Kembali ke konten utama
Gemilap Tanaman Asli Ratusan Tahun Kinoa Taiwan
2020-06-22

Kinoa Taiwan yang banyak ditemukan di pemukiman penduduk asli, pasca bencana taifun Morakot, menjadi produk pembangkit ekonomi penduduk asli. Dalam foto Ba Qing-yi dari Dusun Adiri sedang memanen kinoa merah.

Kinoa Taiwan yang banyak ditemukan di pemukiman penduduk asli, pasca bencana taifun Morakot, menjadi produk pembangkit ekonomi penduduk asli. Dalam foto Ba Qing-yi dari Dusun Adiri sedang memanen kinoa merah.
 

Ketika dunia internasional dihebohkan oleh kehadiran kinoa yang berasal dari Amerika Selatan dan menjadi makanan sehat favorit kaum selebriti dan juga menjadi salah satu sumber nutrisi dalam krisis pangan yang tengah mengglobal, tidak banyak orang tahu akan keberadaan “Kinoa Taiwan” yang merupakan tanaman asli tersembunyi di pemukiman penduduk asli Taiwan.

Tanaman asli Taiwan yang sudah ratusan tahun bertumbuh dalam gemilap warna merah, dan kuning yang memukau bak batu permata ini tidak saja memberi nilai tambah untuk ekologi Taiwan yang ramah, tetapi juga menjadi daya tarik untuk mengembalikan penduduk asli yang terkena dampak bencana alam akibat mengamuknya angin Taifun Morakot beberapa waktu silam, untuk kembali ke pemukimannya melanjutkan tradisi dalam derap kehidupan yang baru.

 

Kinoa yang bernutrisi tinggi, tumbuh subur di kawasan pegunungan Andes di Amerika Selatan, dan dikenal sebagai sebagai makanan sehat, bahkan menjadi makanan super secara global, menjadi makanan favorit kaum selebriti dunia barat. Sifat kinoa yang bisa bertahan dalam cuaca sangat kering, dan mudah ditanam ini, oleh Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) dikategorikan sebagai makanan penolong dalam menangkal krisis pangan. Sedangkan di Taiwan, untaian kinoa berwarna merah kuning merekah, telah dibuktikan sebagai tanaman asli yang sudah tumbuh ratusan tahun di Taiwan.

 

Menguak Misteri Asal Usul Kinoa Taiwan

Pada 2008 Biro Kehutanan, COA memberikan mandat kepada dosen Fakultas Kehutanan, National Pingtung University of Science and Technology (NPUST), profesor Kuo Yau-lun untuk menguak misteri asal usul kinoa merah, prof. Kuo mengatakan kinoa merah adalah tanaman yang kerap ditemukan di pemukiman penduduk asli di Taiwan. Di zaman dulu, ketika makanan masih sangat kurang, para penduduk asli yang berburu ke hutan, sering membawa bekal kinoa merah yang merupakan makanan praktis bernutrisi tinggi. Tetapi, setelah penduduk asli pindah ke kota, ditambah lagi faktor makanan lain seperti jawawut, keladi dan lainnya mudah diperoleh, maka kinoa merah akhirnya menjadi makanan pelengkap saja.

Prof. Kuo Yau-lun yang merupakan seorang pakar di bidang keanekaragaman hayati Taiwan, mengenal keberadaan kinoa merah dari mahasiswanya Lin Zhi-zhong. Pada 2005, ia memangku jabatan direktur Biodiversity Research Center di NPUST, dan memulai risetnya tentang keanekaragaman hayati atau biodiversity di kawasan Kaohsiung dan Pingtung, dan kemudian mulai berfokus pada kinoa merah.

Kuo mengenang masa lalu ketika ia  sama sekali tidak menemukan data akademik tentang kinoa merah,  dan hanya mengandalkan catatan riset yang tidak lengkap dari periset Kuo Chin­-cheng, di Tai­tung District Agricultural Research and Extension Station. Maka ia bersama anggota tim peneliti lainnya berkunjung secara terpisah ke universitas dan museum di AS, Inggris dan Belanda untuk mencocokkan spesimen botani. Setelah berjuang 3 tahun, anggota tim riset Prof. Yang Yuen-bo, dosen Departement of Biological Science di National Sun Yat-sen University (NSYU), menemukan spesimen yang bermorfologi sama dengan kinoa Taiwan di Herbarium Universitas Kyoto, Jepang.  

Ternyata kinoa merah ini telah sempat dinamakan sebagai Kinoa Pangan, Kinoa Merah Bata, dan Kinoa Ungu di masa lalu, dan sejak 1940, periset Jepang sudah menetapkannya sebagai tanaman asli Taiwan, dan diberi nama latin Chenopodium formosanum atau Kinoa Taiwan. Dengan demikian, kinoa merah yang berwarna merah kuning merekah dengan bentuk rupa yang unik ini resmi dinyatakan sebagai tanaman asli Taiwan di mana sebelumnya sempat dianggap sebagai spesies dari luar.

