Kembali ke konten utama
Estetika Baru Teh Seni Memadukan Teh
2020-02-17

Merek teh internasional mencampur dan meracik berbagai cita rasa untuk membentuk citra merek perusahaan mereka. (Foto: Jimmy Lin)

Merek teh internasional mencampur dan meracik berbagai cita rasa untuk membentuk citra merek perusahaan mereka. (Foto: Jimmy Lin)
 

Taiwan adalah tempat penghasil teh yang sangat terkenal di dunia. Apa saran Anda untuk wisatawan mancanegara agar dapat merasakan budaya teh yang sangat populer di Taiwan?

 

Masuk dalam kawasan bisnis Yongkang yang ramai dengan turis, di samping taman terdapat sebuah kedai teh “Ateliea Tea” yang tidak begitu menonjol, pagi-pagi kedai tersebut sudah berjualan agar dapat semakin mengundang arus pengunjung.

Sejauh mata memandang, terlihat warna warni indah kaleng teh berjajar di dinding toko, kaleng warna merah berisi teh dengan fermentasi penuh seperti teh hitam, tieguanyin, kaleng kuning muda berisi teh semi fermentasi seperti oolong, kaleng hijau muda berisi teh tanpa fermentasi seperti biluochun, baozhong dan lain-lain. Variasi daun teh yang tersedia, menarik pengunjung untuk mencicipi nikmatnya daun teh yang datang dari berbagai penjuru Taiwan.
 

Ateliea Tea mendobrak tradisi dan mempromosikan budaya teh Taiwan melalui pendekatan modern.

Ateliea Tea mendobrak tradisi dan mempromosikan budaya teh Taiwan melalui pendekatan modern.
 

Petualangan Selera Lintas Negara

Selain sederetan merek teh yang memukau, Atelia Tea juga bertekad untuk mempromosikan daun teh Taiwan pada generasi muda, dan menghilangkan kesan bahwa budaya minum teh adalah budaya “kaum tua”.

Meskipun konsep minum teh tradisional Taiwan tidak terbiasa dengan konsep mengonsumsi teh campuran, tetapi Ateliea Tea membuka lembaran baru dengan menghadirkan beberapa produk eksklusif teh hasil campuran.

Produk teh yang telah melalui perpaduan, tidak ada lagi perbedaan tajam dari produk teh tunggal, karakternya menjadi lebih lembut dan menyenangkan, “Dapat menikmati aroma teh hijau, dan juga terasa aroma teh hitam”. Manajer proyek Ateliea Tea, Anny Wang menunjuk pada kaleng warna ungu yang bertuliskan “Taiwan Lang”, teh campuran ini memadukan jade oolong Alishan dengan teh hitam Sun Moon Lake, dan merupakan salah satu dari produk khas mereka.

Tidak hanya itu saja, Atelia Tea baru saja menjalin kerja sama dengan sebuah merek terkenal dari Jepang “Tsujiri” pada tahun ini, untuk memproduksi “Green Matcha Taipei” yang merupakan perpaduan antara teh hijau musim semi empat musim Sanxia khas Taiwan dengan matcha Jepang, aroma lembut teh hijau dapat terasa pada saat pertama meminumnya, setelah memasuki tenggorokan, baru perlahan-lahan muncul aroma kuat matcha. Inilah karakteristik teh campuran yang diinginkan oleh pencinta teh.
 

Minum teh bukan hanya untuk menikmati sebuah cita rasa, melainkan juga untuk meluangkan waktu santai dalam keseharaian.

Minum teh bukan hanya untuk menikmati sebuah cita rasa, melainkan juga untuk meluangkan waktu santai dalam keseharaian.
 

Sensasi Rasa Internasional

Meskipun masyarakat Taiwan tidak terbiasa dengan teh campuran, tetapi masyarakat di negara lain biasa mencampurkan teh dengan berbagai hasil bumi seperti  bunga, buah, vanili bahkan dengan karamel, coklat dan unsur berbeda lainnya untuk menambah aroma daun teh, hal ini sudah berlangsung sejak awal.

