Kembali ke konten utama
Graffitiku di Seluruh Dinding Kota Bounce ~ Memadukan Budaya Kuno dan Baru
2018-06-11

Bounce diundang The General Association of Chinese Culture untuk datang ke Nancheng melukis graffiti. (Foto: BOUNCE)

Bounce diundang The General Association of Chinese Culture untuk datang ke Nancheng melukis graffiti. (Foto: BOUNCE)

 

Di tengah angin dan kegelapan malam, mencari sebentang dinding untuk dilukis dengan semprotan cat, sayangnya baru selesai setengah sudah terdengar peluit "priiitt..prittt.. priitttt.."  dari polisi yang sedang patroli.., terpaksa harus lari terbirit-birit, demikian hari-hari yang dilalui pelukis grafitti  "Bounce", namun hal  ini telah menjadi masa lalu. Saat ini  karya-karyanya tidak hanya terpampang di galeri tetapi  juga menghiasi jalan-jalan ramai kota.

 

Di jaman sekarang ini, selalu ada cerita tersendiri di balik setiap kesuksesan, siapa yang tidak suka mendengar cerita? Bahkan lahirnya seekor kelinci hitam, yang berbeda dengan kelinci pada umumnya yang lucu dan cantik, kelinci yang satu ini tidak memiliki sepasang tangan, mata yang berekpresi kosong, bahkan telinga besar dan panjang dengan alat pengeras didalamnya. Demi mengejar impian, ia melompat keluar dari hutan belantara masuk ke kota, tertarik dengan suara dan musik jalanan..

Tempat di mana ia muncul dipenuhi dengan ritme irama, garis tebal, sketsa kasar dengan lapisan garis dan warna yang rumit menghasilkan ritme yang indah beragam; ditambah lagi dengan ciri khas kelinci dengan kuping pengeras membuat orang menatap sejenak, seolah-olah mereka dapat mendengar nada elektronik memekakkan telinga yang dikeluarkan dari gambar dinding.

Karya “Hsiang Nancheng” menggambarkan seorang anak laki-laki bergaya trendi masa kini dipadukan dengan budaya bunga Hakka dan kostum opera, kombinasi dan integrasi antara budaya lama dan baru. (Foto: BOUNCE)Karya “Hsiang Nancheng” menggambarkan seorang anak laki-laki bergaya trendi masa kini dipadukan dengan budaya bunga Hakka dan kostum opera, kombinasi dan integrasi antara budaya lama dan baru. (Foto: BOUNCE)

Suntikan Vitalitas Dalam Karya

Penciptanya adalah Bounce, seorang yang pada tahun ini gemar bermain papan luncur. Lulusan sekolah Perdagangan dan Seni Fu-Hsin yang telah banyak melalui pelatihan, sejak mengenal graffiti, dari tangan yang biasanya mengunakan kuas untuk melukis berangsur-angsur diganti dengan kaleng cat semprot, sketsa gambar di kertas juga tidak lagi dibutuhkan. Di waktu dan tempat tertentu lahir pola gambar dalam benaknya, kesempatan besar yang tidak dapat diraih pada waktu itu hanya bisa dilampiaskan dengan melukis pada dinding. Ia mengatakan, “Lukisan dinding saya tidak perlu sketsa, paling hanya menuliskan beberapa kata kunci dan elemen. Begitu sampai di tempat sana, lingkungan sekitarnya akan memberitahukan apa yang harus saya gambar dan mengetahui apa yang sesuai dengan lingkungan tersebut. Apabila untuk kerja sama bisnis, mungkin saya akan ke sana untuk memotret terlebih dulu tempatnya sebagai bahan referensi, setelah itu saya akan ke sana lagi untuk melukisnya.”

Seperti atas undangan dari  The General Association of Chinese Culture yang meminta Bounce menghiasi Nancheng (Distrik Zhongzheng, Taipei) dengan lukisan seorang anak laki-laki dengan topi, kaca mata dipadukan dengan kostum opera bunga-bunga ala Hakka, melambangkan kombinasi dan integrasi antara elemen budaya lama dan baru, atau pada dinding sebuah toko produk olah raga bermerek di Ximending yang abstrak dengan gaya dekonstruksi dan kubisme mengabungkan elemen klasik produk bintang NBA. Di Dongshi, Taichung dengan karakteristik budaya setempat, pada dinding sebuah restauran dilukiskan perpaduan bunga Tung, buah Kesemek dan seekor hewan mitologi “Naga Kuda”. Lukisan-lukisan dinding juga muncul di ventilasi MRT Taipei, karya besar yang juga menyuntikkan vitalitas pada kawasan tua ini.

Berkarya di luar ruangan tidak seperti dalam ruangan, tantangan yang muncul seringkali menguji kesabaran sang seniman. Terik matahari yang membakar, lalu lalang orang dan kendaraan, desain konstruksi lingkungan sekitar, keterbatasan tempat, waktu melukis dan lain sebagainya. “Sebelum melukis rasanya sangat sulit, setelah lukisan selesai, tidak terasa sulit.” Sambil tertawa ia mengungkapkan kalau ia juga sering melukis pada dinding bangunan tinggi, ia menganggap hal tersebut seperti mengikuti ujian  untuk mendapatkan surat ijin mengendarai mobil crane

Bounce menciptakan karakter seekor kelinci miliknya yang mempunyai kisah tersendiri.Bounce menciptakan karakter seekor kelinci miliknya yang mempunyai kisah tersendiri.

