New Southbound Policy Portal
Memadukan seni bela diri dan tarian Delapan Jenderal, Ten-Drum menampilkan pertunjukan bercorak khas Taiwan. (Foto: Kantor Ekonomi dan Budaya Taipei untuk Vietnam)
Diplomasi bagaikan menjalin pertemanan, pada saat menampilkan kelebihan juga perlu mencari kesamaan kosa kata. Musik drum adalah sebuah kode untuk saling berbagi dalam konteks lintas budaya. Ten-Drum Art Percussion Group, dengan pengalamannya dalam diplomasi non-pemerintah, menggunakan keterampilan drum yang solid dan warna musik yang beragam, mewakili Taiwan dalam mengulurkan kehangatan kepada dunia.
Perjalanan melalui mobil dari Stasiun Kereta Cepat (High Speed Rail/HSR) Tainan menuju Ten-Drum Cultural Village hanya sekitar 10 menit. Di sebelah sebuah cerobong tua, papan nama “Ten-Drum” terlihat terang benderang disoroti lampu pada malam hari. Ruang yang pernah meraih nominasi untuk penghargaan Festival Arsitektur Dunia ini, adalah benteng Ten-Drum Art Percussion Group dan surga fantasi yang terbuka untuk umum.
Pertemuan Fantastis di Pabrik Gula Tua
Bagaikan Alice yang jatuh ke dalam lubang kelinci dalam kisah dongeng, kami melangkah menelusuri jalan yang rimbun ketika terdengar resonansi drum berfrekuensi rendah. Di sekeliling 22 pabrik tua yang dibangun pada masa kolonialisme Jepang kini berubah menjadi teater, restoran, gedung pameran dan pabrik pembuat drum. Ada juga peralatan olah raga ekstrem seperti seluncuran besar, lompat tinggi, ayunan, dan panjat tebing.
Menelusuri bagian dalam peninggalan jalan rel, kami tiba di teater yang dibangun di atas sebuah mesin pemeras tebu besar bermotor lima. Teater sandiwara setengah jam yang menggabungkan musik dan drama menghadirkan beragam jenis alat perkusi seperti drum, gong dan simbal. Setiap pemirsa terpesona oleh alunan musik yang ramai, kostum yang mewah, dan gerakan pemain yang teratur.
Pertunjukan berakhir di tengah gemuruh tepuk tangan penonton, tua dan muda. Direktur Ten-Drum Hsieh Shih yang terkenal banyak akal sangat puas dengan respons ini. “Orang yang menonton pertunjukan seni dan budaya sebenarnya hanya 15% dari total populasi. Teater sandiwara hanya dipentaskan dua kali sehari, tidak ditargetkan untuk merebut pasar utama. Kami memilih jalan memutar dan menggunakan pariwisata untuk ‘menipu’ 85% penonton lainnya masuk ke sini,” kata Hsieh Shih.
Dengan pengalamannya dalam diplomasi non-pemerintah, Ten-Drum Art Percussion Group menggunakan keterampilan drum yang solid dan warna musik yang beragam, mengulurkan kehangatan kepada dunia.
Apa yang dimasuk dengan “menipu” oleh Hsieh Shih adalah melangkah keluar dari zona nyaman seni pertunjukan. Selain membawa grupnya untuk mengadakan setidaknya tiga hingga lima pertunjukan di luar negeri setiap tahun, Hsieh Shih yang ambisius mulai tahun 2002 secara tahap demi tahap menyelesaikan pembangunan taman seni kreatif seluas 10 hektar berdasarkan konotasi budaya musik drum.
Turis menuju Amerika Serikat untuk menonton teater musikal Broadway, menuju Vietnam untuk menikmati wayang golek air, dan menuju Korea untuk menikmati pertunjukan Nanta. Acara berbasis musik drum di Ten-Drum Cultural Village bisa saja menjadi teater sandiwara khas Taiwan. Meskipun ada pemirsa yang tidak sering menonton pertunjukan seni dan budaya, Hsieh Shih yakin bahwa mereka “pasti akan jatuh cinta pada pandangan pertama.”
