Kembali ke konten utama
Paduan Suara Anak Puzangalan Nyanyian Harapan Berkumandang ke Penjuru Dunia
2018-09-17

Mengenakan busana tradisional, anggota paduan suara anak Puzangalan dengan usia yang beragam, sedang mempersiapkan diri untuk tampil di atas pentas.

Mengenakan busana tradisional, anggota paduan suara anak Puzangalan dengan usia yang beragam, sedang mempersiapkan diri untuk tampil di atas pentas.

 

Paduan suara anak Puzangalan, yang berasal dari sisi Selatan Taiwan, pada laman facebook menuliskan, ìDalam bahasa suku Paiwan, PUZANGALAN artinya harapan. Paduan suara anak Puzangalan beranggotakan anak-anak suku Paiwan, kumpulan anak yang memiliki harapan masa depan yang berbeda dengan anak-anak lainnya, mereka berharap suara nyanyian mereka dapat membawa kebahagiaan kepada orang lain serta memberikan harapan untuk masa depan mereka sendiri.î

 9 tahun telah berlalu, di bawah pimpinan Direktur Paduan Suara Anak Tsai Yi-fang dan Konduktor Muni Takivaljit, paduan suara anak yang memiliki suara merdu bagaikan malaikat ini, tampil di atas panggung internasional menyampaikan pesan mereka, dengan rasa percaya diri membawakan lagu senandung harapan dari kampung halaman kepada dunia.

 

Paduan Suara Anak Puzangalan Nyanyian Harapan Berkumandang ke Penjuru Dunia

Pada musim panas tahun 2017, di Italia berkumandang lagu-lagu merdu dengan kekhasan Taiwan yang kental. Berasal dari Selatan Taiwan, paduan suara anak Puzangalan telah terbentuk selama 10 tahun, sebelumnya mereka pernah meraih piala emas pada Musica Eterna Roma International Choir Festival & Competition, kemudian meraih suatu kehormatan besar memenangkan kejuaraan Leonardo Da Vinci International Choral Festival, mereka berhasil merebut piala emas untuk kategori paduan suara anak-anak, piala perak untuk kategori lagu balada, penghargaan koreografi terbaik serta penghargaan kategori penampilan solo dengan tingkat kesulitan sangat tinggi.

Rentetan prestasi gemilang yang mereka raih memberikan kebanggaan tersendiri bagi Direktur Paduan Suara Anak Puzangalan, Tsai Yi-fang, dan konduktor, Muni Takivaljit, serta puluhan anggota paduan suara anak lainnya. Namun, kembali pada tahun 2008, terbentuknya tim paduan suara ini dimulai berkat dedikasi mendidik tulus dan sederhana dari Tsai Yi-fang, yang saat itu menjabat sebagai Direktur Akademik Jia-yi Primary School di Pingtung..

Dengan bernyanyi, anggota paduan suara anak Puzangalan memahami pentingnya semangat kerja sama dengan rekan satu tim.Dengan bernyanyi, anggota paduan suara anak Puzangalan memahami pentingnya semangat kerja sama dengan rekan satu tim.

Jia-yi Primary School terletak di desa Majia, sebuah perkampungan komunitas penduduk sukuadat asli, dengan seratus lebih siswa yang terdiri dari suku Paiwan dan Rukai. Meskipun lokasi sekolah ini sangat terpencil, dan memiliki keterbatasan sumber daya pendidikan, namun sekolah ini tidak kekurangan siswa berprestasi.

Menurut pengamatan Tsai Yi-fang yang telah mengajar selama lebih dari dua dekade, setelah siswa naik kelas ke tingkat Sekolah Menengah Pertama, tidak sedikit dari mereka yang mengalami penurunan prestasi secara drastis. Dalam hati Tsai Yi-fang merasa menyesal karena tidak bisa membantu, lalu berpikir mengapa tidak memanfaatkan paduan suara sekolah, melalui pendampingan dan dukungan jangka panjang ia berhasil mengembalikan rasa percaya diri dari para siswa.

Ide ini secara kebetulan juga diusulkan oleh guru musik, Muni Takivaljit. Dan akhirnya mereka berdua sepakat merintis paduan suara anak Puzangalan.

Setelah latihan berulang kali, terlihat sorot wajah penuh rasa percaya diri.Setelah latihan berulang kali, terlihat sorot wajah penuh rasa percaya diri.

