Kembali ke konten utama
Tebarkan Kekuatan Positif Taiwan Rifat Karlova dari Turki
2019-12-09

Rifat dan tim kerja iWalker menjelajahi gunung dan laut, menyajikan keindahan tempat-tempat yang ada di Taiwan kepada masyarakat.

Rifat dan tim kerja iWalker menjelajahi gunung dan laut, menyajikan keindahan tempat-tempat yang ada di Taiwan kepada masyarakat.
 

Rifat Karlova berasal dari Turki dengan nama Mandarin Wu Cheng-feng, pernah meraih Golden Bell Awards untuk kategori pembawa acara wisata terbaik. Bermula dari pelajar asing, aktor pembantu, pembawa acara wisata, menjadi menantu orang Taiwan, hingga memiliki kartu penduduk Taiwan. Melalui interpretasinya Rifat membuat orang Taiwan lebih mengerti Taiwan, bersama-sama menggali keindahan dan kebaikan di tanah ini.

 

Baru usai sebuah wawancara, Rifat dengan ramah bangkit berdiri dan menyapa, “Teman-teman, mohon maaf membuat kalian menunggu lama. Mumpung ada waktu, maka saya mengatur dua wawancara, sekali mendayung dua tiga pulau terlampaui.” Terdengar peribahasa Tionghoa yang dilontarkan dari seseorang yang memiliki penampilan fisik orang asing.
 

Kuil dan Festival Ritual Rakyat adalah kegiatan budaya yangpaling disukai Rifat.

Kuil dan Festival Ritual Rakyat adalah kegiatan budaya yangpaling disukai Rifat.
 

Datang ke Taiwan Agresif Membangun Impian

Tahun 2002, di tahun pertama Rifat masuk kuliah jurusan Sinologi di Turki, ia telah bertekad untuk melanjutkan pendidikan di Taiwan dan mendapatkan beasiswa dari Kementerian Pendidikan Taiwan. Agar lebih mendalami Taiwan, Rifat mendatangi Kantor Perwakilan ROC (Taiwan) untuk Turki, mengungkapkan keinginannya berkenalan dengan orang Taiwan. Dalam acara makan bersama, Rifat berkenalan dengan beberapa teman yang datang dari Taiwan, selain pertukaran bahasa, mereka juga berwisata bersama. Saat tahun baru Imlek, Rifat juga mengundang teman-teman Taiwan datang ke rumahnya untuk melewati tahun baru Imlek, menghilangkan kerinduan mereka akan kampung halaman.

Rifat berhasil mendapatkan beasiswa pada Agustus 2006, dan untuk pertama kalinya naik pesawat terbang ke Taiwan. Cuaca panas menjadi kesan pertama Rifat saat menginjakkan kaki di Taiwan, kedua adalah kehangatan orang Taiwan yang tidak didapatkan dalam buku pelajarannya.

Setelah belajar bahasa Mandarin selama setahun, Rifat mengambil strata dua (S2) jurusan politik di National Taiwan Normal University. Skripsi berjudul “Modernisasi Militer Daratan Tiongkok dengan Latar Belakang Gerakan Penguatan Diri dan pengaruh dari Li Hong-zhang” membuat orang penasaran, Ia mengatakan, “Harus memahami sejarah tahun terakhir Dinasti Qing untuk memahami Taiwan modern saat ini”. Dengan bekal dua tahun penelitian selama kuliah S2, ditambah penelitian otodidak selama 2 tahun, membaca seratusan buku referensi dan terus meminta bimbingan guru, Rifat menulis “Sejarah Modernisasi Daratan Tiongkok” dalam bahasa Turki yang merupakan perluasan dari skripsinya yang diterbitkan di Turki.
 

(Foto: Jimmy Lin)

(Foto: Jimmy Lin)
 

Bersikeras dan Berani Terobos Dunia Entertainment

Semasa di bangku kuliah, Rifat mempelajari sejarah dan budaya Taiwan dengan lebih mendalam, di luar sekolah, ia mengenal kelezatan makanan, dan lingkungan yang baik dan aman. Semakin mengerti Taiwan semakin membuat Rifat mencintai Taiwan, ditambah lagi tanpa disengaja ia diminta tampil sebagai bintang tamu di stasiun televisi Taiwan Public Television Service (PTS), saat pertama kali berada di atas panggung, Rifat melihat potensi perkembangan orang asing di dunia hiburan Taiwan. Untuk itu ia merekomendasikan dirinya sendiri ke berbagai perusahaan televisi, tetapi perbedaan bahasa dan budaya, membuatnya sering mengalami penolakan.

