Kembali ke konten utama
Mematahkan Stereotip Usang Drama Hakka yang Spektakuler
2021-05-10

Huang Kuei-hui berharap serial drama yang diproduksi Hakka TV dapat menjadi bagian dari budaya Hakka dunia. (Foto: Lin Min-hsuan)

Huang Kuei-hui berharap serial drama yang diproduksi Hakka TV dapat menjadi bagian dari budaya Hakka dunia. (Foto: Lin Min-hsuan)
 

Sejak Penghargaan Lonceng Emas ke-43, Stasiun Hakka TV masuk dalam nominasi untuk kategori Serial Televisi Terbaik setiap tahunnya, yang mana hingga sekarang ini telah berjalan selama 12 tahun. Serial televisi berbahasa Hakka mengusung berbagai tema, dengan mengadaptasi karya literatur Taiwan, meliputi eksplorasi kehidupan dan kematian, penyakit mental serta gedung sekolah di kawasan pedesaan yang sudah tak terurus. Dari pemilihan tema, penulisan skenario hingga casting, semuanya dipikirkan matang-matang oleh Hakka TV, sebelum memulai proses produksi sebuah cerita yang berkualitas. Setiap orang diundang untuk mengesampingkan pemikiran terhadap suku dan bahasa Hakka yang selama ini menjadi tembok pembatas, untuk bersama-sama menikmati pertunjukan.

 

Pada Oktober 2019, Hakka TV meluncurkan drama pertama Taiwan yang bertemakan penyakit mental – “Light of Cloudy Day”. Berlatar belakang rumah sakit jiwa, drama ini menghadirkan plot yang kuat dan hangat, mengisahkan interaksi antara pasien dengan anggota keluarga dan tenaga medis setempat.

 

Menggunakan Drama untuk Menyalurkan Semangat

Setelah setiap episode tayang di televisi, halaman penggemar “Light of Cloudy Day” akan memperoleh komentar sentimental dari para warganet, entah itu yang tersentuh secara emosional atau mereka yang pernah memiliki pengalaman serupa. Serial TV ini berhasil membangkitkan rasa empati para penonton.

Huang Jing-tian, selaku penulis skenario adalah mantan perawat yang pernah menderita gangguan bipolar. Ia sangat paham akan stigmatisasi publik terhadap pasien yang memiliki gangguan mental dan label yang diberikan oleh penderita itu terhadap dirinya sendiri.

Melalui drama televisi, ia berharap masyarakat dapat lebih memahami pasien yang memiliki gangguan mental. Terlebih-lebih bagi pasien itu sendiri untuk mengerti bahwa gangguan mental yang diderita, bukan dikarenakan dirinya tidak cukup baik atau diakibatkan perbuatan jahat yang pernah dilakukan. Melainkan harus menghempaskan label yang tersemat dalam diri mereka dan berani menghadapi penyakit yang dideritanya.

Masyarakat sering mengira penyakit mental adalah gangguan kejiwaan. Namun, selain dikarenakan faktor emosional seperti stres dan trauma, penyakit mental ternyata juga berkaitan dengan kelainan pada jaringan otak. Misalnya, depresi diakibatkan ketidakseimbangan sekresi neurotransmiter di dalam otak. Hal ini tidak dapat diselesaikan begitu saja hanya dengan meminta pasien untuk berpikir lebih positif. Oleh karena itu, sama seperti penyakit lainnya, penderita gangguan mental dapat dikendalikan dengan menelusuri faktor penyebab, serta memberikan pengobatan dengan obat dan non-obat, agar tetap dapat mengendalikan kondisi pasien.

Koordinator Drama Hakka TV – Huang Kuei-hui menyampaikan, serial ini diharapkan dapat memberitahukan penonton tentang “rasa sakit”, setiap orang pasti memiliki masalah emosional yang harus diselesaikan tepat waktu. Jika sakit, maka Anda harus segera berobat ke dokter, jangan mengabaikannya atau mendengarkan pengobatan alternatif yang tidak jelas.

Guna memperkecil jarak antara masyarakat dengan penderita gangguan jiwa, di dalam halaman penggemar juga tercantum introduksi terhadap ragam penyakit mental dan kalimat yang menginspirasi. Seperti halnya slogan yang dipromosikan dalam sebuah drama, “Kita tidak bisa mengubah diri kita sesuai dengan bentuk dunia ini. Selama kita terus bergerak maju, langit yang mendung akan berubah menjadi hari yang cerah.” Pada dasarnya, hidup ini akan diwarnai pasang dan surut. Ini bukan perihal mengubah langit yang mendung menjadi hari cerah, tetapi berharap drama ini dapat menemani dan memberikan semangat untuk terus maju kepada para penonton.

