Kembali ke konten utama
Bermula dari Kuriositas Akhirnya Jatuh Cinta pada Melodi Guqin
2018-12-17

Bermula dari Kuriositas Akhirnya Jatuh Cinta pada Melodi Guqin

 

Guqin adalah kecapi atau alat musik petik tradisional Tiongkok yang diakui Organisasi Pendidikan, Keilmuan dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO) sebagai warisan budaya tak benda pada tahun 2003. Sebelumnya pada tahun 1977, sebuah lagu “Flowing Water” yang dimainkan seniman kecapi Guan Ping-hu dengan instrumen guqin, lagu ini terekam dalam fonograf piringan emas Voyager (berisikan suara serta gambar tentang kehidupan di bumi ditujukan kepada mahkluk luar angkasa), diangkut pesawat antariksa NASA ke ruang angkasa. Kita tidak mengetahui apakah hingga saat ini makhluk luar angkasa telah mendengarkan lagu “Flowing Water”? Namun sebaliknya seorang manusia di bumi, Lin Li-cheng malah terpikat dengan penampilan musik “Flowing Water” dari instrumen guqin yang memiliki sejarah panjang dan membuatnya mulai meniti karir dalam memproduksi dan merestorasi instrumen musik kuno ini.

 

Kayu Berkualitas Menghasilkan Melodi Indah

Lin Li-cheng pernah menjadi kapten kapal penangkap ikan dan menghabiskan masa bertahun-tahun di perairan, Lin Li-cheng berkata dirinya telah berulang kali mendengarkan lagu “Flowing Water”. Pada suatu hari ketika ia sedang menghayati melodi guqin tiba-tiba merasakan kesyahduan arus air, irama musik kecapi membuat dirinya merenungkan kisah pelayarannya, saat menghadapi badai ombak diliputi dengan rasa ketidakberdayaan, ketakutan namun kagum terhadap alam semesta.

Semenjak kecil Lin Fa mengikuti ayahnya belajar membuat zhuoqin, selain menjadi asisten yang menguasai musik dan instrumen juga seorang ahli waris.Semenjak kecil Lin Fa mengikuti ayahnya belajar membuat zhuoqin, selain menjadi asisten yang menguasai musik dan instrumen juga seorang ahli waris.

Pada masa tersebut, Lin Li-cheng terpukau dengan nada yang dihasilkan oleh instrumen musik guqin, kemudian atas permintaan dari rekan-rekannya, ia mulai memproduksi guqin. Bentuk guqin mulai stabil dan tidak jauh berubah setelah masa Dinasti Tang, guqin terdiri dari dua papan kayu atas dan bawah membungkus bagian tengah yang kosong menjadi ruang resonansi kemudian merentangkan 7 helai senar pada permukaan papan atas. Beberapa keahlian dasar yang diperlukan mulai dari ketrampilan kayu dan pernis sangat dikuasai oleh Lin Li-cheng, ia mulai mendalami dan meneliti alat musik ini dari buku-buku kuno, juga berguru dengan pakar guqin Sun Yu-chin. Lin Li-cheng menjelaskan, Sun Yu-chin sangat mahir memainkan guqin walaupun bukan pembuat kecapi namun guru Sun Yu-chin senantiasa memberikan petunjuk baik agar kecapi buatannya semakin sempurna.

Kini Lin Li-cheng berusia lebih dari 80 tahun dan menghabiskan paruh akhir masa hidupnya dengan memproduksi zhuoqin dan memperbaiki kecapi. Pada tahun 2009, Lin Li-cheng dinobatkan sebagai “Pelestari Aset Sejarah Budaya Kota Taipei” dan mendapat pengakuan secara resmi sebagai seniman instrumen zhuoqin pertama.