Rutinitas Latihan Menyanyi 
Merubah Anak-anak

Paduan suara sekolah dibentuk untuk mengikuti kompetisi musik, Tsai Yi-fang dan Muni Takivaljit berharap agar mereka dapat menjalankan latihan menyanyi secara rutin, yaitu dengan berlatih keras dua kali dalam seminggu.

Pada awalnya, karena latihan menyanyi sangat menyita waktu bermain anak-anak, tak jarang mereka membolos, orang tua murid yang belum menyadari niat Tsai Yi-fang bertanya kepada mereka, "Untuk apa berlatih menyanyi?" Tsai Yi-fang mengakui dalam hal ini, dirinya berperan sebagai pihak antoganis, ia mewajibkan anak-anak berlatih, bahkan menyetir mobil ke perkampungan untuk mencari dan menjemput anak-anak yang membolos agar kembali latihan menyanyi.

Duet antara Tsai Yi-fang dan Muni Takivaljit, yang satu bertugas mengatur urusan luar, sedangkan yang satunya lagi mengurus bagian intern. Tsai Yi-fang mengakui mereka sangat kekurangan tenaga layaknya melodi yang tak sempurna, banyak hal yang dikerjakan sendiri, sementara pelatihan menyanyi diserahkan sepenuhnya kepada Muni Takivaljit. Setiap kali latihan, Tsai Yi-fang selalu berada di luar kelas dan secara diam-diam mendengarkan anak-anak berlatih menyanyi. Tiga bulan kemudian, terdengar suara mereka semakin merdu dibandingkan sebelumnya, dan semakin enak didengar, hal ini membuat Tsai Yi-fang merasa lega.

Berawal dari niat untuk mendidik, Direktur Tsai Yi-fang membentuk paduan suara anak Puzangalan pada tahun 2008Berawal dari niat untuk mendidik, Direktur Tsai Yi-fang membentuk paduan suara anak Puzangalan pada tahun 2008

Tidak hanya suara nyanyian, paduan suara anak dengan usia yang beragam ini juga telah membawa perubahan kepada anggotanya. Dari raut wajah mereka terpancar rasa percaya diri, dengan mengikuti paduan suara mereka semakin memahami pentingnya kerjasama dalam satu tim.

Muni Takivaljit mengatakan banyak orang yang beranggapan, hal yang utama dalam paduan suara adalah bernyanyi, akan tetapi perlu disadari mendengar adalah kunci utama penentu keberhasilan membawakan lagu dalam paduan suara. “Dengan bersikap tenang, membuka telinga, mendengar suara nyanyian dari rekan-rekan paduan suara lainnya, barulah dapat dihasilkan nada yang harmonis. Kalau tidak, sehebat apapun suara seseorang, tanpa kerja sama ia hanya akan menonjolkan suaranya sendiri.” ujar Muni Takivaljit.

Pada tahun 2012, ketika Tsai Yi-fang akan segera memasuki masa pensiun, tidak sedikit dari anggota paduan suara yang juga akan lulus sekolah dasar. Mempertimbangkan perjalanan tim paduan suara dan perkembangan jangka panjang, maka ia memutuskan untuk memisahkan kelompok paduan suara ini dari pihak sekolah, kemudian menambahkan kata Puzangalan yang berasal dari bahasa suku Paiwan, sehingga paduan suara ini diberi nama Paduan Suara Anak Puzangalan (Puzangalan Children's Choir).

Setelah memisahkan diri maka tim paduan suara ini tidak lagi mendapat bantuan dari pihak sekolah, termasuk ruang untuk berlatih, dan dana operasional yang mencapai NT $40 ribu per bulan kini menjadi masalah besar bagi mereka. Tsai Yi-fang berterus terang, pada saat itu ia terus berpikir apakah paduan suara ini masih akan dilanjutkan, beruntung sekali masalah ini diketahui oleh pensiunan kepala sekolah, bapak Huang Guo-guang, beliau dengan sukarela memberikan bantuan sehingga kendala yang dihadapi dapat terselesaikan.

Pada tahun yang sama, paduan suara anak Puzangalan berlatih sekuat tenaga untuk waktu yang lama, beruntung sekali penampilan mereka disaksikan dan diakui oleh pakar musik, sehingga mereka berkesempatan untuk tampil di panggung internasional.

Setelah latihan berulang kali, terlihat sorot wajah penuh rasa percaya diri.Setelah latihan berulang kali, terlihat sorot wajah penuh rasa percaya diri.

