Kembali ke konten utama
U-Mkt di Taipei Pasar Tradisional Lahir Kembali
2018-06-18

Dua kios pedagang daging dari era Jepang sampai sekarang masih utuh, menjadi cermin bagi pengunjung untuk menggambarkan suasana penjualan daging tempo dulu.

Dua kios pedagang daging dari era Jepang sampai sekarang masih utuh, menjadi cermin bagi pengunjung untuk menggambarkan suasana penjualan daging tempo dulu.

 

Pasar "U-mkt" (juga dikenal sebagai Pasar Xinfu) menempati sebuah bangunan berbentuk tapal kuda di bagian Tenggara Kuil Longshan di Taipei.

U-mkt yang  dibangun pada 1935 adalah pasar tradisional yang telah ramai dikunjungi selama 80 tahun, namun kepopulerannya mulai mundur dan akhirnya dilupakan dengan munculnya pasar modern.

Kini, pasar tersebut telah dibuka kembali setelah direnovasi oleh JUT Foundation for Arts and Architecture selama tiga tahun. Renovasi tersebut berhasil menghidupkan kembali semangat yang telah diam cukup lama dan memperkenalkannya kepada pengunjung generasi baru.

 

U-Mkt di Taipei Pasar Tradisional Lahir Kembali

Di suatu pagi yang cerah pada bulan Mei, seorang ibu berusia 60an tahun sedang istirahat usai bekerja di depan tokonya di pasar U-mkt. Masih mengenakan sarung tangan dan sepatu bot karet, ia sebentar lagi akan mengantar es ke toko hidangan laut.

Seorang nenek yang membawa keranjang belanja berhenti untuk mengobrol; seorang bapak datang menyapa untuk meminjam pipa air, dan beberapa anak muda yang siap-siap berangkat kerja mengucapkan selamat pagi padanya.

Dikenal sebagai “Nenek Aijiao,” ibu yang sudah cukup berumur ini adalah seorang penjual es dan figur ikonik di Pasar U-mkt.

Didirikan oleh seorang Jepang bernama Tokichi Toda, toko es Nenek Aijiao adalah satu-satunya toko yang sudah ada sejak awal pasar tersebut berdiri. Mertua Nenek Aijiao mengambil alih toko ini setelah Taiwan direstorasi dari penjajahan Jepang, dan puluhan tahun  telah berlalu sejak sang nenek mengelola toko tersebut sendirian, menawarkan es yang dibutuhkan oleh toko-toko tetangga untuk menjaga kesegaran makanan. Pada saat film Taiwan “Monga” mengadakan syuting, es Nenek Aijiao juga pernah dipesan untuk mendinginkan minuman bagi para pekerja.

“Fotonya yang cantik ya,” gurau Nenek Aijiao yang hari ini khusus mengenakan kemeja dengan pola bunga berwarna terang. Ketika masih muda, mengangkat balok es seberat 30-40 kg bukan masalah bagi Nenek Aijiao, hanya saja kulit telapak tangan akan berkalus. Dengan bertambahnya usia, ia sekarang harus meminjam bantuan perlengkapan mesin otomatis. Sambil bekerja, Nenek Aijiao mengatakan, pada saat AC dan lemari es belum belum digunakan secara luas seperti sekarang, banyak tamu akan memesan balok es berukuran besar, ditaruh di atas kursi atau di bawah tempat tidur agar suhu udara di rumah bisa lebih sejuk di musim panas.

U-Mkt di Taipei Pasar Tradisional Lahir Kembali

Pada era puncak kejayaan pasar lebih dari 30 tahun lalu, bisnis toko es bisa mencapai NT$ 2.000 sampai NT$ 3.000 per hari. Hanya mengantar es ke sekolah dasar sekitar saja sudah cukup untuk membuatnya sibuk. Namun ketika kepopuleran pasar mulai meredup, bisnis tokonya turut terkena dampak. Zaman sekarang, hampir tidak ada kaum muda yang bersedia mengerjakan pekerjaan melelahkan ini. “Sekarang saya menganggapnya sebagai suatu olah raga. Tujuannya untuk menyehatkan badan, bukan untuk mendapatkan uang,” tutur sang nenek. Kesibukan Nenek Aijiao membuat, memotong dan mengantar es setiap hari di tengah gemuruh suara mesin, tetap menjadi pemandangan indah di Pasar U-mkt.

Format Baru untuk Pasar Tua

Pasar U-mkt yang terletak di Distrik Wanhua, Taipei, pertama dibuka pada 1935 sebagai Pasar Makanan dan Serba-Serbi Xinfu (Shintomicho), dan merupakan pasar umum indoor yang dibangun oleh pemerintah kotapraja Taipei pada masa kolonialisme Jepang. Ketika pemerintah Nasionalis pindah ke Taiwan pasca restorasi Taiwan dari penjajahan Jepang, tentara dan rakyat yang datang bersamaan dengan cepat mengembungkan populasi. Ini tidak hanya menarik banyak pedagang untuk datang menetap di daerah sekitar, bangunan perumahan juga menjamur dengan cepat, membuat jumlah kios di dalam pasar meningkat melampaui kapasitasnya sebanyak 35 kios, bahkan banyak kios yang mulai bermunculan  di luar gedung.