Kayu Berkualitas Menghasilkan Melodi Indah

Nada yang dihasilkan guqin sangat tergantung pada bahan kualitas kayu, dan kayu tua adalah pilihan terbaik. Untuk pemilihan bahan yang berkualitas, dahulu di masa muda Lin Li-cheng seusai menangkap ikan, merapat ke daratan maka ia akan menelusuri hutan dan mencari kayu tumbang di sepanjang lembah sungai. Lin Li-cheng menjelaskan, kayu yang berada dalam air maka air akan mengikis resin, protein dan sakarida dalam batang pohon serta membuat celah pada sel kayu membesar dan sangat bermanfaat untuk resonansi.

Studio kerja Lin Li-cheng dipenuhi dengan aneka jenis kecapi kuno yang bergantungan sedang menanti untuk disempurnakan.Studio kerja Lin Li-cheng dipenuhi dengan aneka jenis kecapi kuno yang bergantungan sedang menanti untuk disempurnakan.

Suatu hari, ia berjalan di tepian sungai Liwu berlawanan arah arus, tiba-tiba menemukan potongan kayu kering, kayu bagus untuk membuat kecapi. Dengan segera mengambil gergaji dan melompat ke sungai, di tengah melawan arus dengan penuh perjuangan Lin Li-cheng berupaya keras memotong sebongkah kecil kayu. Kayu hasil temuannya ini kemudian dibuat menjadi dua kecapi, satu di antaranya menjadi karya buatannya yang paling dibanggakan dan diberi nama “Gujianguan”, yang bermakna mata air kuno. Setelah kecapi Gujianguan berpindah tangan, Lin Li-cheng tidak lagi berkesempatan untuk berjumpa dengan instrumen musik ini. Lin Li-cheng memiliki keinginan yakni “Sebelumnya semua kecapi hasil karyanya baik bentuk maupun pernis belum sempurna dan berharap Gujianguan bisa kembali agar dapat disempurnakan.”

Usia Lin Li-cheng semakin bertambah tua, tubuhnya tidak kuat lagi untuk menjelajahi hutan. Setelah hubungan lintas selat Taiwan terbuka, Lin Li-cheng mengubah haluan dan berangkat ke Daratan Tiongkok untuk mencari kayu tua. Ia mengatakan bahwa dirinya berada pada tempatnya dan telah mendapatkan benda berguna, benda yang tak bernilai di mata orang lain namun baginya adalah permata berharga, kayu yang tidak berharga bagi orang lain setelah diolah dengan ketrampilan tangannya menjadi kecapi berkualitas tinggi, proses pembuatan kecapi yang sangat mengagumkan.

Lin Li-cheng memandu murid yang berasal Hongkong belajar membuat kecapi, ketrampilannya telah tersebar hingga ke luar negeri.Lin Li-cheng memandu murid yang berasal Hongkong belajar membuat kecapi, ketrampilannya telah tersebar hingga ke luar negeri.

Kecapi Bagus Jika Dibuat Dengan Perlahan dan Telaten

Lin Li-cheng mempelajari tahapan proses pembuatan kecapi dari buku-buku kuno. Ia mengatakan, teknik yang diwariskan dari era kuno hingga saat ini tidak mengalami banyak perubahan, melalui penelitian secara mendalam, ia memahami setiap langkah proses secara mendetail kemudian baru dikembangkan agar menjadi semakin baik. Untuk papan atas kecapi biasanya menggunakan bahan kayu dari pohon payung Firmiana (Firmiana simplex) atau pinus (Cunninghamia lanceolata) yang relatif bersifat lunak, sementara papan bawah kecapi dapat memakai jenis kayu lunak maupun keras.

Sementara pada buku kuno mencatat bahwa badan kecapi perlu dipernis, Lin Li-cheng juga mengikuti ketentuan tersebut dan dipraktikkan dengan nyata, ia membeli tanduk rusa dari toko obat tradisional Tiongkok lalu digiling menjadi serbuk dicampur dengan cat lacquer menjadi pernis tanduk rusa. Lin Li-cheng menjelaskan, di bawah pengamatan dengan kaca pembesar tampak partikel tanduk rusa bagaikan kristalisasi salju, di tengah-tengah terdapat banyak celah, selanjutnya ditambahkan dengan cat lacquer di badan kecapi, setiap partikel tersebut akan mendukung akustik dan resonansi.

