New Southbound Policy Portal
Sejak dulu, Tainan telah menjadi tempat bertemu para imigran dari berbagai pelosok, mengusung estetika dari berbagai era zaman, hal ini dapat terlihat dari arsitekturnya.
Drama televisi Taiwan,“Someday or One Day” (Xiang Jian Ni, arti secara harfiah: Ingin berjumpa denganmu) yang pernah mendapatkan banyak penghargaan besar dalam Penghargaan Lonceng Emas (Golden Bell Awards), sebuah film berjudul sama dirilis pada akhir tahun 2022 dan ditayangkan di bioskop, di mana para aktor yang berperan dalam film ini menimbulkan sensasi ke mana pun mereka pergi. Popularitas “Someday or One Day” mendatangkan arus wisatawan ke lokasi-lokasi pengambilan gambar film ini.
Adegan pertama dalam “Someday or One Day” dimulai dengan lagu China Blue “Last Dance”, suara serak China Blue yang memikat hati orang, dengan aksen Taiwan yang kental melambangkan citra Taiwan dalam drama televisi ini.
Detail Warna Autentik Taiwan
Yang digambarkan dalam drama televisi “Someday or One Day” adalah pemeran utama wanita Huang Yu-xuan yang kehilangan kekasih yang sangat dicintainya, karena alasan tertentu menerobos ruang dan waktu kembali ke masa lalu menjadi Chen Yun-ru yang memiliki rupa sama tetapi berbeda karakter, kembali berjumpa dengan pria yang berparas seperti kekasih lamanya, dan dimulailah kisah masa muda yang penuh dengan kisah cinta dan persahabatan, selain itu juga ada plot-plot cerita misteri yang memeras otak, seperti mencari pembunuh.
Pada tahap inkubasi drama, tim kreatif sengaja memasukkan keunikan budaya Taiwan dalam drama televisi ini untuk memperkuat daya terobos. Misalnya kaset rekaman yang merupakan kunci dari sepanjang drama televisi ini, sengaja memilih lagu popular dari side B, meskipun bukan lagu utama yang dilantunkan penyanyi Wu Bai dengan suaranya yang khas, “Ketika kami menulis ‘ingin berjumpa denganmu’, kami ingin karya ini sangat ‘Taiwan’ pada saat pertama kali penonton mendengar dan melihatnya.” Demikian ujar sang Editor Chien Chi-feng.
Memilih Tainan sebagai tempat pengambilan gambar utama dalam drama televisi ini, juga didasari oleh pandangan yang sama, Chien Chi-feng menyampaikan, dibandingkan dengan kota lainnya, Tainan memiliki cita rasa unik Taiwan, rumah-rumah tua dengan masing-masing karakteristik menciptakan budaya jalan dan gang kota kuno. Seperti Toko Kaset Tiga Dua, rumah tinggal Chen Yun-ru dan lainnya yang dibangun dalam drama televisi ini, pengambilan gambar semua dilakukan di jalan dan gang, kuil-kuil yang tanpa sengaja terbawa di dalamnya semakin menambah kekhasan Taiwan.
Produser musik Hsieh Ming-yu yang dibesarkan di Anping menyampaikan, berjalan menelusuri jalan Anping seperti berjalan menelusuri sejarah, akan membenamkan orang ke dalam suasana tertentu.
Kami mencari Kepala Biro Kebudayaan Kota Tainan, Hsieh Shih-yuan yang adalah pakar peneliti kuliner dan sejarah, untuk menjelaskan budaya jalan dan gang Tainan, “Tainan mewarisi pola tata letak Fucheng sejak pemerintahan Dinasti Qing, melestarikan pola dari setiap era zaman yang berbeda di masa lalu. Memasuki gang-gang Tainan yang tidak selalu lurus dan juga tidak melulu lebar. Tidak terlihat perumahan dengan standar arsitektur tertentu dalam jumlah besar, yang terlihat malah rumah yang dibangun dengan menyesuaikan kondisi ruang gang.” Di mata Hsieh Shih-yuan, dalam budaya gang, terlihat bagaimana sikap orang Tainan dalam mengelola dan membangun rumah sendiri, mulai dari memilih terali jendela, tanaman pot di pintu dan lainnya, yang mencerminkan kegigihan dan identifikasi masyarakat terhadap gaya hidup mereka.
Banyak orang berkunjung ke Tainan mengatur perjalanan yang padat dengan bersantap di luar agar dapat mencicipi semua makanan, Hsieh Shih-yuan yang sudah sekian lama berdomisili di Tainan sambil tertawa mengatakan, “Beberapa hari itu seperti berkelahi!” di Tainan, Anda harus memperlambat langkah menyesuaikan dengan kota yang tidak dipengaruhi dengan ritme masyarakat industri modern, ”Kecepatan yang lebih lambat inilah yang memungkinkan saya menemukan kehidupan yang berbeda di Tainan.”