Meskipun satu bulan hanya ada satu atau dua kesempatan, tampil menjadi bintang tamu, tetapi Rifat tetap terus bersikeras. “Asalkan menerima telepon yang menawarkan untuk menjadi tamu pengisi acara, saya sudah sangat senang, saya pernah mendapat bayaran hanya NT$ 500, untuk pengambilan foto pemandangan luar selama 2 hari.” Karena tidak mendapat kesempatan tampil, teman-temannya menganjurkan dia untuk pulang ke Turki. “Saya tahu pulang ke Turki dan menjadi pemandu wisata, tidak akan ada masalah untuk berpenghasilan seratus ribu, tetapi itu terlalu mudah, saya ingin mencoba seberapa banyak yang dapat saya kerjakan di Taiwan.” Untuk itu dia menganggarkan uangnya sedemikian rupa, tempat tinggalnya sebuah kamar kontrakan dibangun di atas atap rumah alias bangunan tak ber-IMB (Izin Mendirikan Bangunan), ia bertekad untuk tidak mudah menyerah hingga sepeser uang terakhir di kantungnya.
 

Rifat dari Turki (kiri 1) berani terjun ke dunia hiburan Taiwan, berhasil membuktikan bahwa orang asing juga bisa membawakan acara wisata. (Foto: Jimmy Lin)

Rifat dari Turki (kiri 1) berani terjun ke dunia hiburan Taiwan, berhasil membuktikan bahwa orang asing juga bisa membawakan acara wisata. (Foto: Jimmy Lin)
 

Raih Penghargaan Golden Bell Awards

Akhirnya Rifat menerima peluang menjadi pembawa acara wisata “iWalker” pada September 2011, dan menandatangani kontrak kerja 5 tahun dengan perusahaan bersangkutan. Rifat menjadi pembawa acara asing pertama di jam tayang utama pukul 10 malam dalam sejarah pertelevisian Taiwan. Dengan pengalaman sebagai pemandu wisata di Turki, ditambah dengan pengetahuannya akan sejarah budaya Taiwan, membuat Rifat mengerti penggunaan waktu yang tepat, sehingga penonton tidak saja dapat mengetahui tempat yang indah dan makanan yang lezat di Taiwan, tetapi juga dapat memahami budaya kuliner dan sejarah Taiwan. Dengan bahasa Mandarin yang masih beraksen, kadang-kadang diselingi dengan kata dalam bahasa Hokkien Taiwan, gaya membawakan acara yang alami dan bersahaja membuat Rifat disukai oleh banyak pemirsa, dan sebagai pembawa acara iWalker, Rifat berhasil meraih pembawa acara terbaik dalam penghargaan Golden Bell Awards pada tahun 2012.

Terlihat orang, pembuatan acara wisata terkesan sangat santai, sepertinya sambil bermain bisa mendapatkan uang, tetapi hanya orang bersangkutan yang dapat mengetahui kesulitan yang dihadapin. Beberapa tahun lalu saat film bioskop “Seediq Bale” sedang diputar, iWalker juga menggunakan kesempatan ini mendompleng ketenaran, Rifat dan tim kerjanya mendatangi kawasan pegunungan Wushe di Kabupaten Nantou, menjelajahi medan pertempuran terakhir Moda Rudo - Gua Mahebo. Jalanan gunung ini sangat terjal, melalui tebing, tanah longsor, hutan lebat, kalau tidak ada suku penduduk asli warga setempat yang mengetahui medan jalan dan membawa mereka, mungkin mereka sudah tersesat di tengah hutan pegunungan. Pada waktu itu, ia mendengar suara yang aneh ketika ia berada di dalam gua, ternyata tidak jauh tempat tersebut terjadi tanah longsor, Rifat mengatakan, “Saya tidak bercanda, hanya berjarak 300 meter saja, sedikit saja mungkin kami bisa terkubur.
 

Keterampilan memasak diturunkan dari Bibi, Rifat berharap anaknya dapat mencicipi citra rasa yang ada dalam ingatannya, dan berbagi ke banyak orang melalui buku resep.

Keterampilan memasak diturunkan dari Bibi, Rifat berharap anaknya dapat mencicipi citra rasa yang ada dalam ingatannya, dan berbagi ke banyak orang melalui buku resep.
 

Berbagi Keindahan Taiwan pada Dunia

Dari berbagai kearifan lokal dan pemandangan alam Taiwan, Rifat paling tertarik dengan festival kuil di Taiwan. Ia pernah mengikuti aktivitas Festival Petasan Yanshui (The Yanshui Beehive Fireworks Festival), Festival Arak-arakan Mazu dan lainnya, ia merasakan sendiri bagaimana kepercayaan mendatangkan kekuatan dalam kehidupan masyarakat. Ribuan penganut kepercayaan berkumpul saat arak-arakan berlangsung, petasan, kembang api dan kerumunan orang ada di mana-mana, Rifat mengambarkannya seperti karnaval.