Saat dibangun pada tahun 1935, Xinfu adalah sebuah pasar berbentuk tapal kuda yang jarang ditemukan di Taiwan.Saat dibangun pada tahun 1935, Xinfu adalah sebuah pasar berbentuk tapal kuda yang jarang ditemukan di Taiwan.

Pasar yang sangat ramai dikunjungi ini adalah pusat kehidupan warga Wanhua di tahun 1950an, tapi kepopulerannya mulai menurun pada tahun 1970an  dengan dibukanya Pasar Huannan dan dilegalisasinya pedagang kaki lima di daerah sekitar bangunan pasar. Kemerosotan pasar tradisional pada di tahun 1990an membuat situasi semakin serius. Dibandingkan keriuhan di Sanshui Street yang berdekatan, Pasar Xinfu tampak sepi sekali, hanya dipakai sebagai gudang penyimpan barang oleh pedagang dan tempat parkir sepeda motor. Situasi ini berlangsung hingga 2006 ketika Pemerintah Kota Taipei menunjuknya sebagai “Bangunan kota bersejarah” atas pertimbangan nilai aset budayanya.

Kantor Administrasi Pasar Kota Taipei akhirnya merenovasi Pasar Xinfu, dan memberikan hak pengelolaan sepanjang sembilan tahun kepada Yayasan JUT pada 2013. Tidak lama setelah mengambil alih tugas merevitalisasi pasar tua itu, pihak yayasan menemukan bahwa informasi yang ada tentangnya sangatlah sedikit. Suatu tim kemudian diutus untuk mewawancarai warga dan pedagang lokal, dan berkonsultasi dengan pekerja budaya dan sejarah, untuk perlahan-lahan membangun kembali gambaran masa jaya pasar tua tersebut.

U-Mkt di Taipei Pasar Tradisional Lahir Kembali

Melihat upaya rekonstruksi yang dilakukan Yayasan JUT, banyak pedagang tua bertanya tentang produk apa yang kelak akan dijual di sini, dan apakah mereka boleh ikut membuka kios. Para petugas menerangkan, pasar tersebut tidak didesain sebagai “Pasar” konvensional, melainkan meminjam keunikan pasar tradisional dan membaurkannya dengan format baru untuk menampilkan pasar berwajah modern.

Maret 2017, Pasar Xinfu resmi dibuka kembali dengan nama baru. Pasar U-mkt bukan lagi pasar tradisional, melainkan suatu pangkalan kreativitas kompleks untuk menggelar serangkaian pameran, seminar dan lokakarya bertema pendidikan makanan, pembangunan komunitas serta pengamatan kehidupan pasar, yang dapat mencurahkan energi dan semangat desain generasi baru untuk menampilkan sisi sejarah serta keeratannya dengan rakyat.

Pasca didesain ulang, Pasar Xinfu yang berusia lebih dari 80 tahun berubah menjadi pangkalan kreativitas.Pasca didesain ulang, Pasar Xinfu yang berusia lebih dari 80 tahun berubah menjadi pangkalan kreativitas.

Kecerdasan Desain Bangunan Garda Depan

Bangunan berbentuk tapal kuda  jarang ditemukan dalam bangunan pasar  di Taiwan. Dibangun dengan bahan utama bata bertulang, permukaan dinding luarnya berpola beton kerikil, menampilkan gaya arsitektur yang sederhana namun fungsional. Bagian interiornya memiliki plafon yang tinggi dan banyak jendela berporos horizontal, sementara bentuk sepatu kudanya menciptakan suatu jalur belanja bagi para pengunjung, dan atrium terbuka di bagian tengahnya menawarkan pencahayaan serta ventilasi yang baik.

Pengunjung dengan penglihatan tajam yang masuk melalui Sanshui Street di bagian utara Pasar U-mkt dapat menemukan dekorasi melingkar dan logo kota yang paling awal di atas atap pelana. Di dalamnya, balok atap beton yang memancar dari suatu titik tengah dan sebuah pintu geser kayu berwarna hitam yang dihanguskan dengan api, menciptakan ilustrasi dialok antar ruangan yang menarik dengan area restoran baru yang terang.

Pasar tradisional Shintomicho berubah menjadi museum hidup.Pasar tradisional Shintomicho berubah menjadi museum hidup.

