Kembali ke konten utama
Suvenir Presiden Tsai untuk Palau, Nauru, dan Kepulauan Marshall

lukisan berjudul Life in Endless Succession,gitar yang terbuat dari kayu apung, lampu hias yang diberi nama Seed Lamp, dan hasil tenun berjudul Dalamnya Kasih Ibu

Pada kunjungan kali ini, Presiden Tsai akan memberikan suvenir lukisan berjudul "Life in Endless Succession", gitar dari kayu apung, lampu hias yang diberi nama "Seed Lamp", dan hasil anyaman berjudul "Dalamnya Kasih Ibu". (Foto oleh Office of the President, ROC)

 

Menjelang keberangkatan Presiden Tsai Ing-wen untuk mengunjungi Palau, Nauru, dan Kepulauan Marshall, pada tanggal 19 maret 2019, juru bicara Istana Kepresidenan menggelar sebuah konferensi pers untuk memperkenalkan suvenir yang akan diberikan kepada para pemimpin negara sahabat. 
 
Suvenir yang akan diberikan kepada Presiden Palau, Tommy E Remengesau, adalah sebuah lukisan berjudul “Life in Endless Succession”, hasil karya seorang seniman penduduk asli Taiwan dari suku Atayal, bernama Miru Hayung. Lukisan ini merefleksikan upaya yang dilakukan Palau selama beberapa tahun terakhir untuk mengembangkan industri pariwisata yang berkelanjutan.
 
Saat ini, Palau adalah negara pertama di dunia yang melarang penggunaan tabir surya, sebagai bagian dari upaya melestarikan terumbu karang dan kehidupan di dasar laut.      
 
Lukisan “Life in Endless Succession” adalah lukisan abstrak yang menggambarkan konsep dan tradisi masyarakat suku Atayal untuk menjalani kehidupan sehari-hari yang berkoeksistensi dengan alam. Konsep dan tradisi suku Atayal ini sangat selaras dengan upaya pelestarian yang sedang dilaksanakan oleh Palau.  
 
Suvenir untuk Presiden Nauru, Baron Divavesi Waqa, adalah sebuah gitar yang terbuat dari kayu apung hasil karya seniman suku Amis, Fan Chi-ming. Gitar tersebut dibuat menggunakan kayu apung yang ditemukan setelah bencana angin topan Morakot melanda Taiwan bagian selatan pada bulan Agustus 2009.
 
Dalam beberapa kunjungan yang dilakukan Presiden Waqa ke Taiwan, ia memperlihatkan kegemarannya pada bidang seni musik dengan menyempatkan diri untuk menghadiri konser dan pagelaran.
 
Masyarakat Nauru adalah masyarakat yang sangat mencintai musik, bagi mereka musik adalah sebuah pemberian terindah yang mengandung doa dan harapan dari pihak pemberi hadiah. Pada kunjungan Presiden Waqa ke Taiwan tahun ini, Presiden Tsai memberikan hadiah sebuah ukulele. Ketika menerima hadiah tersebut, Presiden Waqa langsung memainkan sebuah lagu di lokasi pertemuan sebagai tanda terima kasih.           
 
Suvenir yang akan diberikan oleh Presiden Tsai kepada Ketua Parlemen Nauru, Cyril Buraman, adalah sebuah lampu hias yang diberi nama “Seed Lamp”. Benda seni ini dibuat oleh seniman suku Amis, Iyo Kacaw, dan menyimbolkan kongres Nauru sebagai tempat perlindungan bagi pelaksanaan nilai-nilai demokrasi untuk masyarakat Nauru.
 
Suvenir untuk Presiden Kepulauan Marshall, Hilda C. Heine, adalah sebuah hasil anyaman berjudul “Dalamnya Kasih Ibu”, yang menggambarkan kasih ibu kepada sang anak. Ukiran tersebut dibuat oleh seniman peraih penghargaan seni nasional Cheng Mei-yu.
 
Presiden Hilda C. Heine adalah presiden wanita pertama di kawasan Pasifik, dan anak Presiden Hilda yang bernama Kathy Jetnil Kijner, pernah membacakan sebuah puisi dalam pertemuan UNFCCC tahun 2014. Puisi tersebut berhasil menuai berbagai reaksi positif dari negara-negara anggota yang hadir. Presiden Tsai memilih benda seni  “Dalamnya Kasih Ibu”, untuk menyimbolkan kasih sayang Presiden Hilda kepada sang putri, dan kontribusi yang mereka berikan kepada dunia.
 
Hasil anyaman masyarakat Kepulauan Marshall adalah produk khas yang sudah dikenal luas secara internasional, dan karya seni anyaman dari Taiwan ini diharapkan dapat mendorong pertukaran dan dialog yang semakin dalam antara kedua negara.