Penyebab paling awal pencampuran teh dapat ditelusuri kembali pada saat Perang Dunia II baru berakhir, setelah penjualan sempat menurun selama masa perang, daun teh yang kembali diperkenalkan pada pasar, berhubung sempat ditaruh sekian lama dalam penyimpanan, tentu saja tidak dapat dihindari timbul berbagai bau, untuk itu pebisnis teh barat mulai mencoba memadukan teh dengan bahan makanan lainnya untuk menutupi bau yang tidak sedap, ditambah rakyat yang ingin keluar dari kesuraman setelah kelelahan selama masa perang, kehadiran minuman teh menjadi populer sebagai jawaban atas kebutuhan jaman.

Saat ini, teh campuran sudah tidak lagi dibebani dengan predikat kualitas buruk, bahkan beberapa merek produk teh terkenal internasional lebih terkenal dengan resep campuran eksklusif mereka, tidak saja dijual dalam jangka panjang, bahkan juga telah menjadi topik perbincangan antara sesama pencinta teh.

Meskipun teh merupakan minuman yang bersifat internasional, tetapi membicarakan etos minum teh, daun teh tunggal masih menjadi yang utama di Taiwan saat ini, bahkan masih terdapat anggapan bahwa teh campuran memiliki kualitas rendah.

“Orang Taiwan terbiasa minum produk teh tunggal, alasan paling utama karena Taiwan adalah penghasil teh”, demikian ujar pakar teh hitam, Kelly Yang. Berhubung daun teh mudah didapati, kebanyakan orang Taiwan mencari cita rasa teh favorit dari daerah penghasil teh seperti Dayuling, Lishan, Shanlixi dan lainnya.

Seluruh anggota keluarga duduk mengelilingi meja kayu di rumah kakek/nenek sambil minum teh adalah sebuah kenangan yang dimiliki oleh sebagian besar orang Taiwan. Oleh karena itu, menyuntikkan napas baru ke dalam teh Taiwan harus dilakukan dengan membentuk sebuah citra yang baru, dan jauh dari persepsi tentang budaya “kaum tua”, seperti minuman teh susu mutiara (boba tea) yang saat ini kian populer di seluruh dunia. Metode pendekatan yang serupa bisa jadi merupakan kunci untuk mempopulerkan teh campuran.
 

Keragaman rasa teh campuran, membuka pintu bagi kaum muda untuk masuk dalam dunia teh yang luas.

Keragaman rasa teh campuran, membuka pintu bagi kaum muda untuk masuk dalam dunia teh yang luas.
 

Cita Rasa Taiwan

Upaya merevitalisasi teh Taiwan tidak hanya dilakukan oleh Atelia Tea saja. Pada suatu subuh yang disertai hujan deras, saya mengunjungi  Eighty-Eightea Rinbansyo yang terletak di Ximending.

Terletak di samping lapangan Nishi Hongaji, yang sebelumnya merupakan tempat tinggal kepala biara Budha Jepang, kedai teh Eighty-Eightea menghadirkan  sebuah keheningan di tengah kawasan yang ramai dikunjungi wisatawan. Kedai teh ini menyuguhkan teh khas Taiwan, dengan atmosfer yang akan membantu para wisatawan melepas kepenatan.

Eighty-Eightea menggunakan teh oolong, teh hitam dan teh hijau Taiwan sebagai dasar teh, memadukan hampir 30 macam teh lokal. Yang umum osmanthus, bunga magnolia, mawar sudah tidak mengherankan lagi. Mangga, pisang yang merupakan simbolis buah Taiwan juga direncanakan masuk di dalamnya, yang paling unik adalah rempah-rempah dari suku Atayal seperti Tana (Zanthoxylum ailanthoides), maqaw (Litsea cubeba) serta pohon-pohon representatif Taiwan seperti cypress dan incense cedar.
 

Sebagai generasi kedua pengusaha perkebunan teh, Mitch Chung membangun mereknya sendiri melalui sebuah toko keci.

Sebagai generasi kedua pengusaha perkebunan teh, Mitch Chung membangun mereknya sendiri melalui sebuah toko keci.
 

Teh dengan Sentuhan Bunga

Teknik kuno yang umum digunakan untuk membuat teh yang dinamakan “Xun” (juga dibaca yin), teknik pembuatan teh yang nyaris lenyap karena industrialiasi teh, beberapa tahun terakhir kembali digoreskan oleh beberapa pemuda ini.