Teater sandiwara Ten-Drum telah dipertunjukkan lebih dari 15 tahun, penontonnya telah menembus 7 juta orang, banyak di antaranya adalah wisawatan dari luar negeri. Hsieh Shih menjelaskan, faktor utama adalah sifat lintas budaya musik drum. “Setiap negara di dunia memiliki musik drum sendiri, hanya saja keunikan penampilannya tidak sama.” Musik drum dengan sejarah ribuan tahun berperan penting dalam ritual agama dan komunikasi perang. Kode tua musik drum inilah yang mempersatukan orang-orang dari manca latar belakang.
Menemukan Tema Melalui Kesamaan Pedesaan
Mampu bergema di luar latar belakang budaya juga alasan mengapa Ten-Drum berkali-kali terpilih dan diundang oleh Kementerian Luar Negeri untuk mengadakan tur konser di luar negeri. November tahun lalu (2022), saat perbatasan negara baru saja dibuka kembali, Kantor Ekonomi dan Budaya Taipei untuk Vietnam mengadakan “Kegiatan Promosi Budaya dan Pariwisata Taiwan 2022” untuk merayakan 30 tahun pembukaan kantor perwakilan antara kedua negara. Ten-Drum Art Percussion Group diundang sebagai duta musik Taiwan untuk Hanoi dan Kota Ho Chi Minh. Menghadapi pertunjukan skala besar yang telah lama ditunggu-tunggu, anggota grup giat berlatih untuk persiapan, terutama untuk pertunjukan luar ruangan di Ibu Kota Hanoi. Acara dua hari yang berlangsung di Lapangan Dong Kinh Nghia Thuc yang ramai ini menarik lebih dari 10.000 penonton. “Pertunjukan yang sangat mengesankan!” Demikian kata Lin Wei-ting, salah satu anggota grup yang pergi ke Vietnam untuk tampil.
Untuk memenangkan hati penonton, Hsieh Shih mencurahkan banyak perhatian pada pengaturan repertoar. Menelusuri kesannya mengunjungi Vietnam di masa lalu, ia menemukan banyak kesamaan pemandangan pedesaan yang sederhana di sana dengan di Taiwan saat masa kecilnya. Menggunakan ini sebagai petunjuk, Hsieh memilih delapan lagu ditambah dengan dua lagu encore berbasis tema legenda pedesaan, kuil dan klenteng, lanskap pemandangan gunung dan hutan, merangkai isi pertunjukan dengan tema “Impression of Taiwan” (Kesan Taiwan).
“General Order” memadukan tarian Delapan Jenderal khas Taiwan selatan; “The Door of Memories” mengisahkan cerita kaisar pertama Taiwan Zhu Yi-gui; “White Deer Running, Sun Moon Lake Shining” mengambil inspirasi dari legenda suku Thao; dan “The Mountain's Summoning” mengungkapkan citra agung Gunung Alishan.
“Bragging Cock” yang menggunakan musik drum untuk menirukan suara pertengkaran antar ayam, adalah salah satu favorit Hsieh Shih. Lagu ini dirilis dalam album “Drum Music Land” yang meraih nominasi dalam Grammy Awards dan Penghargaan Musik Independen (IMA). Gaya musiknya yang menirukan suara binatang untuk menampilkan suasana pedesaan meraih respons hangat saat Ten-Drum melakukan tur konser keliling di Asia, Eropa dan Afrika; ia juga menambahkan elemen “humor” ke dalam musik drum yang umumnya lebih “mewah dan bersemangat.” Hsieh Shih menegaskan, “Justru karena sifat humor inilah, musik drum dengan rasa ritual yang kuat dapat berubah menjadi pertunjukan menarik bagi penonton dari semua lapisan.”
Berbasis tema legenda pedesaan, kuil dan klenteng, lanskap pemandangan gunung dan hutan, Ten-Drum merangkai isi pertunjukan dengan tema “Impression of Taiwan” (Kesan Taiwan). (Foto: Kantor Ekonomi dan Budaya Taipei untuk Kota Ho Chi Minh)
Komposisi-komposisi asli ini menggemakan niat awal penciptaan Hsieh Shih. Ia mencontohkan, jalur perkembangan musik drum Taiwan mirip dengan musik drum Asia dari Korea dan Jepang, meski terpengaruhi oleh Tiongkok, kesenian ini telah mengalami proses lokalisasi dan mengembangkan ciri khas tersendiri. Hsieh yang selalu aktif berkreasi, mencari inspirasi dari budaya suku adat, Hakka dan Minnan di Taiwan untuk memperkaya warisan musik drum lokal dengan kreasi orisinal.
