Kembali ke konten utama
Keikutsertaan Taiwan dalam WHA Tidak Masuk Agenda Sidang, Negara-Negara Sahabat Kembali Suarakan Dukungan
2019-05-21

Dalam ketentuan hukum organisasi WHO yang diterbitkan pada tanggal 7 April 1948, disebutkan bahwa tujuan berdirinya WHO adalah untuk mematahkan hambatan, mendahulukan masyarakat, dan tidak boleh dipolitisasi. Organisasi yang berpendirian netral ini seharusnya memastikan agar setiap orang memiliki hak untuk hidup sehat, dan tidak diperlakukan berbeda karena ras, agama, politik, kepercayaan, tingkat ekonomi, dan kondisi sosial.

Menteri Kesehatan Saint Vincent, Luke Browne (kiri), dan Menteri Kesehatan Kepulauan Marshall, Kalani Kaneko (kanan) menyuarakan dukungan untuk Taiwan dalam Sidang WHA.  (Foto oleh CNA)
 

Sidang WHA ke-72 mulai digelar hari ini, dan topik mengenai “Undangan kepada Taiwan Sebagai Pengamat dalam Sidang WHA” menjadi isu utama dalam pembahasan di hari pertama.
 
Dalam pertemuan tertutup Komite Umum WHA, negara-negara sahabat mengajukan proposal agar “Undangan kepada Taiwan Sebagai Pengamat dalam Sidang WHA” dimasukan ke dalam agenda sidang. Suara dukungan yang dikemukakan oleh juru bicara Eswatini dan Honduras ditentang oleh Tiongkok dan Kuba, sehingga akhirnya diputuskan isu tersebut tidak dimasukan ke dalam agenda sidang. Pada sesi berikutnya, negara-negara sahabat kembali mengetengahkan isu tentang Taiwan, dalam sesi debat dua lawan dua.    
 
Dalam sesi tersebut, suara dukungan dari Kepulauan Marshall dan Saint Vincent kembali mendapat perlawanan dari Tiongkok dan Pakistan. Di akhir debat, Komite Umum memutuskan agar isu tentang Taiwan tidak dimasukkan ke dalam agenda sidang.
 
Menteri Kesehatan Kepulauan Marshall, Kalani Kaneko, dalam pidatonya mengatakan, ”Semua negara yang hadir memiliki konstitusi untuk melindungi kepentingan masyarakatnya, demikian juga dengan WHO. Dalam ketentuan hukum organisasi WHO yang diterbitkan pada tanggal 7 April 1948, disebutkan bahwa tujuan berdirinya WHO adalah untuk mematahkan hambatan, mendahulukan masyarakat, dan tidak boleh dipolitisasi. Organisasi yang berpendirian netral ini seharusnya memastikan agar setiap orang memiliki hak untuk hidup sehat, dan tidak diperlakukan berbeda karena ras, agama, politik, kepercayaan, tingkat ekonomi, dan kondisi sosial.”     
 
Kalani Kaneko juga menegaskan bahwa dengan menghalangi Taiwan untuk berpartisipasi dalam sistem kesehatan global, WHO telah mengabaikan hak asasi 23 juta masyarakat Taiwan, dan melanggar hukum organisasi yang dikeluarkannya sendiri. Taiwan adalah jalur transportasi penting di kawasan Asia Timur Laut dan Asia Tenggara, ada sekitar 100 ribu pekerja migran yang bekerja di Taiwan. Apabila ada wabah penyakit yang merebak di Taiwan, hal tersebut akan memberi dampak secara global, dan dunia seharusnya belajar dari kasus SARS, di mana komunitas internasional telah membayar harga yang mahal.  
 
Menteri Kesehatan Saint Vincent, Luke Browne, dalam pidatonya menegaskan bahwa Tiongkok tidak memiliki kedaulatan atas Taiwan, Taiwan tidak pernah menjadi bagian dari Tiongkok, keduanya adalah pihak yang merdeka dan memiliki pemerintahan yang berbeda. Mengundang Taiwan dalam sidang WHA sebagai pengamat, bukanlah sesuatu yang melanggar hukum, dan bukan merupakan suatu hal yang bertentangan dengan piagam WHO. Sebelumnya Taiwan dapat hadir dalam sidang WHA, tetapi sekarang tidak dapat hadir hanya karena Beijing tidak menyukai pemerintah yang saat ini menyelenggarakan pemerintahan di Taipei.
 
Walaupun keikutsertaan Taiwan dalam WHA tidak dimasukan ke dalam agenda sidang, tetapi suara dukungan terhadap Taiwan tidak pernah berhenti, di antaranya Amerika Serikat, Jerman, dan Inggris, serta negara-negara sehaluan lainnya, telah mengungkapkan dukungan kepada Taiwan.
 
Menteri Kesehatan AS, Alex Azar, menyampaikan kekecewaannya atas keputusan WHO yang tidak mengundang Taiwan untuk hadir sebagai pengamat seperti tahun-tahun sebelumnya (2009-2016). 23 juta masyarakat Taiwan seharusnya mendapat kesempatan untuk menyuarakan aspirasi mereka, seperti semua masyarakat negara lainnya. Ia mengatakan, “Kami mendukung Taiwan untuk mendapatkan kembali posisinya dalam sidang WHA.”
 
Menteri Kesehatan Jerman, Jens Spahn, mengatakan semua anggota komunitas internasional menginginkan agar upaya perlindungan kesehatan global tidak meninggalkan ataupun melewatkan siapapun, tantangan kesehatan yang harus dihadapi tidak akan berhenti karena batas wilayah suatu negara. Oleh karena itu, WHO harus menjadi platform bagi semua mitra yang terlibat.
 
Wakil Menteri Kesehatan Inggris, Baroness Blackwood, menjelaskan kemudahan sistem transportasi dan globalisasi telah menyebabkan kecepatan penyebaran wabah menjadi semakin tidak terkontrol. Sehingga upaya pencegahan yang melibatkan semua lembaga pemerintahan terkait telah menjadi hal yang semakin penting, agar semua pihak yang terlibat dapat berbagi pengalaman dan kemampuan dalam menangani isu keamanan kesehatan global.