 

Drama Hakka bagi Semua Orang

Seiring dengan bangkitnya sektor perfilman Taiwan dalam beberapa tahun belakangan ini, biaya pengambilan gambar dan perekrutan dalam negeri kian tinggi. Stasiun televisi harus menawarkan harga yang lebih mahal, guna menarik minat para artis papan atas. Dengan demikian, biaya produksi sebuah drama melambung fantastis. Huang Kuei-hui menyampaikan, saat pertama kali ia bergabung dengan tim drama, biaya produksi untuk per episode berkisar NT$ 800.000. Dan dalam waktu kurang dari satu dekade, angka ini meningkat menjadi NT$ 2.000.000 per episodenya. Dengan anggaran yang tidak berubah, jumlah produksi serial televisi pun kian berkurang, dari awalnya 2 serial per tahun menjadi 3 serial per 2 tahun dan kini hanya tersisa 1 serial per tahunnya.

Huang Kuei-hui melanjutkan, drama berbahasa Hakka mulanya hanya berfokus pada “permasalahan orang Hakka”, yakni dengan memperkenalkan kisah perjuangan hidup suku Hakka di Taiwan kepada masyarakat umum. Misal dengan serial “The Story of Hsu Pang-hsing” yang dirilis pada tahun 2007, diperankan oleh James Wen yang akhirnya dikenal dengan sebutan “the best surgeon in Taiwan”. Hsu Pang-hsing yang keturunan orang Hakka tersebut, berprofesi sebagai dokter serta merupakan promotor bisbol Taiwan dan pendiri Meiho Senior High School.

Namun alur cerita yang berfokus pada keberhasilan suku Hakka telah berlangsung sejak dahulu. Tema seperti demikian hanya akan memperjelas tembok pembatas dan akhirnya membuat penonton keliru bahwa drama Hakka hanya diperuntukkan bagi orang Hakka.

Guna mematahkan stereotip seperti ini, stasiun televisi pun mengubah materi skenario yang lebih bertumpu pada isu-isu tertentu, sehingga serial Hakka dapat menarik lebih banyak penonton yang berasal dari kaum lain. Misalnya drama remaja anak sekolah “The Kite Soaring” yang dirilis pada tahun 2010, menceritakan kisah pertemuan antara siswa SMA yang putus sekolah dengan guru yang memiliki gaya pengajaran unik. Drama ini menjadi pintu masuk bagi seluruh penonton untuk mengenal warga Hakka, dengan berfokus pada rasa kekeluargaan.

Bagi mereka yang belum pernah menyaksikan serial Hakka, Huang Kuei-hui merekomendasikan drama “Long Day’s Journey into Light”. Plot serial ini didasarkan pada etiket sebuah perusahaan, serta membahas perihal kehidupan dan kematian. Setiap orang memiliki pengalaman menghadapi kematian para sahabat atau anggota keluarga. Para aktor dalam drama tersebut berhasil menafsirkan reaksi dan perilaku manusia yang harus berhadapan dengan perpisahan orang tercinta. “Membuat penonton merasakan kembali pengalaman pribadi yang serupa. Dari sana dapat menemukan penghiburan. Ini adalah karya yang cukup menenteramkan.”

Huang Kuei-hui menuturkan, drama produksi Hakka TV mungkin tidak menarik banyak perhatian saat pertama kali ditayangkan. Namun, tema yang berbobot dan kemampuan menghayati dari para aktor, mampu membuat karya tersebut bertahan dari terjangan waktu. Bahkan beberapa serial masih disukai, meski sudah tayang bertahun-tahun.

Seperti serial “Long Day’s Journey into Light” yang telah tayang perdana sejak tahun 2015, hingga saat ini masih menjadi karya drama Hakka TV terfavorit. Analisis data dari salah satu penyedia layanan media digital memperlihatkan, bahwa serial ini terus ditonton oleh pemirsa baru.

 

Menerobos Tembok Pembatas Bahasa

Dalam setiap casting, Hakka TV akan memprioritaskan produksi cerita yang lebih menarik, kemudian mencari aktor yang sesuai dengan tokoh yang akan dilakoni, dan mereka tidak perlu mahir berbahasa Hakka. Selama mau menerima tantangan, Hakka TV akan merekrut pemandu bahasa, guna membantu para aktor melatih pelafalan bahasa Hakka mereka.