Di lain pihak, untuk mencegah tertutupnya pintu kreasi, selain menggali sumber lokal, Hsieh Shih juga dengan aktif memperluas sumber kreatif dengan mencari inspirasi lintas domain. Ia mengundang seniman terkemuka dunia untuk menampilkan kebolehannya bagi pengunjung, dan berharap pertukaran semacam itu dapat “merangsang visi anggota grup, mendorong globalisasi desa budaya, dan memungkinkan lebih banyak orang asing untuk mengenal Taiwan.”
Stimulus heterogen memicu momentum inovasi, sebagai contohnya grup “Cross Metal” yang didirikan pada tahun 2019 dengan anggota muda berusia rata-rata hanya dua puluhan tahun saja ini, menggabungkan musik perkusi dengan musik rock dan menghadirkan kembali repertoar klasik “Ten-Drum” dengan penampilan baru.
Dalam pertunjukan di Vietnam tahun lalu, dua komposisi “Battle of Talas” dan “Thunderbolt” berciri memadukan budaya asing. “The Battle of Talas” adalah sebuah karya eksotik, mengkolaborasikan penggunaan drum tangan dengan melodi Arab dalam melukiskan medan peperangan di kawasan perbatasan pada era gemilang Dinasti Tang; Sedangkan “Thunderbolt” yang mengombinasikan elemen musik perkusi Barat dengan menggunakan drum bass besar untuk menirukan suara pelepasan kembang api, telah memperluas wawasan musik drum Taiwan sendiri.
Menemukan Fan Baru bagi Taiwan
Dapat dikatakan, Ten-Drum berpegang pada semangat lokal sambil mendorong globalisasi, mereka selalu tekun dalam mendengarkan suara orang lain pada saat meyalurkan suara sendiri. Wakil Direktur Ten-Drum Yang Yu-wen yang secara pribadi memimpin grup menuju Vietnam, berpandangan positif perihal undangan dari Kantor Ekonomi dan Budaya Taipei untuk Vietnam bagi Ten-Drum dalam mengadakan pertukaran dan berkolaborasi dengan Akademi Seni Hanoi, Teater Musik dan Tarian Tradisional Bong Sen serta Vietnam Youth Orchestra (VYO). “Seni pertunjukan Vietnam lebih menegaskan nyanyian dan tarian, tapi kami memiliki musik drum yang terintegrasi dengan musik dunia. Inilah yang dapat kita bagikan satu sama lain,” tutur Yang Yu-wen.
Meskipun menurut Kantor Ekonomi dan Budaya Taipei untuk Vietnam, ada banyak kendala di luar dugaan dalam kegiatan luar ruangan pertama dengan skala sebesar ini, tapi satu per satu dapat teratasi. Musik drum yang bersemangat meraih respons hangat, tidak hanya pertunjukannya diramaikan oleh ratusan warga asing, banyak penonton lokal bahkan enggan meninggalkan lokasi dan tidak henti-hentinya meminta berfoto bersama. Agar tidak memengaruhi waktu anggota grup mengepak barang sehingga menunda agenda, Yang Yu-wen bahkan menetapkan waktu berfoto untuk pertunjukan keesokan harinya.
“Boleh dikata kita sukses menemukan fan baru!” ujar Hsieh. Sejak terbentuk, Ten-Drum terus berusaha memperkaya musik drum untuk menyampaikan beragam konotasi musik drum Taiwan, dan melaluinya menggemakan kedalaman budaya Taiwan. Ditemukannya fan baru oleh Ten-Drum, di sisi lain, juga melambangkan pertemuan yang luar biasa dengan Taiwan.
MORE
Pertukaran Kultural Melalui Musik Drum: Ten-Drum Art Percussion Group Tampil Memukau di Vietnam