Graffiti Go Internasional

Graffiti memberikan Bounce pengalaman hidup yang berbeda dengan orang biasa, berkenalan dengan banyak orang, pergi ke berbagai pelosok dunia. Seperti ketika Tom Cruise datang ke Taiwan untuk mempromosikan film barunya, karya graffiti kreatif bersama dengan teman baiknya, Duncan, tidak hanya dilirik melainkan juga mendapat pujian dan apresiasi dari bintang besar Hollywood. Dalam  pertandingan  Tongchuan International Graffiti di Shanxi, Daratan Tiongkok  karya unik yang memadukan karakter “Star Wars” dengan “Terakota” menjadi terkenal dan membuatnya melihat  betapa kaya dan beragamnya sumber graffiti di tiap-tiap pemerintah daerah Daratan Tiongkok; kesenian ini juga yang menghantarnya ke Perancis,  menghanyutkannya dalam humaniora natural Eropa, merangsangnya membuat karya yang terasa aneh bagi masyarakat Taiwan. “Kebiasaan yang popular di masyarakat Taiwan adalah asalkan barang tersebut dapat digunakan; namun estetika ini dipengaruhi dengan atmosfir kebiasaan sehari-hari, karya-karya saya selama 3 bulan di Perancis ini tidak akan bisa digambarkan saat berada di Taiwan,” demikian  tutur Bounce.

Di Taiwan, graffiti dilihat sebagai tindakan menggambar sembarangan dengan tidak normal oleh generasi sebelumnya, bahkan dianggap sebagai tindakan merusak kebersihan dan tatanan lingkungan. Ironisnya, pemilik sebidang tembok kosong lebih memilih untuk menyewakan bidang kosong  tersebut untuk iklan oudoor tanpa estetika ketimbang sebagai tempat untuk menyalurkan bakat seni seniman.

Bounce mengemukakan, hingga sekarang ia telah bersikeras selama 12 tahun agar masyarakat umum dapat melihat graffiti dari sisi positif dan bukan sebagai kekonyolan kaum muda. Ia memanfaatkan setiap kesempatan dengan sebaik-baiknya karena semakin banyak karya yang ditampilkan di jalan, semakin meningkatkan tingkat visibilitas, maka sedikit demi sedikit dapat memberikan pengaruh. Kebanyakan karya para seniman graffiti menghiasi daerah kumuh atau jalan, kesempatan menghiasi bangunan 2-3 lantai sangat jarang, kerapkali harus bergantung pada dukungan dari pihak swasta atau pemerintah setempat. Bounce berterus terang menyampaikan kalau pola pikir pihak pemerintah terhadap seni graffiti masih tetap konservatif, menyebut graffiti dengan “Melukis”; kalau tidak graffiti hanya diperbolehkan secara hukum pada kawasan tertentu saja, kecuali seniman itu sendiri kembali pulang ke tanah air setelah berhasil mendapatkan predikat “Kebanggaan Taiwan” di luar negeri, jika tidak hanya bisa dengan cara gerilya dan sembunyi-sembunyi untuk “Membuat karya graffiti untuk diri sendiri”, sulit untuk dapat memperluas pengaruhnya.

Permasalahannya adalah banyak orang tidak mengerti tentang graffiti, untuk itu Bounce mencoba memasukkan unsur budaya setempat dalam karya graffitinya meskipun hanya secara simbolis saja namun ini merupakan benda yang umum dalam kehidupan sehari-hari sehingga lebih mudah untuk menimbulkan keakraban dan diterima oleh masyarakat pada umumnya, dengan demikian baru ada kesempatan untuk lebih mengenal graffiti.

Toko perlengkapan olah raga bermerek di sebelah “Red House” Ximending, memiliki desain trendi unik pada tembok luar. Bounce menggunakan warna yang berani dan garis-garis geometris sebagai penghormatan pada bintang bola basket, Michael Jordan.Toko perlengkapan olah raga bermerek di sebelah “Red House” Ximending, memiliki desain trendi unik pada tembok luar. Bounce menggunakan warna yang berani dan garis-garis geometris sebagai penghormatan pada bintang bola basket, Michael Jordan.

