Kembali ke konten utama
Hsinchu 300 Expo Perubahan di Tengah Kekunoan Ciptakan Komunikasi
2019-02-25

Suasana toko tua di pasar Dongmen, bagaikan waktu yang berhenti pada abad sebelumnya.

Suasana toko tua di pasar Dongmen, bagaikan waktu yang berhenti pada abad sebelumnya.

 

Dengan gerbang Yingxi yang megah, Kuil Cheng Huang yang telah berusia lebih dari 200 tahun ini, sempat menjadi Pasar Dongmen terbesar di seluruh Taiwan. Kata “古” (Baca: Ku) yang ada di Hsinchu membuat orang selalu terkenang. Demikian juga dengan masuknya Institut Riset Teknologi Industri (ITRI) dan Science Park ke dalamnya, semakin memopulerkan nama Hsinchu hingga ke dunia internasional. Kota yang memadukan unsur kuno dan modern, turut menerima kedatangan imigran baru dari berbagai tempat, bersama-sama menuliskan sejarah dan menciptakan kreativitas lokal.

 

Tabloid lokal “Gong Wan Tang” menyajikan ragam perspektif tentang Hsinchu.Tabloid lokal “Gong Wan Tang” menyajikan ragam perspektif tentang Hsinchu.

Tahun 2018, genap 300 tahun pembangunan kota Hsinchu. Dalam “Hsinchu 300 Expo” yang digelar oleh Pemkot Hsinchu memaparkan, masa Zhu-Qian telah berlalu dan kini menantikan kota masa depan.

“Kreativitas dalam kuno” dari Hsinchu, telah lahir sejak rekonstruksi kota Dongmen di tahun 1999, yang turut membuka ruang dan mengembalikan alun-alun kepada warga. Peremajaan sungai Long En, yang sempat terlupakan sebelumnya, indahnya jalur hijau, memberikan keleluasaan beraktivitas bagi warga.

“Kreativitas dalam kuno” Hsinchu juga bagian dari rajutan impian masyarakat, kawasan gang berbelok berpadu dengan jalan raya selebar 50 meter di Science Park. Ini semua adalah rupa Hsinchu. Namun imigran baru dan warga tua setempat, terlihat kurang berinteraksi. Belakangan ini ada sekelompok anak muda yang ikut terjun dalam upaya mengenal lebih dalam identitas diri atau membantu menambah keragaman dalam Hsinchu, guna turut berkontribusi bagi sebuah ruang gerak yang usang.

Hsin Story berharap dengan adanya pemandu wisata, pengunjung dapat melihat kembali kota megah yang sarat kisah sejarah. (Foto: Hsin Story)Hsin Story berharap dengan adanya pemandu wisata, pengunjung dapat melihat kembali kota megah yang sarat kisah sejarah. (Foto: Hsin Story)

Hsin Story:Menyambungkan yang Lokal Melihat Kawasan Tua

Pada tahun 2014, sekelompok mahasiswa dari National Tsinghua University membuka Hsin Story, yang memiliki makna “Melihat tempat”, karena mereka menemukan jika mayoritas warga hanya mengenal Hsinchu dalam penggalan yang tidak sempurna. Kebudayaan Hsinchu kerap diacuhkan, untuk itu rekan-rekan dalam Hsin Story membayangkan dan menemukan beberapa titik lokasi ternama untuk memperkenalkan Hsinchu.

Untuk itu, baso kuah ternama Hsinchu, tidak hanya dalam makanan semata, namun ada juga yang dapat dibaca. Hsin Story meluncurkan tabloid lokal berjudul “Gong Wan Tang”, mencari perspektif yang menarik untuk memperkenalkan kehidupan Hsinchu, memikat hati masyarakat untuk mengenal Hsinchu.

Toko obat herbal adalah pemandangan penting dalam kota tua.Toko obat herbal adalah pemandangan penting dalam kota tua.

Panduan Kota adalah nilai jual lain dari Hsin Story, memperkenalkan keunggulan kota melalui jalan dan gang yang dapat ditelusuri oleh langkah kaki. Salah satu pelopor Wang Yu-deng membawa kita menelusuri jalan Beimen yang sempat megah di jamannya. Berbagai peninggalan kuno yang ada di jalan, kembali membangkitkan memori lama, yakni memori tentang JC Chow. YT Chow, generasi ke-6 dari keluarga Chow yang bermigrasi ke Taiwan, mengajukan rumah peninggalan kuno agar kisah ceritanya dapat terus berlanjut.