Bahan-bahan kecapi kuno dan perlengkapan hingga tahapan pembuatan, semua diolah sendiri oleh Lin Licheng tanpa campur tangan orang lain. (1)Bahan-bahan kecapi kuno dan perlengkapan hingga tahapan pembuatan, semua diolah sendiri oleh Lin Licheng tanpa campur tangan orang lain.

Pada permukaan badan kecapi dilapisi dengan pernis tanduk rusa sama halnya melapisi kecapi dengan tanah. Pernis tanduk rusa mampu menghalangi sentuhan langsung antara kayu dengan udara, dengan demikian dapat memperlambat deformasi atau pelapukan kayu serta mempertahankan agar kondisi permukaan kecapi tetap mulus.

Dalam tahapan pembuatan, setelah badan kecapi dipoles pernis tanduk rusa secara merata, kemudian kecapi digantung di ruangan gelap selama 20-30 hari, hingga pernis tanduk rusa mengering, selanjutnya menggunakan batu asah yang dibasahi dengan air untuk meratakan permukaan kecapi, proses pernis lalu mengasah dengan batu asah basah dilakukan sebanyak 3 kali. Pembuatan satu kecapi setidaknya memerlukan waktu setengah tahun dan bukan pengerjaan asal-asalan.

Dari wawasan, teknik pengerjaan hingga bagaimana menyikapi semua ini diwariskan kepada putranya, Lin Fa. Semenjak tahun 1974 melalui 22 tahun lamanya, saat Lin Li-cheng berhasil menyelesaikan instrumen musik guqin pertamanya, ia beranggapan teknik pembuatan yang dikuasainya cukup matang, kemudian pada tahun 1996 baru mulai membuka kelas dan menerima murid, hingga kini memiliki lebih dari 60 orang murid, bahkan ada murid berasal dari Hongkong tempat yang jauh untuk belajar membuat zhuoqin.

Bahan-bahan kecapi kuno dan perlengkapan hingga tahapan pembuatan, semua diolah sendiri oleh Lin Licheng tanpa campur tangan orang lain. (2)Bahan-bahan kecapi kuno dan perlengkapan hingga tahapan pembuatan, semua diolah sendiri oleh Lin Licheng tanpa campur tangan orang lain.

Tangan Terampil Merestorasi Kecapi, Menghidupkan Irama Retro

Reputasi pembuat kecapi, Lin Li-cheng semakin menggema di dunia kecapi tradisional Tiongkok, mulai ada orang yang memintanya memperbaiki kecapi. Banyak kecapi terkenal yang diperbaikinya di antaranya kecapi Yuan “Xueyebing” koleksi Museum Nasional Istana (National Palace Museum, NPM), instrumen era Dinasti Tang “Tongya” yang dikoleksi pemain guqin terkemuka Zhang Qing-shi, kecapi masa Dinasti Song “Songfeng Zhihe” kepunyaan pelukis Cai Ben-lie, kecapi Yuan “Qingshan” milik pemain instrumen guqin master Tong Kin-woon dan kecapi Ming “Kengshao” milik guru guqin Sun Yu-chin dan guqin era Dinasti Song “Yuhubing” miliknya sendiri, kini semua kecapi dapat dimainkan dengan kondisi baik berkat restorasi oleh Lin Lin-cheng.