Pada tahun itu, paduan suara anak Puzangalan menerima undangan World Vision untuk tampil di Taipei. Selama di Taipei, mereka memanfaatkan waktu luang untuk tampil menyanyi di National Taiwan Museum (NTM) . Lagu bernada cepat dan ceria yang mereka bawakan, secara kebetulan terdengar oleh Direktur NTM Hsiao Tsung-huang, ia menghentikan derap langkahnya untuk mengenal paduan suara anak tersebut. Saat itu juga ia mengundang paduan suara anak Puzangalan untuk hadir sebagai bintang tamu dalam acara pembukaan. itu Suara merdu dari anak-anak meluluhkan hati para tamu yang datang dari Jerman, kemudian mereka diundang untuk menghadiri Internasional Children’s Choir Festival di Dresden Jerman, serta beberapa ajang pertunjukan musik internasional lainnya di Jepang, Hungaria dan Korea.

Pada awalnya penampilan mereka hanya menarik perhatian segelintir orang, hingga tahun 2016 ketika paduan suara anak Puzangalan tampil membawakan lagu kebangsaan dalam upacara inaugurasi Presiden Tsai Ing-wen, barulah popularitas mereka meningkat. Integrasi nada tradisional suku Paiwan, digubah dengan gaya pembawaan nyanyian yang lebih mapan. Gaya pembawaan dari musisi Muni Takivaljit dinilai masyarakat luar sebagai “Lagu kebangsaan yang paling merdu.”

Muni Takivaljit dibesarkan di perkampungan Timur desa Sandimen kabupaten Pingtung, ia adalah bagian dari masyarakat suku Paiwan. Pada tahun 2009, ia mulai mencoba membuat kompilasi lagu balada kuno. Ia mengakui, sebelumnya tidak pernah berpikiran untuk menggubah lagu balada tradisional suku penduduk asli, hingga suatu hari ia menerima tugas untuk memimpin paduan suara ini dan berharap paduan suara anak Puzangalan dalam ajang kompetisi dapat menampilkan lagu dari kampung halaman, walaupun prestasi yang diraih belum sesuai dengan harapan, Muni takivaljit menetaskan gaya pembawaan lagu dengan memasukkan unsur balada suku Paiwan, mengembangkan gaya pembawaan lagu balada kuno.

Gaya Baru Balada Kuno
Wariskan Memori Budaya

Muni Takivaljit mengatakan, setiap suku penduduk asli memiliki tradisi balada kuno, pola bernyanyi, dan metode pelafalan yeng berbeda. Sementara nada balada kuno Paiwan dibawakan dengan mengeluarkan suara melalui rongga dada, bagian tenggorakan, dan suara yang dihasilkan memiliki kekuatan menggetarkan sanubari.

Muni Takivaljit tidak hanya memahami bagaimana menuangkan karakteristik menyanyi suku Paiwan, dia juga mengubah chorus, lagu balada kuno, dan polifoni pada struktur lagu balada kuno Paiwan menjadi lagu ensembel musik tradisional. Pada hari biasa, anak-anak berlatih lagu-lagu balada kuno yang tidak asing di telinga, ketika menyanyikan lagu tersebut timbul perasaan gembira, ini menjadi harapan Muni Takivaljit untuk melestarikan budaya balada kuno yang mulai sirna melalui paduan suara anak Puzangalan.

Paduan Suara Anak Puzangalan Nyanyian Harapan Berkumandang ke Penjuru Dunia

Ia mengatakan, di masa lalu sebagian besar paduan suara meneruskan teknik pembawaan lagu ala Barat, mengekspresikan keindahan melalui resonansi suara. namun dalam sepuluh tahun terakhir ini, kearifan lokal semakin disadari, dan mendorong masyarakat mencari elemen budaya lokal dan menemukan cara menginterprestasi lagu balada kuno. Berkat bernyanyi, anggota paduan suara semakin akrab dengan Vuvu (Bahasa Paiwan, artinya kakek-nenek) di rumah, lebih mengenal akar kehidupan kakek-neneknya. Banyak diantara lagu balada kuno yang sudah tidak dinyanyikan lagi, namun kini melalui suara anak-anak terdengar kembali lagu yang tidak asing di telinga, yakni lagu balada kuno.

Sama halnya dengan 9 tahun yang lalu, Tsai Yi-fang dan Muni Takivaljit tetap berpegang pada niat awal yaitu mendidik anak-anak peserta paduan suara di sekolah, dengan bernyanyi mampu memberikan perubahan pada anak-anak. Memejamkan mata, mendengar suara nyanyian paduan suara anak Puzangalan maka dapat terdengar harapan dan memori kenangan terhadap tanah air yang sebelumnya pernah terselubung.