Kembali ke konten utama
Taiwan Smile Folksong Group Penerus “Jazz Taiwan”
2018-08-13

Taiwan Smile Folksong Group Penerus “Jazz Taiwan”

 

Tepuk tangan pemirsa bergemuruh dengan berakhirnya video musik untuk album ìWhat Are You Singing?î dalam penganugerahan Desain Red Dot 2016 di Jerman. Ketua Taiwan Smile Folksong Group, Chu Chien-chih, bingung, ìSemua pemirsa adalah orang asing. Video yang ditayangkan berbahasa Taiwan. Apakah mereka mengerti?î Tentu saja mayoritas pemirsa tidak mengerti, tapi kombinasi antara kesenian nyanyian tradisional liam-kua Taiwan dan kreativitas abad ke 21, telah memenangkan ìBest of the Bestî Red Dot Award untuk Desain Komunikasi, suatu pengakuan global paling bergengsi. Budaya Taiwan telah sekali lagi mengejutkan dunia.

 

Usianya sudah melampaui 80 tahun, tapi Yang Xiu-qing tetap mendedikasikan hidup pada upaya mengembangkan kesenian liam-kua.Usianya sudah melampaui 80 tahun, tapi Yang Xiu-qing tetap mendedikasikan hidup pada upaya mengembangkan kesenian liam-kua.

Liam-kua adalah suatu kesenian pertunjukan tradisional Taiwan bersejarah 300 tahun. Zaman dulu, sering terlihat para seniman duduk di atas bangku kecil di bawah teduhan pohon, di depan altar kuil atau perayaan festival, menarik perhatian penonton dengan bercerita dan bernyanyi sambil main alat musik.

Yang dimaksud dengan liam-kua adalah kesenian bercerita dengan dialog dan lagu di dalam kerangka melodi tradisional. Berbeda dengan dulu yang kebanyakan ditampilkan solo, pertunjukan liam-kua modern lebih condong ditampilkan oleh dua orang, satu memainkan daguangxian (sejenis alat musik senar digesek bernada bass) dan satu lagi yueqin (sejenis instrumen petik berbentuk gitar). Mayoritas lagu yang dinyanyikan bertema kesetiaan dan kemuliaan, biasanya dalam dialek Taiwan, dengan menaati format tradisional yang terdiri dari empat kalimat per paragraf dan tujuh huruf per kalimat.

Pada saat televisi belum sepopuler sekarang, kesenian liam-kua adalah hiburan utama masyarakat umum. Tapi berkembangnya acara televisi, berkurangnya jumlah generasi muda yang menggunakan bahasa Taiwan, serta para sesepuh yang semakin menua atau telah meninggal, membuat kesenian ini menghadapi krisis kepunahan.

Mayoritas lagu liam-kua berasal dari buku lagu dialek Taiwan bertema kesetiaan dan kemuliaan.Mayoritas lagu liam-kua berasal dari buku lagu dialek Taiwan bertema kesetiaan dan kemuliaan.

Belajar dari Pusaka Nasional

Meski sudah berusia 83 tahun, seniman liam-kua Yang Xiu-qing masih tetap aktif. Cacat mata sejak kecil, Yang Xiu-qing memulai karir sebagai penyanyi saat berusia 13 tahun dan perlahan-lahan menciptakan format liam-kua dengan mengkombinasikan dialog dan lagu. Tahun 2009, Yang Xiu-qing dianugerahi oleh Dewan Perencanaan Pembangunan Kebudayaan (kini Kementerian Kebudayaan) sebagai pusaka nasional dan dipuji sebagai “Konservator Penting Kesenian Liam-kua Tradisional” atas jasanya melestarikan dan mewariskan kesenian tradisional tersebut sejak 1980an. Chu Chien-chih dan Lim Tien-an dari Taiwan Smile Folksong Group adalah dua muridnya dari generasi menengah. Keduanya tidak hanya berperan sebagai penerus tradisi, juga berusaha mengombinasikan ide baru dan mencari jalan baru bagi kesenian tersebut.

Pemain daguangxian, Chu Chien-chih, terlihat tua, namun usianya baru 40an tahun; Lim Tien-an yang memainkan yueqin sebaliknya adalah seorang anak muda dari tahun 1980an. Chu Chien-chih dan Lim Tien-an berguru pada Yang Xiu-qing sekitar enam sampai tujuh tahun, tapi keduanya memiliki latar belakang musik yang mendalam, Chu Chien-chih sebelumnya adalah musisi pendamping dalam teater tradisional dan Lim Tien-an adalah pelajar musik tradisional Tiongkok. Guru teater menyuruh Chu Chien-chih dan Lim Tien-an untuk membentuk satu tim, Chu Chien-chih main daguangxian, Lim Tien-an memetik yueqin, sama-sama mempelajari liam-kua.