Rifat juga membawa tim pembuatan acara wisatanya ke Turki, memperkenalkan kampung halamannya. Ia juga diundang tampil dalam berita acara stasiun televisi lokal Turki, berbagi pengalaman tentang bekerja di dunia hiburan Taiwan, ia membawa Wayang Potehi yang khusus dipilih sebagai buah tangan agar masyarakat Turki dapat memahami budaya Taiwan.

Dua tahun sebelum kontrak di perusahaan televisi berakhir, Rifat memutuskan untuk tidak melanjutkan kontrak, berharap bersama dengan istrinya Rynne Chen dapat bebas memilih melakukan kegiatan yang dapat memberikan kontribusi bagi masyarakat. Meskipun penghasilan tidak tinggi tetapi bagi Rifat yang tidak mengejar kejayaan jangka pendek, ia lebih mementingkan pengaruh jangka panjang bagi masa depannya, seperti kerja samanya dengan majalah bulanan “Global Kids” menuliskan serial “Perjalanan di Taiwan bersama Rifat” dalam kolom khusus di mana Rifat sendiri yang mendesain cerita animasi yang menarik agar anak-anak lebih mengenal Taiwan. Rifat menyampaikan, saat ini ia telah mengeluarkan episode pertama yaitu “Air mata malaikat - Danau Jiaming”, selanjutnya masih akan terus memperkenalkan ekologi, cerita rakyat Taiwan dan lainnya yang dinanti-nantikan semua orang.
 

Tebarkan Kekuatan Positif Taiwan Rifat Karlova dari Turki
 

Sudah Selayaknya Mencintai Keluarga

 Sebagai pekerja dunia hiburan, Rifat berharap dengan caranya sendiri dapat membawa kebahagiaan dan energi positif pada semua orang. Rifat juga membuat saluran YouTube sendiri sejak tahun lalu, dengan peralatan yang sederhana, merekam kehidupan dan belajar mengeditnya sendiri. Meskipun sibuk, Rifat masih menyempatkan diri untuk membuat setidaknya 3 rekaman film dalam satu pekan, berbagi perasaan dan pandangannya pada masyarakat umum.

Seperti Rifat membawa teman Turki naik MRT keliling Kebun Binatang Taipei, kegembiraan anak-anak melihat panda, atau bermalam di Stasiun Taipei mendokumentasikan para tunawisma di sana, sesuatu yang membuatnya menangis di depan kamera. Atau juga merekam pengalamannya sendiri ke rumah sakit, memperkenalkan asuransi kesehatan nasional Taiwan dan kemajuan medis Taiwan. Dalam film dokumenternya ia juga menambahkan teks bahasa Turki,dan ditayangkan melalui internet agar semakin banyak orang melihat Taiwan.

Rifat yang telah mengeluarkan dua buku “Tubaozi mencintai Taiwan” dan “Undangan dari Turki”, akhir-akhir ini dari sudut pandang keluarga menuliskan buku resep keluarga yang diwariskan oleh bibinya, menghadirkan hidangan yang biasanya disajikan di meja makan keluarga di Turki pada publik.

Diawali dengan datang untuk belajar di Taiwan, sekarang Rifat telah menikah, memiliki keturunan, dan menetap di Taiwan. Taiwan semakin menjadi seperti rumahnya, sebagai seorang ayah yang menyukai rumahnya sendiri, dan sudah selayaknya bagi dirinya untuk dapat menerima kelebihan dan kekurangan keluarganya. Setiap kali ada orang yang berterima kasih padanya karena ia mencintai Taiwan, Rifat merasa heran, sebenarnya Taiwan memiliki banyak hal yang patut dibanggakan, hanya saja orang Taiwan sendiri tidak mengetahuinya, untuk itu dengan caranya sendiri ia ingin agar semua dapat melihat betapa berharganya Taiwan.

Rifat mendapatkan kartu tanda penduduk Taiwan  tahun lalu, akhirnya ayah Rifat bisa dengan lega hati menyampaikan, tidak saja ada yang merawat anaknya di Taiwan, kehidupannya juga lebih terjamin. Meskipun ayahnya telah meninggal karena sakit pada awal tahun ini, tetapi diyakini sang ayah dapat melihat dan menjaga kehidupan Rifat sekeluarga di Taiwan.