New Southbound Policy Portal

Menteri Luar Negeri ROC Memprotes Tekanan Tiongkok

7

Menteri Luar Negeri ROC, Wu Jau-shieh. (CNA)
 

Kantor berita Inggris, BBC, melakukan wawancara dengan Menteri Luar Negeri ROC, Wu Jau-shieh pada tanggal 23 Mei 2018.
 

Dalam wawancara yang disiarkan pada program acara World Update bersama pembawa acara Dan Damon tersebut, Wu menjelaskan bahwa Taiwan harus menjaga hubungan dengan negara-negara di dunia khususnya dalam bidang kesehatan melalui WHA. Taiwan merupakan daerah tujuan wisata internasional dan tidak seharusnya dikucilkan dari WHO untuk menghindari terjadinya celah dalam usaha penanggulangan penyakit internasional.
 

Ketika wabah Enterovirus dan SARS menyebar ke Taiwan pada tahun 2003, WHO tidak dapat dengan segera membantu Taiwan karena Taiwan bukan anggota WHO, dan hal ini telah menimbulkan dampak yang sangat serius. Dari pengalaman-pengalaman seperti ini dapat diketahui bahwa Taiwan harus menjalin hubungan dengan negara-negara di dunia.
 

Setiap tahun ada 1,66 juta pesawat yang melintasi wilayah udara Taiwan, dan ada sekitar 66 juta wisatawan mengunjungi Taiwan. Apabila Taiwan menjadi celah dalam upaya penanggulangan penyakit internasional, hal ini tentu akan memberikan dampak negatif bagi negara-negara lainnya.
 

Wu lebih lanjut menjelaskan, "Walaupun wilayah Taiwan tidak besar, namun kami memiliki kemampuan untuk membantu komunitas internasional, seperti asuransi kesehatan untuk seluruh anggota masyarakat yang dimiliki Taiwan, adalah satu-satunya di dunia dan telah menjadi program percontohan bagi negara lain. Apabila Taiwan dapat menjadi bagian dari komunitas internasional, Taiwan juga berkeinginan untuk membantu negara-negara lainnya."
 

Mengenai ucapan Tiongkok yang mengatakan bahwa Taiwan adalah bagian dari Republik Rakyat Tiongkok, Wu dengan keras membantah hal tersebut dan secara tegas menjelaskan bahwa tekanan yang dilakukan oleh Beijing akhir-akhir ini terhadap berbagai perusahaan penerbangan internasional, adalah tindakan menyakiti masyarakat Taiwan.
 

Tiongkok menggunakan siasat seperti meminta perusahaan penerbangan mengganti nama Taiwan, melakukan tindak pemaksaan dan mendoktrinasi negara-negara lain yang tentunya tidak dapat diterima oleh Taiwan dan komunitas internasional. Hal ini memperlihatkan bahwa Tiongkok sedang menggunakan "Kekuatan Tajam" (sharp power) untuk menggapai tujuan politiknya. Negara-negara demokrasi di seluruh dunia tentunya tahu persis tentang masalah-masalah seperti ini.
 

Mengenai latihan dan kegiatan militer yang dilakukan Tiongkok di Laut Taiwan, Wu mengatakan tekanan militer yang dihadapi Taiwan semakin meningkat. Walaupun Taiwan saat ini masih memiliki pertahanan yang cukup, namun jika dilihat dari peningkatan kemampuan militer Tiongkok dan kecepatan persiapan pertahanan Taiwan yang terjadi saat ini, kemampuan pertahanan Taiwan masih cukup mengkhawatirkan.
 

Taiwan menganut nilai-nilai kebebasan dan demokrasi. Wu berharap negara-negara yang sepaham dengan Taiwan di seluruh dunia dapat terus berkerja sama dengan Taiwan, untuk tidak membiarkan Taiwan dijajah oleh Tiongkok yang menganut paham otoriter.