Kembali ke konten utama
Taiwan Terbitkan Buku “Memasuki ASEAN: Kisah Muda-Mudi Taiwan di Negara Asia Tenggara”
2020-06-15
New Southbound Policy。Lin Chia-he berharap kisah yang dituturkan dalam buku ini dapat membantu masyarakat Taiwan memahami Asia Tenggara melalui sejarah dan isu-isu terkini di negara-negara tersebut. (Foto oleh MOFA)
Lin Chia-he berharap kisah yang dituturkan dalam buku ini dapat membantu masyarakat Taiwan memahami Asia Tenggara melalui sejarah dan isu-isu terkini di negara-negara tersebut. (Foto oleh MOFA)



Selama 10 tahun terakhir, hubungan Taiwan dan negara-negara Asia Tenggara terus berkembang. Hal tersebut dapat terlihat semakin jelas melalui sebuah buku berjudul “Memasuki ASEAN: Kisah Muda-Mudi Taiwan di Negara Asia Tenggara”. Buku ini merupakan hasil karya pilihan dari 6 orang penulis dengan beragam latar belakang, untuk memberikan sudut pandang berbeda dalam melihat situasi terakhir di Asia Tenggara.
 
Buku ini disusun oleh Lin Chia-he, yang memiliki latar belakang jurnalis dan seorang peneliti penataan kota. Ia mengatakan buku “Memasuki ASEAN: Kisah Muda-Mudi Taiwan di Negara Asia Tenggara” dihasilkan tanpa sengaja, karena rencananya semula adalah menerbitkan majalah tentang penelitian Asia Tenggara dengan konten yang cukup “berat”, dan tidak diperuntukan bagi semua kalangan.
 
Ia mengaku ketertarikannya terhadap isu-isu negara Asia Tenggara bermula dari melihat kehidupan para pekerja migran di Taiwan, hingga akhirnya ia menulis sebuah skripsi tentang anak buah kapal penangkap ikan untuk kelulusannya.       
 
Menurut Lin Chia-he, para pekerja migran asing ini telah mengalami banyak kesulitan dalam perjalanan mereka bekerja dan mencari nafkah, dan ia ingin mengungkap sebuah sudut dalam masyarakat yang tidak banyak diketahui orang. “Ketika saya naik ke atas kapal, pertanyaan pertama saya adalah setelah kapal berlabuh, kalian tidak bisa turun dari kapal, bagaimana perasaan kalian? Apakah kalian merasa tidak bebas?” kata Lin Chia-he.
 
Namun, tanpa ia sangka-sangka, jawaban yang ia dapat adalah, “Saya adalah anak buah kapal, tinggal di atas kapal memang sudah semestinya.” Mendengar jawaban tersebut, prasangka dan asumsi yang terdapat dalam benak Lin Chia-he bahwa mereka pasti merasa diperlakukan tidak adil, adalah prasangka yang keliru. Hal tersebut juga turut memperkuat keinginannya untuk semakin mengenal orang dari negara Asia Tenggara.

“Buku ini dimulai pada tahun 2017, ketika perusahaan penerbit Acro Polis ingin menerbitkan buku-buku  bertema Asia Tenggara. Setelah Presiden Tsai Ing-wen mencanangkan Kebijakan Baru Arah Selatan (New Southbound Policy, NSP), Asia Tenggara telah menjadi topik hangat yang diperbincangkan oleh masyarakat Taiwan,” Lin Chia-he menjelaskan.
 
Pada awalnya, Lin Chia-he ingin mengirim tiga orang ke negara Asia Tenggara untuk mengumpulkan data dan melakukan wawancara lalu diterbitkan ke dalam bentuk majalah. Namun, ternyata biaya yang diperlukan sangat besar, sehingga pihak penerbit memutuskan agar data dan hasil wawancara tersebut diterbitkan dalam bentuk buku.
 
Buku ini ditulis oleh 6 orang penulis, yaitu Lai Yi-yu, pakar antropologi yang menulis tentang pengamatannya terhadap desa penduduk asli di Filipina; Wan Tsung-lun dan Kuo Yu-an, pakar geografi yang meneliti relief daratan di Singapura dan Pulau Penang Malaysia; serta jurnalis Lin Chia-he, Hu Mu-ching dan You Wan-chi yang meneliti tentang penduduk asli di Vietnam dan Malaysia.     
 
Lin Chia-he berharap kisah yang dituturkan dalam buku ini dapat membantu masyarakat Taiwan memahami Asia Tenggara melalui sejarah dan isu-isu terkini di negara-negara tersebut.