Mendapat kepercayaan dari Museum Nasional Istana untuk memperbaiki kecapi “Xueyebing”, Lin Li-cheng mengadopsi metode mengisi tekanan uap tinggi dan udara dingin secara bergantian ke dalam badan kecapi berfungsi membersihkan debu, serbuk kayu yang membusuk dan berbau apak, kemudian memperbaiki dan menyempurnakan tampilan luar alat musik. Semula Museum Nasional Istana hanya meminta agar dapat mempertahankan nilai barang antik ini, akan tetapi Lin Li-cheng merasa “Setiap kecapi memiliki jiwa raga yang hidup dan dapat bersuara”, maka menghabiskan waktu dan tenaga lebih besar untuk memperbaiki kecapi hingga dapat dimainkan, bahkan mampu menghidupkan nada yang terselubung.

Kecapi Bagus Jika Dibuat Dengan Perlahan dan Telaten

Lin Li-cheng mengenang kembali, dari beberapa kecapi yang pernah direstorasi diantaranya kecapi dalam kondisi rusak paling parah adalah “Tongya”, kerangka kecapi masih utuh namun kayu bagian dalam telah terkikis oleh serangga, bagian retakan pada permukaan kecapi bagaikan patahan es di atas permukaan laut saat memasuki musim semi, yang lebih perlu diperhatikan pada permukaan kecapi ini ditandatangani oleh banyak orang ternama sehingga menambah kesulitan bagi Lin Li-cheng untuk memperbaikinya.

Lin Li-cheng mengatakan, kayu pada badan kecapi termakan oleh serangga, untuk mendeteksi bagian dalam yang terkikis hanya dapat menggunakan kawat besi, kemudian menambal bagian yang rusak dilakukan dengan perlahan dan telaten, menggunakan batang-batang bambu tipis yang telah dilapisi dengan cat lacquer dan pernis serbuk tanduk rusa dimasukkan ke dalam badan kecapi agar bahan kayu menjadi padat. Lapisan cat pada permukaan kecapi yang terkelupas dapat diperbaiki dengan cat lacquer dan pernis tanduk rusa. Sementara pada bagian yang rusak, perlu membuat lapisan “Kulit” cat baru dan membuat potongan-potongan rapi disesuaikan dengan bagian kerusakan baru ditempel ke badan kecapi.

Tangan Terampil Merestorasi Kecapi, Menghidupkan Irama Retro

Kecapi era Dinasti Song “Yuhubing” yang diperbaiki oleh Lin Li-cheng pada periode akhir, ia menggunakan kayu yang didapati saat berada di Daratan Tiongkok. Perbaikan kali ini dilakukan bedah besar-besaran, membuka permukaan atas dan bawah kecapi, bagian kayu yang rusak parah dipotong, dengan cermat memilih bahan kayu yang tepat digunakan sebagai tambalan kayu, merestorasi kecapi era Dinasti Song menggunakan kayu era Dinasti Han, dengan demikian nada yang dihasilkan akan lebih konsisten. Restorasi kecapi era Dinasti Song memakan waktu lebih dari dua tahun lamanya, selain nada yang dihasilkan bagus juga menjadi instrumen musik yang dimainkan oleh putranya, Lin Fa. 

Penerus yang Pernah Duduk Di Atas Guqin

Penerus yang Pernah Duduk Di Atas Guqin

Di pertengahan tahun lalu, Lin Li-cheng membuka kelas belajar membuat kecapi, ia mengajarkan setiap langkah proses pembuatan guqin mulai dari seleksi bahan, membuat komponen kasar, memahat untuk proses pembentukan, mengecat dan pernis serta pemasangan senar pada kecapi. Dalam kelas yang terdiri dari 1 guru dan 13 murid membuatnya kewalahan dan ia mengakui, “Sungguh melelahkan bagi dirinya yang sudah tua.” Beruntung sekali putranya, Lin Fa yang bersedia menjadi asisten untuk memandu dan membimbing sekelompok murid ini.

