Kembali ke konten utama
Tang Prize Bidang Biofarmasetika Diberikan Kepada Pakar Imunologi AS, Australia, dan Jepang
2020-06-20

Juru bicara Tang Prize Foundation mengatakan, “Penelitian yang dilakukan Marc Feldmann, Charles Dinarello, dan Tadamitsu Kishimoto telah memberikan kontribusi besar di bidang transformasi ilmu biofarmasetika, dan memberikan manfaat kepada jutaan orang yang menderita penyakit autoimun dan peradangan.” (Foto oleh Tang Prize)

Juru bicara Tang Prize Foundation mengatakan, “Penelitian yang dilakukan Marc Feldmann, Charles Dinarello, dan Tadamitsu Kishimoto telah memberikan kontribusi besar di bidang transformasi ilmu biofarmasetika, dan memberikan manfaat kepada jutaan orang yang menderita penyakit autoimun dan peradangan.” (Foto oleh Tang Prize)



Pada tanggal 19 Juni kemarin, komite seleksi mengumumkan Tang Prize untuk bidang Biofarmasetika tahun ini dianugerahkan kepada tiga orang pakar imunologi internasional, yaitu Marc Feldmann, Charles Dinarello, dan Tadamitsu Kishimoto. 
 
Tang Prize adalah penghargaan dua tahunan (biennial) yang diberikan kepada para pakar atau individu yang dinilai telah memberikan kontribusi penting di bidang “Pembangunan Berkelanjutan”, “Biofarmasetika”, “Sinologi”, dan “Hukum”. Nominasi calon penerima penghargaan dan pemilihan pemenang sepenuhnya dilakukan oleh komite seleksi independen.
 
Ketiga pakar imunologi tersebut mendapat pengakuan atas kontribusi mereka terhadap pengembangan terapi biologis yang berfokus pada sitokin untuk pengobatan penyakit radang.
 
Sitokin adalah protein yang diproduksi oleh sistem kekebalan tubuh. Protein tersebut berfungsi untuk mengirimkan sinyal ke berbagai sel di dalam tubuh, yang memacu terjadinya penyakit radang, sindrom autoimun, dan kanker.
 
Marc Feldmann, yang tahun ini berusia 75 tahun, adalah ahli imunologi terkemuka dari Australia yang dikenal atas kontribusinya terhadap pengembangan terapi faktor nekrosis anti-tumor untuk artritis reumatoid, serta penyakit autoimun dan penyakit radang.
 
Marc Feldmann adalah orang pertama yang menunjukkan bahwa sendi yang sakit pada pasien rheumatoid arthritis memiliki sitokin pemicu inflamasi lebih banyak daripada orang normal, dan ia berhasil mengidentifikasi faktor nekrosis tumor (tumor necrosis factor, TNF) sebagai sitokin utama yang berperan dalam terjadinya peradangan tersebut.  
 
Charles Dinarello, usia 77 tahun, adalah profesor ilmu kedokteran dan pakar Imunologi dari Amerika Serikat, yang dianggap sebagai salah seorang pemrakarsa penelitian sitokin dalam dunia kedokteran. Ia telah berhasil memurnikan dan mengkloning protein yang dinamakan Interleukin-1β (IL-1β).
 
Charles Dinarello telah membangun sebuah fondasi dengan menghasilkan IL-1β yang berfungsi sebagai mediator ampuh untuk penyakit demam dan penyakit radang, dan menjadi langkah awal untuk pengembangan terapi.
 
Tadamitsu Kishimoto, usia 76 tahun, adalah pakar imunologi dari Jepang. Ia menemukan dan mengkloning sitokin yang mengatur produksi antibodi dan dinamakan interleukin-6 (IL-6). Antobodi tersebut terbukti memiliki kaitan dalam patogenesis berbagai penyakit inflamasi.
 
Percobaan yang dilakukan oleh Tadamitsu Kishimoto telah diterapkan oleh badan pengawasan obat dan makanan di berbagai negara sebagai standar persetujuan penggunaan obat untuk berbagai penyakit autoimun.
 
Juru bicara Tang Prize Foundation mengatakan, “Penelitian yang dilakukan Marc Feldmann, Charles Dinarello, dan Tadamitsu Kishimoto telah memberikan kontribusi besar di bidang transformasi ilmu biofarmasetika, dan memberikan manfaat kepada jutaan orang yang menderita penyakit autoimun dan peradangan.”
 
Ketiga orang pakar tersebut akan menerima hadiah uang tunai sebesar NT$ 40 juta dan dana penelitian sebesar NT$ 10 juta, serta medali dan sertifikat.
 
Pada tanggal 18 Juni yang lalu, komite seleksi juga telah mengumumkan bahwa Tang Prize 2020 untuk bidang “Pembangunan Berkelanjutan” diberikan kepada Jane Goodall, seorang pakar primatologi, etologi, dan antropologi dari Inggris.
 
Jane Goodall dikenal atas kontribusi luar biasa dalam bidang primatologi yang mendefinisikan kembali hubungan antara manusia dengan hewan, serta dedikasi seumur hidup untuk pelestarian lingkungan.
 
 
Jane Goodall, peraih Tang Prize untuk kategori

Jane Goodall, peraih Tang Prize untuk kategori "Pembangunan Berkelanjutan". (Foto oleh Tang Prize)
 

Jane Goodall, usia 86 tahun, telah mendirikan beberapa lembaga dan meluncurkan berbagai program untuk mempelajari satwa liar, serta mempromosikan pelestarian lingkungan, di antaranya adalah Gombe Stream Research Center, Jane Goodall Institute, dan Jane Goodall's Roots & Shoots Program. Ia juga merupakan salah satu dari segelintir orang yang berhasil diterima untuk menempuh pendidikan pascasarjana di Cambridge University, meskipun tidak memiliki gelar sarjana.