Selain Eighty-Eightea Rinbansyo, masih ada “Dings Tea” yang terletak di Chiayi, daerah penghasil teh.

Berbeda dengan teh campuran ala barat yang kebanyakan menggunakan uapan esensi untuk aroma utama teh, dan beberapa kelopak bunga dan buah-buahan kering untuk menambah keindahan visual. “Tingkat kelembapan Taiwan yang sangat tinggi, membuat kualitas bunga segar mudah berubah, bahkan mudah dihinggapi serangga apabila menambahkan buah ke dalamnya.” Ia menjelaskan sambil membuka kaleng teh bunga buatan keluarganya, melalui penyaringan teh bunga, terlihat hampir tidak ada perbedaan dengan daun teh pada umumnya.

Berdasarkan data yang Mitch Chung dapatkan, teknik tradisional xun yang berasal dari Tiongkok ini, pertama-tama harus menyortir bagian kuncup bunga, kelopak bunga dan lainnya, untuk menghindari tercampurnya aroma daun teh, kemudian dengan cara ditumpuk berlapis, satu lapis teh satu lapis bunga, setelah itu dipanaskan. Temperatur yang tinggi dapat membantu bunga melepaskan aroma, tetapi juga membuat daun teh menjadi terlalu lembab, menimbulkan bau yang tidak sedap, untuk itu saat menggunakan teknik xun harus menjaga ketepatan temperatur, proses pemanasan, pendinginan dan pengeringan yang diulang 3 – 5 kali baru terakhir dengan tangan satu persatu memilih kelopak bunga, dengan demikian barulah proses selesai.

Dings Tea mempromosikan 3 jenis teh bunga yaitu bunga osmanthus, bunga jahe dan magnolia figo. Kesan yang pertama yang muncul di benak orang pada umumnya ketika mendengar “Xiangbian” adalah teh hijau melati, karena dalam tradisi minum teh Taiwan, kedudukan teh bunga lebih terpinggirkan, bahkan ada anggapan: hanya teh kualitas kelas dua yang tidak bagus baru dijadikan teh bunga. 

Mitch Chung memilih kebun teh keluarganya, terletak di Desa Taihe, Meishan yang menghasilkan oolong pegunungan tinggi, untuk digunakan sebagai basis teh. Yang mana produk-produk khusus yang dijual di kedai teh yang didirikannya, menjadi ciri khas produk dari toko-toko di desanya, membuat kedai teh tradisional dan ratusan kedai kopi mulai menjamur hingga menjadi barisan persaingan di kawasan kota Chiayi, meskipun demikian keunikan kedai Mitch Chung masih tetap ada.

Karena osmanthus dan magnolia figo memiliki aroma manis buah apricot, pisang, nanas dan lainnya, cocok dikombinasikan dengan jinxuan oolong yang memiliki aroma mentega; sedangkan bunga jahe liar dengan rasa pedas jahe muda, dipadukan dengan qingxin oolong yang beraroma bunga angrek yang elegan.

Ternyata Mitch Chung memiliki perasaan cinta sekaligus benci dengan kebun teh keluarganya. Semasa Mitch Chung masih kecil, ia tidak dapat bermain bersama teman-temannya setiap kali liburan, karena harus membantu di kebun teh, “Makanya saya sengaja memilih kampus yang paling jauh dari rumah saat ikut ujian masuk universitas.” Demikian ujar Mitch Chung.

Ketika terjadilah bencana angin topan Morakot 10 tahun lalu, barulah ia memutuskan untuk pulang ke desa meneruskan usaha keluarganya, dari fondasi dasar usaha yang dibangun ayahnya, ia mencari jalan baru, mempromosikan produk teh pribadinya, mencari kembali teknik pembuatan teh yang hampir hilang, membuka kedai teh kecil dengan gaya baru, meskipun sempat beberapa kali timbul konflik dengan keluarga karena perbedaan pemikiran, tetapi akhirnya sekarang ia dapat membuat prestasi yang membanggakan, “Hal yang paling menarik dari membuat teh adalah sifatnya yang selalu berubah,” demikian ucapan jujur yang keluar dari mulut seorang anak yang pernah kabur dari kebun teh keluarganya.