Lin Fa adalah putra kedua dari Lin Li-cheng, di antara empat bersaudara hanya Lin Fa yang meneruskan karir keluarganya. Lin Li-cheng mengatakan, semenjak kecil Lin Fa aktif mengikutinya, mengerjakan tugas-tugas kecil hingga pembuatan kecapi, kini dia memiliki pemahaman yang kuat dan mengakar. Dulu dalam proses pembuatan kecapi, mereka tidak memiliki clamp penjepit kayu, meminta anak-anak duduk di atas kecapi, beginilah Lin Fa menghabiskan masa kanak-kanaknya, duduk di atas kecapi.

Sebelumnya pada tahun 1977, sebuah lagu “Flowing Water” yang dimainkan seniman kecapi Guan Ping-hu dengan instrumen guqin, lagu ini terekam dalam fonograf piringan emas Voyager (berisikan suara serta gambar tentang kehidupan di bumi ditujukan kepada mahkluk luar angkasa), diangkut pesawat antariksa NASA ke ruang angkasa.

Lin li-cheng berpikir masa depan Lin Fa akan melanjutkan karirnya, ia mengkhawatirkan Lin Fa akan mendapat kritikan dari luar karena tidak menguasai dan tidak bisa memainkan kecapi, maka membujuk rayu agar putranya bersedia sekolah musik, tanpa diduga ternyata mengembangkan minat Lin Fa mendalami instrumen ini, bahkan Lin Fa adalah alumnus dari Central Conservatory of Music di Beijing dengan jurusan musik guqin, kemudian setelah kembali ke Taiwan masih melanjutkan studi jurusan musik tradisional di Taipei National University of the Arts, kini Lin Fa adalah pemain guqin profesional.

Di tengah wawancara, ada murid yang mengambil dua kecapi untuk menguji nada yang dihasilkan. Dalam tahapan ini, sebelum pada kecapi terpasang, terlebih dahulu menstimulasi senar dan memastikan nada yang dihasilkan dari papan kayu kecapi apakah telah optimal, jika belum menggena maka masih dapat diperbaiki dan disempurnakan.

Kita tidak mengetahui apakah hingga saat ini makhluk luar angkasa telah mendengarkan lagu “Flowing Water”?

Tampak Lin Fa sangat mahir dalam memasang peralatan tes suara, jemari tangan yang gesit memainkan senar dan mendengarkan bunyi nada yang dihasilkan, kemudian membalikkan sisi kecapi, menandai beberapa titik dengan pulpen dan menunjuk bagian badan kecapi yang perlu ditipiskan agar mengeluarkan nada yang lebih indah. Lin Li-cheng yang berada di sampingnya berkata, “Sekarang akan melakukan tes suara, sepenuhnya diserahkan kepada dia. Tidak ada orang lain yang dapat mengungguli dia dalam mendengar nada, dia telah mendengarkan dari sejak kecil hingga dewasa dan belajar memainkan instrumen ini secara formal, dosen pengajar di universitas tidak berhubungan langsung dengan pembuatan kecapi, maka tidak ada seorangpun selain dia yang begitu mendalami instrumen ini.” Pernyataan yang diungkapkan oleh Lin Li-cheng menunjukkan kebanggaan terhadap putranya dan suka cita yang dirasakannya karena karirnya terus berlanjut.

Kegiatan pameran zhuoqin yang baru saja selesai digelar di studio Zizuofang, dalam ruangan kerja masih berantakan namun Lin Li-cheng mengetahui jelas letak kecapinya, menarik keluar sebuah guqin dan menjelaskan guqin era Dinasti Qing yang diterimanya saat di Daratan Tiongkok. Lin Li-cheng mengatakan, “Setelah kecapi ini diperbaiki maka akan dapat menghasilkan suara indah yang luar biasa.” Mendengar perkataan demikian, para murid mendiskusikannya dengan ringkas dan mengelilingi Lin Li-cheng dan berkata, “Guru, perbaiki! Mari kita perbaiki bersama!” 

Menghadapi sekelompok murid penuh semangat tinggi, Lin Li-cheng senantiasa mengumbar senyum dan berkata, “Ayo, kita perbaiki bersama.”