Taiwan Smile Folksong Group Penerus “Jazz Taiwan”

Chu Chien-chih dan Lim Tien-an sama sekali tidak pernah mendengar musik liam-kua. Malam itu juga, keduanya menuju First Record Store di Yanping North Road, Taipei, dan membeli rekaman yang dibuat pada awal karir Yang Xiu-qing. “Saya belum pernah mendengar tentang Yang Xiu-qing sebelumnya, tapi saya langsung terpesona oleh kekuatan dan semangat musiknya,” kenang Chu Chien-chih saat pertama kali mendengar musik liam-kua.

Mereka pun mulai mendengar dan mempelajari liam-kua. Dua tahun kemudian, keduanya berkesempatan bertemu dengan Yang Xiu-qing dan akhirnya menjadi muridnya.

Crossover untuk menampilkan ciri khas Taiwan

Sebagai murid Yang Xiu-qing, misi Chu Chien-chih dan Lim Tien-an tidak hanya belajar liam-kua dari Yang Xiu-qing. Lebih penting lagi, mereka juga bertugas mempromosikan kesenian liam-kua. Beberapa tahun lalu, mereka meraih pendanaan dari Kementerian Kebudayaan untuk mengadakan pertunjukan di depan kuil dan kelenteng utama di berbagai pelosok Taiwan. Berkeliling pulau dengan sebuah mobil van, Chu dan Lim menampilkan liam-kua di atas panggung portabel. Pernah suatu kali, penonton hanya tinggal seorang kakek, tapi pertunjukan tetap diteruskan.

Untuk memperkenalkan liam-kua kepada lebih banyak orang, Taiwan Smile dengan aktif bekerja sama dengan band dan grup lain. Melalui interaksi crossover ini, kesenian pertunjukan tradisional itu diharapkan bisa dilestarikan dengan menarik lebih banyak peminat.

Sambil memeluk yueqin, Yang Xiu-qing biasanya memulai pertunjukan dengan kalimat “Marilah saya nyanyikan sebuah cerita lagi.”Sambil memeluk yueqin, Yang Xiu-qing biasanya memulai pertunjukan dengan kalimat “Marilah saya nyanyikan sebuah cerita lagi.”

Tahun 2014, kelompok Miszform Project dari Jerman datang ke Taiwan. Mereka adalah sekelompok musisi jazz dari Jerman, Amerika, Italia, Slovakia dan Taiwan, terdiri dari pemain suling bambu, saxophone, gitar, bass, vibraphone dan drum. Tujuan mereka datang ke Taiwan adalah untuk mencari Chu Chien-chih, bereksperimen untuk menampilkan konsep musik Taiwan melalui jazz. Setelah bekerja sama sepanjang satu musim panas, kelompok itu menampilkan versi jazz “Lagu Nasihat” dalam suatu pertunjukan di Dadaocheng, Taipei.

Pertunjukan crossover seperti itu bertambah terus dalam beberapa tahun terakhir. Tahun 2017, Yang Xiu-qing dan Taiwan Smile diundang untuk tampil dalam festival musik independen Megaport. Kombinasi kesenian tradisional dan musik rock modern, penampilan mereka ternyata meraih sambutan hangat para peserta festival. Usai pertunjukan, Chu Chien-chih mendapatkan banyak respon serta undangan untuk bekerja sama dari mereka yang “Hendak mencari ciri khas Taiwan, tapi tidak menemukannya di masa lampau.”

Improvisasi gaya Taiwan

Selain memiliki ciri khas Taiwan, aspek menarik lain dari liam-kua adalah “Improvisasi.”

Lagu liam-kua tidak hanya diadaptasi dari buku lagu dialek Taiwan, juga meminjam bahan dari peristiwa terkini dan masalah sosial untuk menarik perhatian pemirsa. Seniman liam-kua yang benar-benar hebat mampu melantunkan lagu dengan syair yang diimprovisasi. Aspek inilah yang membuat Chu Chien-chih menyebut liam-kua sebagai “Jazz Taiwan.”

Kehebatan itu adalah hasil dari kumpulan pengalaman setiap pertunjukan. Di masa lampau, seniman liam-kua biasanya menggunakan cerita untuk menarik perhatian massa, kemudian akan berusaha menjual barang dagangan yang biasanya adalah obat. “Bapak ini belakangan tampaknya kurang tidur. Ini tidak baik untuk tekanan darah. Sini, saya rekomendasikan…” Inilah salah satu cara promosi paling sering dipakai.