Hasil riset ini tidak saja memberi makna besar bagi keanekaragaman hayati Taiwan, dalam proses pemeriksaannya ternyata juga diketahui pada tahun 1918, Taiwan pernah mengalami bencana kekeringan dan musim dingin yang dahsyat, mengakibatkan pertanian gagal panen, dan hanya penduduk asli sajalah yang lolos dari ancaman bencana tersebut dengan memakan kinoa Taiwan mengatasi kelaparan. Kini, saat dunia mengalami krisis pangan dan mencari solusinya, barulah didapati bahwa telah tersedia kinoa asli Taiwan yang sejak zaman dahulu kala telah memainkan peranannya sebagai “dewa penolong”.
 

Penampilan kinoa merah yang unik dan berwarna-warni, sempat dikira tanaman dari luar, tapi sebetulnya adalah tanaman asli Taiwan.

Penampilan kinoa merah yang unik dan berwarna-warni, sempat dikira tanaman dari luar, tapi sebetulnya adalah tanaman asli Taiwan.
 

Kinoa Taiwan Go-International

Kinoa merah berkat perjuangan tim riset NPUST menjadi semakin dikenal masyarakat, dan digalakkan  oleh instansi pemerintah, swasta, dan lembaga riset. Pada tahun 2014, berkat upaya Wu Mei-mao, pendiri Taiwan Way, kinoa Taiwan tercatat dalam katalog sebuah proyek dari The Slow Food Foundation untuk keanekaragaman hayati Italia, 4 jenis benih tanaman Taiwan yakni Kinoa Merah, Ketan Merah, Ketan Ungu, Ketan Butir Kecil masuk dalam catatan data “The Ark of Taste”, berkilau cerah di dunia internasional.

Wu Mei-mao sebelumnya menjabat sebagai peneliti di Pusat Pengembangan Bioteknologi Taiwan, setelah ia mengidap kanker pada tahun 2001, ia beralih menggalakkan industri pertanian organik, dengan mendirikan Taiwan Way. Selama bertahun-tahun, ia mengupayakan konsep pertanian organik, pertanian yang bersahabat dengan alam bisa masuk ke pemukiman para penduduk asli, oleh karena itulah ia mendapatkan julukan sebagai “Bunda Pemukiman Penduduk Asli”.

Yang paling memukau perhatian adalah kegigihan upayanya di Talampo, pemukiman penduduk suku Amis di Desa Fuli, Kabupaten Hualien yang karena tidak memiliki aliran listrik mendapat julukan “Permukiman Kelam”, ia telah membantu masyarakat daerah ini untuk bercocok tanam secara organik.

Wu Mei-mao pada tahun 2008 diundang ke Desa Jinfeng di Kabupaten Taitung untuk memberikan ceramah pengalamannya dalam membimbing permukiman penduduk asli, di sana ia terpukau oleh sebentang lahan luas yang ditanami kinoa merah.

Saat itu, atas inisiasi Wu Mei-mao, perusahaan toko retail produk organik Leezen yang telah sukses melancarkan kontrak pertanian bunga rosela dengan permukiman Kiwit di Kabupaten Hualien, juga kebetulan sedang mencari pertanian kontrak untuk jenis produk lainnya, oleh Wu Mei-mao diperkenalkanlah kinoa merah ini kepada Leezen, maka dimulailah pembimbingan penanaman organik untuk para petani di Taitung dan Hualien.

Dalam konferensi The Taiwan Good Food Association 2013, Wu berkenalan dengan Guo You-zhen yang saat itu sedang studi pascasarjana di Universitas Gastronomic Sciences di Piedmont Italia. Kesempatan itu menelurkan keikutsertaannya dalam pertemuan akbar yang diselenggarakan oleh The Slow Food Foundation di Italia. Hal ini disebabkan Guo You-zhen menulis cerita tentang Taiwan Way membimbing petani penduduk asli Taiwan di pemukiman mereka sebagai bahan diskusi dalam perkuliahannya. Kabar ini tersiar sampai ke telinga anggota dewan The Slow Food Foundation, maka mereka mengundang Wu Mei-mao untuk datang ke konferensi bienial mereka untuk berbagi pengalamannya. Oleh karena itulah, kinoa merah langsung melejit secara internasional, dan masyarakat dunia bisa mengenal produk pertanian asli Taiwan ini.
 