Sebagai pasar modern pertama yang memenuhi regulasi kesehatan baru pada zaman kolonialisme Jepang, Pasar U-mkt memiliki sistem drainase yang dirancang secara unik: Atap bangunan miring ke arah atrium di tengah, mengumpulkan air hujan di selokan berbentuk “U” sepanjang tepi atasnya. Dari sana air dialirkan melalui pipa ke sistem drainase bawah tanah. Sistem mengumpulkan air ke dalam bangunan tersebut kebetulan mencerminkan pandangan orang Taiwan bahwa “Mengumpulkan air bisa mendatangkan kekayaan.”

“Ada satu masalah besar yang sedang kita hadapi: Nostalgia kita terus bertumbuh, tapi memori terhadap barang-barang yang kita rindukan semakin pudar. Di tengah-tengah nostalgia dan lenyapnya memori, apa yang bisa dilakukan untuk dapat mengintegrasikan ruang bersejarah ini ke dalam lingkungan sosial kontemporer?” Demikian pertanyaan yang berputar terus dalam kepala Michael Lin, arsitek yang menangani proyek daur-ulang ruang interior Pasar Xinfu.

Puluhan tahun telah berlalu sejak Nenek Aijiao mengambil alih pengelolalan toko es dari mertuanya.Puluhan tahun telah berlalu sejak Nenek Aijiao mengambil alih pengelolalan toko es dari mertuanya.

Untuk mengurangi kemungkinan merusak bangunan bersejarah itu seminimal mungkin, Lin hanya memakai materi dan teknik yang bisa dibalik, termasuk membangun struktur kayu ringan yang bisa dilepas, dan memisahkan lantai serta pembatas ruangan dari permukaan lantai serta dinding semula. Kalau bangunan awal terasa agak berat, digunakan elemen-elemen seperti kayu pinus yang menghangatkan, papan tembus cahaya dan kaca untuk menambah keanggunan visual bangunan tersebut, dan pada saat yang sama menjadi pemisah ruangan yang jelas antara tempat pekerjaan, aktivitas, restoran dan pameran.

Mayoritas pedagang di Pasar Xinfu pada masa lampau adalah penjual daging. Karena daging yang dijual harus digantung, kios-kios dalam pasar kebanyakan dibangun dengan kayu di atas lantai semen. Untung saja, dua dari kios era-Jepang ini sampai sekarang masih utuh. Didekorasi dengan elemen budaya kreatif, kedua kios tersebut kini menjadi cermin bagi pengunjung untuk mengenang suasana penjualan daging  tempo dulu.

Setelah menyelesaikan tur di seluruh bangunan, jangan lupa untuk mengunjungi kantor dan asrama kayu gaya Jepang yang masih bisa ditemukan di bagian Timur Laut pasar. Dibangun khusus untuk pegawai pasar, mereka sekarang juga telah menjadi catatan penting bagi sejarah Pasar Xinfu.

Kembali ke Interaksi Antar Manusia

Pasar tradisional ini telah berubah menjadi suatu museum hidup. Tetap berlokasi di tengah-tengah serangkaian bangunan tua, Pasar Shintomicho telah terlahir kembali. Dengan meminjam pengetahuan dan keramahan lingkungan sekitar, pasar ini mengombinasikan elemen makanan dan minuman, perkotaan, arsitektur dan pendidikan lingkungan. Melalui proses dekonstruksi dan rekonstruksi, tempat tersebut sekarang dibagi berdasarkan fungsi, dan sedang perlahan-lahan merespon kebutuhan komunitas lokal.

U-Mkt di Taipei Pasar Tradisional Lahir Kembali

“Kami berharap ia bisa menjadi suatu pasar baru yang dapat menampung berbagai jenis pertukaran informasi dan hubungan antar manusia, juga berharap koneksi seperti ini tidak hanya terbatas pada daerah sekitar pasar, melainkan bisa tersebar luas ke seluruh Wanhua, agar nilai pasar modern usai rekonstruksi bisa terintegrasi dengan keunikan pasar asalnya,” tutur CEO Yayasan JUT, Aaron Lee.

Bagaikan tanah subur hari ini yang akan menjadi energi di hari esok, masa depan Pasar U-mkt akan menjadi suatu forum untuk menjelajahi sejarah dan mengecap kehidupan, serta suatu lokasi untuk belajar bersama. Pengguna lama dan baru serta pola operasi dari era berlainan bisa hidup berdampingan di gelanggang partisipasi publik ini, kemudian menghubungkan lebih banyak keterbukaan dan kemungkinan.

Kita bisa mengantisipasi seorang nenek membawa cucunya untuk berkunjung ke sini dan perlahan-lahan menyelami fungsi pasar yang terlahir kembali, juga menanti kedatangan kaum remaja untuk lebih mengenal bangunan bersejarah berusia 80 tahun ini serta perkembangan sejarah di kawasan sekitarnya.

Ini adalah suatu perjalanan tentang pasar, aroma, memori dan saling berbagi. Silakan datang untuk mencicipi nilai inti interaksi antar manusia di pasar tradisional.