Penyusup Dunia Graffiti

Setelah 12 tahun Bounce berhasil menciptakan merek bagi dirinya dan mendapat perhatian serta pengakuan sebagai seorang seniman. Daripada bergantung pada pendapat dan permintaan orang yang memesan, hanya sebagai “pelukis OEM”, ia lebih bersikeras untuk bisa kreatif, “Saya mengerjakannya sampai orang lain puas dengan karya saya dan datang mencari saya, selalu memiliki semangat dengan merek  sendiri, dan tidak membiarkan orang lain mendikte untuk hasil karya saya,” tutur Bounce sambil berkelakar ia menyebut kalau seni graffiti adalah seni “Parasit”, dengan mengandalkan dinding, pakaian, kegiatan sektor publik, “Saya adalah penyusup dalam dunia graffiti, melakukan hal yang tidak dapat mereka lakukan di bawah tanah.” Selain mengandalkan kehebatan dalam seni graffiti, ia juga pernah berpartisipasi dalam pameran dan bekerja sama dengan merek dari dalam dan luar negeri, ia juga terjun dalam perfilman, periklanan, pembuat naskah musik video, karya seni bahkan ia juga bekerja sebagai perancang komunikasi visual.

Dari hip hop Amerika atau Ukiyo-e Jepang sampai jalan-jalan di Kairo-Mesir, setelah “Kebangkitan Dunia Arab atau Musim Semi Arab” muncul protes terhadap graffiti yang dianggap meniru mural makam kuno. Taiwan yang multikultural sebagai perpaduan beragam kebudayaan, kalau begitu graffiti apa yang bisa mewakili Taiwan? Saat ini masih belum ada jawaban secara umum. Budaya adalah gabungan dari berbagai gaya hidup manusia, Bounce beranggapan lingkungan kehidupan Taiwan menyerap kebudayaan dari berbagai negara jadi tidak ada visual simbol tertentu yang menonjol sehingga sulit untuk mencari definisi secara akurat bagi dunia graffiti Taiwan.

Graffitiku di Seluruh Dinding Kota Bounce ~ Memadukan Budaya Kuno dan Baru

Kembali pada Inti Karya

Masalah besar dan kecil yang muncul dalam kehidupan sehari-hari menjadi sumber bahan karya Bounce, meskipun topik publik mengundang lebih banyak suara tetapi ia tetap mengerjakannya. “Setiap orang pasti akan melihat sesuatu dari sudut pandangnya, tidak mungkin hanya ada satu sisi saja. Saya tidak berharap memberikan pengaruh terlalu banyak pada masyarakat dalam membaca graffiti, sehingga pemikiran yang ada kebanyakan adalah pada diri gambar tersebut.”

Bounce menambahkan, “Saya lebih menekankan pada sisi kreatif dari eksistensi pribadi, lebih penting lagi visualnya; dan karena sebelumnya saya belajar seni tradisional, pengaruh pelajaran seni tradisional lebih besar, target kreatif lebih menyerupai Leonardo Da Vinci, Van Gogh, yaitu karya yang diciptakan untuk mengekspresikan isi hati, paling otentik dan murni.”

Untuk menegaskan identitas dan eksistensi mereka, beberapa seniman graffiti membubuhkan “Tanda tangan” pada gedung-gedung menjulang tinggi yang sulit terjangkau di pusat keramaian kota. Ada yang mengambar dengan cat semprot pada bangunan yang tidak dipakai, adapula yang “Mengambar” di atas karya graffiti sebelumnya. Karya Bounce sendiri juga tidak terlepas dari kelakuan tangan-tangan nakal. Dulu banyak kerabat, anggota keluarga dan fansnya yang menyampaikan ketidakpuasan  melalui internet tetapi dia sendiri tenang-tenang saja. Sebagai seniman graffiti senior, Bounce memahami dorongan untuk berekspresi dari seniman lainnya, tidak peduli karyanya bagus atau jelek, yang terpenting adalah sikap menghargai. “Banyak seniman graffiti yang mengeluh terhadap kurangnya apresiasi seni dari masyarakat Taiwan, tidak menghormati seni graffiti. Namun banyak orang yang tidak pernah memikirkan, sebelum mengharapkan orang lain menghormati kita, kita harus terlebih dulu menghormati orang lain, menghormati lingkungan ini, dan menghormati sesama seniman graffiti.”

Berharap masyarakat umum menyukai, memahami kebaikan serta makna dari graffiti bagi sebuah kota dan bukan secara sembarangan corat-moret, sebagian dari mereka mengerti posisi mereka dan dengan sepenuh hati berharap gambar yang dibubuhkan dapat memberikan nilai tambah bagi bangunan tersebut. “Pada karya saya dapat terlihat goresan pertama hingga terakhir, merupakan lapisan satu di atas yang lain, sebenarnya graffiti dapat dibuat seperti batang pohon yang memiliki citra waktu dan sejarah.”

Kembali pada tahun 2005 saat pertama kali mulai berkarya, Bounce yang menyukai graffiti, setiap hari menantikan datangnya tengah malam agar bisa bersama-sama dengan temannya menikmati suasana malam, melukis hingga hari terang dan naik bus pertama kembali pulang ke rumah untuk tidur. Setelah beberapa tahun kemudian impiannya tetap tidak berubah sehingga  semakin banyak orang melihat kegigihanya. Seperti karakter seekor kelinci yang dilukiskan, tidak pernah lupa dengan niat awalnya, terus melangkah dengan mengikuti irama; memberikan dorongan pada setiap orang bahwa pada akhirnya pasti dapat menemukan suara hati  mereka sendiri.