Di sudut lain dari jalan Beimen ada Hung An Tang, di mana generasi yang lebih tua dulu, usai mendapatkan resep obat dari Kuil Chang Ho, akan ke Hung An Tang untuk mendapatkan racikan obat. Kini, Hung An Tang telah diwariskan hingga generasi keempat, di dalamnya masih terlihat lemari dan kotak obat kuno yang penuh memori. Memasuki bagian Erl Qin Yuan dari rumah tersebut dapat ditemukan nuansa yang berbeda, yakni bangunan gaya suku Minnan kuno yang sederhana. Pada bagian atas pintu, masih tergantung tulisan「烏衣衍派」(Baca: Niao Yi Yan Phai), dan dapat mengetahui jika pengelola rumah obat ini adalah keturunan marga Hsie yang kerap ditemukan dalam tulisan “Niao Yi Hsiang” dalam Puisi Dinasti Tang. Setiap rumah kuno memiliki sejarahnya sendiri, dan Hsinchu tidak pernah kehabisan kisah cerita.

Hung An Tang telah menemani kota selama hampir 100 tahun, setiap benda di dalamnya memiliki makna sejarah.Hung An Tang telah menemani kota selama hampir 100 tahun, setiap benda di dalamnya memiliki makna sejarah.

Bagaimana mendeskripsikan kota Hsinchu? Henry Wang menjelaskan jika hingga kini mereka masih belum dapat menemukan kata yang tepat untuk mendeskripsikan

Hsinchu, namun berharap dengan adanya penelusuran dan pembahasan yang dilakukan, maka warga Hsinchu kelak mampu mengusung pemikiran sendiri akan kota Hsinchu.

KhuiMng Studio Remajakan Pasar Tua

Rekonstruksi dilakukan pada lantai bawah tanah dan 3 lantai lain untuk Pasar Dongmen di tahun 1977, bergaya arsitektur modern. Di dalamnya terdapat eskalator pertama Hsinchu, dan sempat menjadi pasar terluas pada masa itu. Namun jaman keemasannya memudar seiring dengan perubahan era. Tahun 2015, sekelompok mahasiswa National Tsinghua University masuk ke dalam pasar yang telah ditinggalkan tersebut, dengan terus mencari akal guna menghidupkan kembali pasar dan membuka setiap terali besi toko yang terdapat di dalamnya.

Toko di lantai 1 pasar Dongmen disulap menjadi pusat jajanan tengah malam.Toko di lantai 1 pasar Dongmen disulap menjadi pusat jajanan tengah malam.

“Pudarnya pasar Dongmen, ada sebagian dikarenakan kurangnya kreativitas yang mampu memikat pelanggan masuk ke dalam”, “Oleh karena itu saya berpikir, jika ada tim unik yang masuk dan beraktivitas di dalamnya, memberikan kesempatan bagi setiap orang untuk melihat dan menemukan apa yang dapat dilakukan oleh pasar di era masa kini, mungkin juga dapat menjadi sebuah solusi peremajaan pasar”, ucap pelopor KhuiMng Studio, Chen Hung-wei.

Tim pun mulai mencoba berbagai kemungkinan penggunaan ruang pasar, sempat menggelar kamp, seminar, workshop, pertunjukan musik, pemutaran film, pengambilan video dokumenter. Para opa dan oma yang ada di dalam pasar, merasakan langsung hal-hal yang sebelumnya tidak pernah dibayangkan dapat terjadi di dalam pasar.

Mayoritas kegiatan dimulai dari pembahasan di ruang 3114, ruang tamu KhuiMng Studio yang ada di lantai 3. Awalnya para pemilik toko meragukan keberadaan KhuiMng Studio, namun dengan adanya kegiatan yang tidak pernah dibayangkan dapat terjadi di dalam pasar, mampu memikat orang yang sebelumnya tidak pernah masuk ke dalam pasar. Para pedagang juga bersedia menerima para tamu yang berhamburan masuk ke pasar.

Satu persatu terali besi toko mulai terbuka kembali pada tahun 2016. Dengan masuknya ragam workshop ke pasar, dimana pada lantai 1 berkembang menjadi pusat jajanan tengah malam, aroma tradisional saling beradu, menjadikan pasar Dongmen sebagai lokasi favorit jajanan kawula muda.

Suasana toko tua di pasar Dongmen, waktu seolah berhenti di abad sebelumnya.Suasana toko tua di pasar Dongmen, waktu seolah berhenti di abad sebelumnya.

Sejak tahun 2015 hingga kini, sempat ada 17 pintu besi toko yang tidak pernah terbuka, dengan luas ukuran sekitar 10 meter persegi, kini turut memberikan kesempatan hidupnya kreativitas.

Jiang Shan Yi Gai Suo Suntik Keragaman di Kota Tua

Jiang Shan Yi Gai Suo yang baru berdiri 5 tahun ini, secara perlahan menjadi platform penting isu publik lokal. Sang pendiri, Chang Deng-yao, dilahirkan pada tahun 1984, beraut wajah dewasa dengan jiwa yang matang, menyukai seni, budaya dan peduli akan sejarah, sosial dan isu lingkungan hidup.

Saat awal merintis Jiang Shan Yi Gai Suo, Chang Deng-yao mengatakan, “Banyak hal yang menarik bagi saya, namun tidak terdapat di Hsinchu, jika demikian maka saya akan menciptakannya. Yang dapat kita lakukan adalah menggunakan ruang publik sebagai lokasi beragam kegiatan yang sebelumnya tidak ditemui di Hsinchu.”

