Kembali ke konten utama
Taiwan Diundang Bergabung Jadi Anggota AMMSN
2019-09-04

Saat ini negara-negara yang tergabung sebagai anggota AMMSN adalah Indonesia, Kamboja, Thailand, Filipina, Malaysia, India, Jepang, Hong Kong, dan Vietnam. Dengan bergabungnya Taiwan, maka kini AMMSN memiliki sepuluh negara anggota.

Saat ini negara-negara yang tergabung sebagai anggota AMMSN adalah Indonesia, Kamboja, Thailand, Filipina, Malaysia, India, Jepang, Hong Kong, dan Vietnam. Dengan bergabungnya Taiwan, maka kini AMMSN memiliki sepuluh negara anggota. (Foto oleh UDN)

 

Upaya keras yang telah dilakukan Taiwan di bidang perlindungan mamalia laut (cetacean) selama bertahun-tahun akhirnya meraih pengakuan dari dunia internasional. Tahun ini Taiwan diundang untuk bergabung dengan Asia Marine Mammal Stranding Network (AMMSN) sebagai negara anggota.
 
Selain itu, AMMSN juga memilih Tainan dan Kaohsiung sebagai lokasi penyelenggaraan pertemuan tahunan, yang berlangsung selama empat hari mulai tanggal 3 September 2019. Dalam kesempatan tersebut, Akademi Nasional Penelitian Kelautan Taiwan (National Academy of Marine Research, NAMR) menandatangani MOU kerja sama dengan AMMSN di bidang konservasi dan penyelamatan binatang laut.        
 
Saat ini negara-negara yang tergabung sebagai anggota AMMSN adalah Indonesia, Kamboja, Thailand, Filipina, Malaysia, India, Jepang, Hong Kong, dan Vietnam. Dengan bergabungnya Taiwan, maka kini AMMSN memiliki sepuluh negara anggota.
 
Penyelenggaraan pertemuan tahunan AMMSN tahun ini turut didukung oleh Marine Biology and Cetacean Research Center National Cheng Kung University (NCKU), Taiwan Cetacean Society (TCS), Dewan Urusan Kelautan (OAC), dan Akademi Nasional Penelitian Kelautan Taiwan (NAMR). Selain dihadiri oleh delegasi dari negara-negara anggota, pertemuan kali ini juga dihadiri oleh para pemerhati perlindungan mamalia laut dari Amerika Serikat, Selandia Baru, Australia dan Korea Selatan.       
 
Direktur Pusat Penelitian Mamalia Laut NCKU, Wang Hao-wen, menjelaskan bahwa pada tahun 1990, sempat beredar sebuah video yang memperlihatkan nelayan ikan di Pulau Penghu sedang berburu ikan lumba-lumba. Setelah video tersebut beredar, dan mendapat reaksi dari komunitas internasional, Taiwan mulai menaruh perhatian pada upaya perlindungan mamalia laut.
 
Berkat kerja sama antara masyarakat dan pemerintah, pada tahun 1998 Taiwan berhasil melakukan upaya penyelamatan mamalia laut pertama, serta meloloskan undang-undang yang melarang perburuan mamalia laut.
 
Wang Hao-wen mengatakan saat ini organisasi yang bergerak di bidang penyelamatan mamalia laut untuk kawasan Taiwan bagian utara dilakukan oleh TCS, dan NCKU untuk Taiwan bagian selatan. Sejak tahun 2004, NCKU telah berhasil menyelamatkan lebih dari 400 ekor mamalia laut, dan jumlah penyelamatan terbesar terjadi pada tahun lalu, yaitu sebanyak 40 ekor.
 
Tahun ini NCKU telah berhasil menyelamatkan 30 ekor mamalia laut, termasuk pelepasan kembali ke alam bebas. Wang Wen-hao menambahkan, “Kendala terbesar biasanya terjadi pada ikan paus yang terdampar, dengan pemahaman ilmiah yang dimiliki dunia terhadap mamalia laut saat ini, upaya penyelamatan yang bisa dilakukan masih sangat terbatas. Namun meskipun sulit, upaya tersebut harus tetap kita lakukan.”