Pada mulanya, Yang Xiu-qing juga memfokuskan perhatian pada nyanyian lagu tradisional, tapi dialog perlahan-lahan bercampur ke dalam nyanyiannya dan berkembang menjadi gaya liam-kua saat ini, dimana ia menggunakan dialog untuk membantu pemirsa mengerti lebih mendalam tentang syair lagu yang dinyanyikan. Lim Tien-an menerangkan lebih lanjut, “Oleh karena buta, guru Yang tidak mampu melihat apakah ada tamu yang pergi. Agar hal ini tidak terjadi, guru berusaha membuat para tamu tetap tertarik pada pertunjukan dengan mengkombinasikan dialog ke dalam lagu.”

Yang Xiu-qing dan Taiwan Smile Folksong Group sering mengadakan pertunjukan di luar negeri. (Foto: Taiwan Smile Folksong Group)Yang Xiu-qing dan Taiwan Smile Folksong Group sering mengadakan pertunjukan di luar negeri. (Foto: Taiwan Smile Folksong Group)

Kesenian liam-kua juga telah menarik perhatian generasi muda. Tiga mahasiswa jurusan Desain Komunikasi Visual di Universitas Sains dan Teknologi Yunlin National (YunTech), Huang Yu Qian, Chang Fang Rong dan Wang Bo Ren, menetapkan tema “Taiwan” untuk proyek kelulusannya. Salah satu topik yang dibahas adalah kesenian liam-kua, dan mereka pun pergi mencari Chu Chien-chih. Setengah tahun kemudian, pertemuan itu akhirnya membuahkan kerja sama antara kedua pihak.

Sejak dulu, Taiwan Smile berencana merilis sebuah album berisi musik liam-kua dan memroduksi sebuah video untuk album tersebut. Dengan bergabungnya tim mahasiswa YunTech, masuklah desain visual yang menarik untuk video yang diproduksi. Berbasis pada cerita tradisional “Kemenangan Pangeran Nezha Melawan Raja Naga,” banyak peristiwa terkini dipinjam sebagai topik yang dikombinasikan, antara lain kesamaan bunyi antara nama pasar malam “Donghai” di Taichung dan laut “Donghai” tempat tinggal sang raja naga, dan kehadiran Walikota Taipei Ko Wen-je sebagai dokter ibu Nezha yang mengandung 42 bulan sebelum melahirkan sang pangeran. Setiap adegan menggunakan cara syuting gerak henti dengan bahan-bahan seperti tulisan syair, potongan kertas dan kolase, untuk menciptakan suasana bersemangat dan membuat liam-kua tradisional menjadi lebih menarik bagi pemirsa modern.

Menurut Chu Chien-chih, tantangan paling besar bagi tim mahasiswa YunTech adalah sifat improvisasi dari liam-kua. Setiap adegan video dirancang, didesain dan dihitung waktunya agar animasinya bisa disesuaikan dengan musik. Sebelum rekaman, Chu Chien-chih telah membicarakan isi cerita dan skenario dengan gurunya, tapi versi yang dinyanyikan Yang Xiu-qing setiap kali selalu berbeda sedikit, sampai akhirnya bahkan mempengaruhi produksi sisi desain visual.

Kini, dengan adanya pengakuan Red Dot Award sebagai karya inovatif hasil pembauran era modern dan lama ini, satu lagi aset budaya tak berwujud dari Taiwan telah dibawa ke panggung dunia.

Video musik “What Are You Singing?” disyuting dengan cara gerak henti dengan bahan-bahan seperti tulisan syair, potongan kertas dan kolase, agar liamkua tradisional menjadi lebih menarik bagi pemirsa modern.Video musik “What Are You Singing?” disyuting dengan cara gerak henti dengan bahan-bahan seperti tulisan syair, potongan kertas dan kolase, agar liamkua tradisional menjadi lebih menarik bagi pemirsa modern.

Waktu adalah pukul 16:00 di suatu hari pada pertengahan Agustus. Matahari tidak lagi seterik tengah hari. Di halaman rerumputan di depan CMP Block Museum of Arts di Taichung, berkumpul sekelompok orang, ada yang berdiri, ada yang duduk. Memeluk yueqin di atas panggung, Yang Xiu-qing memulai pertunjukan dengan kalimat merek-dagangnya “Ayo, mari kita dengar nyanyian nenek berusia 98 tahun,” yang disambut dengan tepuk tangan meriah dari massa. Chu Chien-chih dan Lim Tien-an duduk di kedua sisi Yang Xiu-qing, mendampingi nyanyian liam-kua sang master dengan musik dan dialog bercorak humor, yang selalu dibalas dengan tawaan dari para penonton.

Melodi tradisional yang mengisahkan cerita romantis “Kekasih Kupu-kupu” antara Liang Shan-bo dan Zhu Ying-tai masih melingkar di benak ketika suara Yang Xiu-qing kembali berbunyi, “Marilah saya nyanyikan sebuah cerita lagi.” Kita harapkan saja, liam-kua bisa terus dinyanyikan dan dikembangkan di Taiwan.