Pasangan suami istri Chang Deng-yao dan You Ya-chun, bersama mengelola kegiatan hal yang mereka gemari.Pasangan suami istri Chang Deng-yao dan You Ya-chun, bersama mengelola kegiatan hal yang mereka gemari.

Hingga saat ini, jika berkunjung ke Jiang Shan, maka Anda dapat menikmati sajian musik jazz atau irama musik lainnya, mengikuti kelas membaca, puisi, seminar. Dengan menggunakan ruang kecil, namun mampu mencapai hasil yang maksimal.

Chang Deng-yao juga menjadikan tempatnya sebagai platform diskusi isu publik setempat. Komunikasi adalah hal yang sangat penting, ia berpendapat program sosial jika sedari awal pembahasan dapat melibatkan warga setempat, maka mampu memberikan sebuah gambaran akan masa depan bagi penduduk lokal, menumbuhkan berbagai kemungkinan ekspresi kreativitas bahkan mampu meningkatkan rasa identitas diri sendiri.

Kembalikan Ruang Publik Berkarya di Dalam Kekunoan

Jiang Shan Yi Gai Suo mengajak ragam penelitian kreativitas, pertunjukkan, sehingga memberikan tambahan pilihan baru bagi Hsinchu. (Foto: Jiang Shan Yi Gai Suo)Jiang Shan Yi Gai Suo mengajak ragam penelitian kreativitas, pertunjukkan, sehingga memberikan tambahan pilihan baru bagi Hsinchu. (Foto: Jiang Shan Yi Gai Suo)

Berjalan di alun-alun Dongmen pada hari libur, dapat terlihat keluarga kecil yang mendorong kereta bayi sembari berpiknik, aktivitas kalangan pelajar, anak kecil yang bermain dan renyah tawa manusia.

Ruang berbentuk oval yang bersahaja ini, awalnya masih ada patung tokoh politik dan tugu lonceng Lion’s Club, sempat memberikan kesan tegang dunia perpolitikan kala itu. Pada tahun 1999, arsitektur Chiu Wen-chieh merombak ulang alun-alun Dongmen, memangkas struktur yang berlebihan, merubah kesan konservatif, dengan memadukan jalan bawah tanah dan struktur taman tepi sungai. “Rancangan saya adalah memasukkan mobilitas warga ke dalam kawasan yang penuh sejarah, sehingga terjadi paduan lama dan baru”, kata Chiu Wen-chieh.

Kini warga dapat masuk ke dalam ruang peninggalan bersejarah dan menjadi bagian di dalamnya. Ruang bawah yang digali tersebut, dikonsepkan bagai panggung pertandingan Roma Kuno, menjadikan ruang purbakala sebagai panggung dan masyarakat mampu mengekspresikan diri dan membuat sejarah baru.

Renovasi sungai Longen mengembalikan memori warga akan cahaya mentari, semilirnya angin dan gemercik suara air.Renovasi sungai Longen mengembalikan memori warga akan cahaya mentari, semilirnya angin dan gemercik suara air.

Di salah satu sudut kota, sungai Long En yang telah menemani warga selama lebih dari 300 tahun, dengan sedikit sentuhan dari tim Fieldoffice Architects, mampu mengembalikan keberadaan sungai Long En ke dalam kota.

“Kota ini membutuhkan lebih banyak ruang untuk berjalan”, ujar Yu Zhai-you. Untuk itu ia meninggikan jalan guna menciptakan ruang gerak yang lebih luas, serta turut meratakan permukaan yang ada. Jalanan ini setidaknya memiliki lebar 4 meter, dan memudahkan warga untuk berjalan dengan perasaan tenang.

Dengan jalinan alur jalan, sungai yang awalnya membelah jalan menjadi dua sisi, sang arsitek menyambungkan gang jalanan, toko, kota besar dan sekolah menjadi satu tatanan.

Jika membandingkannya dengan peta tua saat zaman pendudukan Jepang, sungai Long En boleh dikatakan tidak mengalami perubahan sama sekali. Ini adalah bagian dari sejarah penting. Berkat hasil design arsitek Yu Zhai-you, mampu memaksimalkan penambahan kesempatan bertemunya jalan dan sungai, sehingga masyarakat memiliki lebih banyak tempat untuk membaca alur sungai.

“Arsitek sebelumnya berupaya meminimalkan wujud benda, dan membuat ruang terlihat lebih ringan dan luas”, jelas Huang Sheng-yuan. Ini menjadi hal yang penting dalam padatnya kehidupan kota, dimana ruang terbuka berupa sungai yang dapat digunakan sebagai koridor hijau untuk jalan santai, merumpi, merenung, beristirahat dan saat ingin menyendiri.

Visi akan sebuah kota tidak hanya sebatas kata, kota Hsinchu yang cukup tua, beruntaikan sekelompok manusia yang tengah membuat perubahan. Hari esok yang lebih baik menjadi harapan utama mereka.