Selain itu, pemandu bahasa akan menerjemahkan semua dialog serta merekamnya ke  dalam bahasa Hakka, dengan tempo lambat dan kecepatan normal. Sehingga para aktor dapat melafalkan dialog tersebut sebelum syuting berlangsung. Setelah pengambilan gambar selesai dilakukan, pemandu bahasa akan menyinkronkan nada percakapan yang sesuai dengan kepribadian karakter masing-masing. Dan di saat syuting berlangsung, mereka juga akan mengawasi ketepatan pelafalan yang diucapkan para aktor.

Tidaklah mudah bagi seorang aktor untuk mempertahankan ketepatan dialog dan kemampuan akting di saat bersamaan. Jika untuk memproduksi film berbahasa Mandarin diperlukan waktu 10 jam, maka pengambilan gambar berbahasa Hakka membutuhkan waktu 16 jam. Dengan demikian, sang sutradara dan aktor memiliki waktu yang cukup untuk saling berinteraksi.

Menghadapi keraguan masyarakat yang tidak mengerti bahasa Hakka sehingga tidak memahami drama Hakka yang ditonton, Huang Kuei-hui menyampaikan, drama Korea yang tayang di Taiwan beberapa tahun terakhir meningkat pesat. Yang mana ini telah mengurangi tembok pembatas terhadap suatu bahasa. Meskipun tidak mengerti bahasa Korea, tetapi itu tidak memengaruhi pemahaman Anda terhadap jalan cerita. Dia mendorong para penonton untuk menikmati tayangan bahasa Hakka dengan sikap terbuka serupa.

 

Drama Hakka bagi Dunia

Sebagai bagian dari Taiwan Broadcasting System, stasiun Hakka TV telah mempertimbangkan untuk mengurangi pendapatan komersial, dengan lebih memperhatikan isu sosial dan visi untuk meneruskan kebudayaan. Hal tersebut juga telah berdampak pada pemilihan topik drama yang lebih luas dan berbobot.

Misal drama “Somewhere over the Sky”, menceritakan fenomena-fenomena sosial seperti gedung sekolah yang terlantar di kawasan pedesaan, generasi kedua dan didikan antar generasi.

Masalah hak perburuhan sering mewarnai pemberitaan dalam beberapa tahun belakangan, misalnya mekanisme liburan para satuan pengamanan, pengertian kerja yang berlebihan dan prosedur pengawasan tenaga kerja.

Dengan ritme cerita yang santai, Hakka TV memproduksi drama “Karoshi”, dengan harapan dapat membangkitkan rasa ingin tahu dan perhatian publik terhadap isu-isu sosial di atas.

Serial “Survival” yang dirilis pada tahun 2019, menafsirkan kembali sastra Taiwan melalui penayangan drama. Chen Nan-hong adalah lulusan magister dari Universitas Nasional Cheng Kung yang mempelajari ilmu sastra Taiwan dan meneliti tokoh Loa Ho, yang merupakan Bapak Sastra Taiwan Modern.

Chen Nan-hong memproduksi serial “Survival”, memilih karya Loa Ho kemudian mengadaptasinya ke dalam alur drama.

Drama ini berfokus pada tema identitas warga Taiwan di era kolonial Jepang, serta menghidupkan kembali  kehidupan masyarakat awam di kala itu, misalnya monopoli pasar dan pengontrolan harga barang. Bahkan setelah melewati masa satu abad, berbagai kesulitan yang digambarkan oleh Loa Ho masih dihadapi warga Taiwan saat ini, seperti kesenjangan antara si kaya dengan si miskin dan ketidakpastian kaum muda terhadap masa depan.

Uraian Loa Ho di atas sesuai dengan kesulitan yang dihadapi masyarakat yang hidup di era modern. Dengan demikian, kian memperpendek jarak antara sastra Taiwan dengan masyarakat luas.

“Kami berani mengatakan bahwa tidak ada orang lain di dunia ini yang bergelut di bidang penyiaran televisi berdialek Hakka.” Dengan penuh keyakinan, Huang Kuei-hui berharap, “Kami ingin di masa mendatang semua orang Hakka di seluruh dunia, bisa langsung teringat dengan stasiun Hakka TV di Taiwan ketika mendengar nama Hakka diucapkan.” Melalui inovasi jaringan internet, serial drama Hakka dapat menjadi bagian dari budaya Hakka dunia.