Berkat bimbingan GM Kullku Co. Hsieh Chen-chang (kiri), petani tersenyum bahagia melihat kinoa dari warna hijau berubah menjadi merah

Berkat bimbingan GM Kullku Co. Hsieh Chen-chang (kiri), petani tersenyum bahagia melihat kinoa dari warna hijau berubah menjadi merah
 

Tanaman Asli Ratusan Tahun Membangkitkan Ekonomi Kembali

Tidak sedikit penduduk asli yang terpaksa meninggalkan pemukimannya karena hantaman Taifun Morakot pada tahun 2009, yang membawa bencana besar di kawasan Kaohsiung dan Pingtung. Mereka terpaksa pindah, tapi di luar dugaan, kinoa yang sudah bersejarah ini menjadi sumber perekonomian baru untuk menghidupkan kembali daerah pemukiman yang terusak pada waktu itu.

Pada tahun 2012, Hsieh Chen-chang, GM perusahaan operator pertanian organik Kullku Co., membuat kontrak pertanian dengan beberapa petani di pemukiman Pingtung dan Taitung. Mengingat status dirinya sebagai menantu penduduk asli, berkat istrinya, Hsieh Chen-chang sejak dulu sudah mengenal adanya kinoa merah. Setelah pensiun dari perusahaan ekspedisi, Hsieh terjun ke industri pertanian, dan teringatlah ia kepada kinoa merah. 

Setelah hantaman Taifun Morakot yang membawa bencana dahsyat pada tahun 2009, banyak penduduk asli harus meninggalkan pemukiman yang sudah hancur, jiwa dan raga mereka sangat terpukul, dan perekonomian mereka tidak bisa bangkit kembali. Song Jin-shan memiliki pengalaman dalam rekonstruksi Desa Xinyi, korban bencana gempa dahsyat 21 September 1999 di Kabupaten Nantou, dan dalam bencana Taifun Morakot ini, ia menjadi manajer proyek rekonstruksi pemukiman Baihe di garis depan, ia mengatakan saat itu ada 250 an keluarga dari 6 pemukiman penduduk asli yang pindah ke pemukiman Baihe di Desa Changzhi, Kabupaten Pingtung, tapi tidak sampai setengah tahun lamanya, sudah ada 37 warga yang meninggal dunia karena tidak bisa mengentaskan diri dari pukulan dan rasa rindu akan kampung halaman.

Tim rekonstruksi mencari akal untuk melipur kesedihan hati para korban bencana alam ini. Pada tahun 2013, Song Jin-shan melalui kantor pertanian Kabupaten Pingtung mengetahui Hsieh Chen-chang terjun dalam pertanian kinoa merah, ia segera mengajukan proposal kerja sama, berharap bisa mengembalikan “keaslian” desa mereka.

Ba Qing-yi penduduk asli yang pada tahun itu berusia 80 tahun, pasca bencana Morakot pindah bermukim di daerah perkotaan, seharian ia murung karena meninggalkan kampung halamannya di daerah pegunungan, tapi setelah ia bercocok tanam kinoa merah, ia menjadi ceria kembali. Ba Wen-xiong yang usai wajib militer kembali ke kampung halaman menemani ayahnya, mengatakan, ayahnya sejak menanam kinoa merah, mulai banyak tersenyum dan lebih dinamis. Ia menemukan kembali ingatan masa kecil, memakai kinoa merah membuat arak jawawut, tak disangka kinoa merah mengandung begitu besar kadar nutrisi dan nilai ekonomi.

Melalui pertanian kontrak menanam kinoa merah, penduduk asli bisa membangkitkan perekonomian di pemukiman mereka. Hsieh Cheng-chang mengatakan kemampuan adaptasi kinoa merah sangat besar, ia bisa hidup dalam lahan seburuk apapun, dan mudah sekali tumbuh. Tetapi mengingat untaian biji kinoa lebih kecil dari jawawut, maka proses penanganannya sangat rumit, harus diproses sebanyak 12 tahap baru bisa menjadi produk layak pakai. Maka ia menciptakan fasilitas pengolahan khusus menggantikan tenaga manusia guna meningkatkan efisiensi.

Kinoa merah Taiwan mulai berkiprah di dunia, petani yang menawarkan lahannya pun semakin banyak. Banyak petani dari Desa Douliang di Taitung, Desa Namaxia di Kaohsiung, Desa Xinyi di Nantou semua bersedia untuk bekerjasama. Original-Love workshop perkayuan Taitung yang baru bekerja sama dengan Shieh, tidak hanya menanam kinoa merah, mereka juga menggalakkan kreativitas kain tenun tradisional penduduk asli untuk dijadikan sebagai kemasan produk kinoa merah, agar secara luar dan dalam memancarkan kepiawaian kehidupan penduduk asli Taiwan.

Dunia semakin mengutamakan tema kesehatan dan pangan, kinoa merah Taiwan yang dulu hanya sebagai pelengkap saja, kini melejit menjadi primadona, memukau dunia dengan gemilap warna merah dan kuning, memancarkan semangat kehidupan walau berada di lahan seburuk apapun.