkan dukungan penuh dari PBNU di Indonesia.” Sejak saat itu, TMS terminal Taipei telah berangsur menjadi arena berkumpul untuk beribadah bersama, dan hingga tahun 2014, sejak mendapatkan lokasi di Chang’an West road , para umat Islam baru bisa beribadah rutin setiap hari Minggu.

 

Menjadi jembatan bagi BMI

Organisasi NU bertumpu pada doktrin tradisionalisme dan Sufisme, yang menekankan ketaatan pada aturan agama, mementingkan sikap amal dalam keseharian, menjernihkan batin menghilangkan niat jahat. Di Taiwan, organisasi NU juga bekerjasama dengan KDEI di Taipei, dengan turut membantu penyelesaian masalah buruh migran.

Masalah yang dihadapi BMI beragam, misalnya yang baru datang ke Taiwan mengalami kesulitan berkomunikasi dengan majikan karena faktor kendala bahasa Mandarin yang kurang fasih, terkadang penerjemah agensi berhalangan, maka NU Taiwan menjadi jembatan penyelesai masalah yang baik. Atau masalah masa berlaku paspor yang sudah berakhir, namun tidak ingin menggunakan jasa agensi karena pungutan biaya, atau ingin pulang sebelum kontrak habis, semuanya bisa meminta jasa bantuan NU Taiwan untuk mendapatkan informasi perihal permohonan paspor, proses ke kantor imigrasi hingga pemesanan tiket pesawat. Jika ada BMI meninggal dunia, NU mempunyai anggota yang khusus memandikan jasad dan pengadaan upacara pembacaan ayat suci dan membantu KDEI dalam pemulangan jasad ke tanah air.

Ketua Fatayat NU Taiwan, Tarnia Tari yang sudah beberapa tahun di Taiwan suka beramal, dan ingin membentuk tim relawan untuk melayani masyarakat Taiwan.Ketua Fatayat NU Taiwan, Tarnia Tari yang sudah beberapa tahun di Taiwan suka beramal, dan ingin membentuk tim relawan untuk melayani masyarakat Taiwan.

Kerjasama NU dengan KDEI tidak hanya terbatas pada masalah kehidupan, KDEI juga bekerjasama dengan sekolah dan tempat kursus kejuruan Taiwan untuk menyelenggarakan kursus-kursus keterampilan bagi BMI agar bisa berwiraswasta kelak.

 

Menjadi Penyangga Spiritual

Yang paling ditakuti ketika bekerja di perantauan adalah kesulitan dalam berkomunikasi, tetapi tidak tahu kemana mencari bantuan. Mengenang 11 tahun lalu ketika Tari baru datang bekerja ke Taiwan, bahasa Mandarinnya kurang baik, belum bisa beradaptasi, udara dingin yang menusuk hingga gempa yang sering terjadi membuatnya ketakutan sekali. “Saat itu majikan masih belum memberikan kebebasan bagi kami untuk menggunakan HP, dan juga melarang kami berlibur setiap hari minggu”. Keadaan ini semakin memperburuk rasa kangen terhadap kampung halaman. Berbeda dengan Taiwan dewasa ini, Tari beranggapan, sekarang sangat terbuka, majikan semakin peduli dengan hak dan kepentingan BMI, bahkan banyak yang diperlakukan seperti anggota keluarga sendiri, terutama ketika HP sudah menjadi bagian pokok kehidupan sehari-hari, dan maraknya penggunaan aplikasi gratis yang memberikan kesempatan bagi BMI bisa berbicara telepon atau video-call dengan keluarga di kampung halaman setiap saat, sehingga masalah kesenjangan budaya dan rindu kampung halaman sudah bukan kendala bagi BMI lagi.

“Dengan adanya tumpuan spiritual, kehidupan kami menjadi semakin terkontrol, sehingga bekerja di Taiwan adalah dambaan kami semua.” Tari menyadari ada sebagian BMI yang bekerja keras tapi hatinya hampa, merasa suram menghadapi masa depan, ”Dengan bergabung dalam NU, kami menjadi sebuah keluarga besar, saling mengayomi. Dengan adanya siraman ajaran agama, maka sisi spiritual anggota menjadi terpenuhi, sehingga bisa bekerja dengan penuh suka cita.”

Menjadi Penyangga Spiritual

Fatayat NU Taiwan secara umum memberikan pengajaran kepada muslimah tentang kehidupan, ilmu pengetahuan umum dan hukum terkait. Meskipun baru dimulai tidak lama, tapi sudah ada tekad yang bulat. Dengan mengambil Taipei sebagai contoh, arena perkumpulan NU adalah untuk beribadah, tetapi di lantai bawah tempat itu terdapat tempat seluas 6 meter persegi yang dapat dipakai sebagai tempat kursus bagi para muslimah. “Setiap minggu ada kursus menjahit, merias wajah, mengundang mahasiwa Indonesia yang studi di Taiwan mengajari mereka bahasa Inggris dan komputer.” Tari sangat senang mempunyai tempat khusus ini, karena juga bisa dipakai untuk bertukar pendapat tentang perkawinan, hubungan cinta kasih bahkan sampai urusan yang sangat pribadi, para muslimah menjalin hubungan silaturahmi yang erat.

Fatayat NU Taiwan secara umum memberikan pengajaran kepada muslimah tentang kehidupan, ilmu pengetahuan umum dan hukum terkait.

Rencana di masa yang akan datang, mereka ingin membentuk tim relawan, agar lebih banyak muslimah terjun ke masyarakat memberikan pelayanan dan perhatian yang lebih besar kepada BMI non muslim, bahkan diharapkan bisa berpartisipasi dalam kegiatan sosial Taiwan sendiri. “Agama Islam mengajarkan kami untuk berhati baik, beramal, asal kami mampu, akan kami wujudkan.” Banyak muslimah seperti Tari, mencintai masyarakat Taiwan yang bersahabat, mereka mendapatkan kehangatan di Taiwan, maka juga berharap kesalehan agama Islam juga bisa disebarkan untuk lebih banyak orang.