Distrik Anping di Berbagai Zaman
Drama televisi “Someday or One Day” mengambil gambar dengan latar Tainan pada tahun 1998, dalam drama terdapat satu bagian di mana Li Zi-wei seorang pelajar SMA laki-laki tanpa sengaja bertemu dengan Huang Yu-xuan sang pemeran utama perempuan yang tersesat. Pada saat itu Huang Yu-xuan baru berusia enam tahun, “Terdapat sebuah bangunan putih yang tinggi, atap yang runcing berwarna merah, juga ada laut.” demikian gadis cilik mendeskripsikan ciri-ciri rumah neneknya, Li Zi-wei menyimpulkan lokasi yang dimaksud adalah Anping di mana terdapat Benteng Kuno Anping (Fort Zeelandia). Mereka berdua naik sepeda mencari rumah nenek, dalam perjalanan, mereka menikmati minuman dingin menyegarkan di depan Kuil Tianhou, membuat Honeycomb toffee, main kelereng, mereka makan minum dan bermain dengan suasana yang menyenangkan membuat penonton tertarik dan penasaran dengan Anping.
Kami mengundang produser musik Hsieh Ming-yu yang dibesarkan di Anping sebagai pemandu jalan, “Taiwan pada Zaman Penjelajahan sangat menyenangkan.” Demikian yang Hsieh Ming-yu katakan sambil berdiri di depan Benteng Kuno Anping. Perusahaan Hindia Timur Belanda (secara resmi bernama Persatuan Perusahaan Hindia Timur (Vereenigde Oostindische Compagnie/VOC) mendirikan basis perdagangannya di Anping pada abad ke-17, mendirikan benteng pada tahun 1624 yang pada awalnya diberi nama Fort Orange, kemudian diubah menjadi Fort Zeelandia. Hingga tahun 1662, Zheng Cheng-gong (Koxinga) berhasil mengusir orang Belanda, mengubah namanya menjadi Kota Anping dan menetap di sini, oleh karena itu pula benteng ini juga disebut sebagai Raja Benteng oleh masyarakat setempat.
Setelah melalui beberapa kali pergantian rezim, Fort Zeelandia sudah sejak awal hanya tersisa tembok bata saja, Benteng Kuno Anping yang terlihat di zaman kontemporer adalah bangunan yang dibangun kembali di masa kolonial Jepang, kemudian direnovasi oleh Pemerintah Kota Tainan, dan penambahan menara pengawas atap runcing dengan dinding putih sehingga terlihat seperti sekarang ini. Hsieh Ming-yu menyampaikan, jika ingin melihat tembok bata peninggalan era Belanda, maka amati dengan cermat rumah-rumah penduduk di sekitar benteng, barang kali bisa mendapatkan kejutan. Bangunan pada era Belanda tidak menggunakan semen, melainkan menggunakan bubuk dari cangkang kerang bakar yang ditumbuk halus, ditambah lagi dengan bubur ketan, dan gula sirup untuk menempelkan batu bata, untuk itu dapat terlihat abu putih cangkang kerang di sambungan batu bata pada bangunan di era tersebut. Apabila melihat ketebalan tembok bata di Anping berbeda, Anda tidak perlu meragukan, sudah pasti karena pembangunan di era yang berbeda.
Toko Es Longquan mendapat tempat khusus di hati penduduk setempat, banyak pelanggan yang telah makan di sini sejak dari kecil. (Foto: Lin Min-hsuan)
Anping menjadi panggung Taiwan di ajang internasional, dengan imigran dari berbagai pelosok dunia yang juga membawa kepercayaan masing-masing. Hsieh Ming-yu menjelaskan, Anping adalah tempat sumber budaya jiaotou, dilafalkan dalam Taiyu “kak-thâu” yang mengacu pada pemukiman, “Yang terpenting dari Budaya Kak-Thâu adalah kami semua memuja dewa yang sama, memiliki lingkaran ritual yang sama.” Seperti KaiZhang Shengwang dan Baosheng Dadi serta lainnya. Ketika ada perselisihan antara “kak-thâu”, maka Kuil Kaitai Tianhou yang bertindak menjadi jalan keadilan.
Alasan mengapa disebut sebagai Kuil Kaitai Tianhou karena Dewi Mazu yang disembah di dalamnya adalah dewi pelindung tentara yang dibawa Koxinga dari Pulau Meizhou pada masa itu.
Hsieh Ming-yu menyarankan, cara yang paling baik berwisata di Anping adalah dengan jalan kaki. Saat ada teman yang datang berkunjung, ia juga mengajak mereka untuk berjalan menerobos gang-gang di jalan tua sekitarnya, dan menceritakan setiap kuil “kak-thâu”. Apabila Anda menengadah ke atas dan melihat dengan seksama, maka dapat melihat Dewa Singa Angin (Fengshiye) di atas langit-lagit rumah penduduk, karena Dewa Singa Angin adalah kepercayaan awal dari penduduk Anping, yang mengarahkan patung Dewa Singa Angin ke timur laut dengan mulut singa terbuka lebar layaknya menelan angin muson timur laut, melindungi nelayan; sementara pada bagian ekor singa terdapat sebuah lubang kecil, sehingga akan terdengar suara siulan setiap kali angin muson timur laut bertiup, seakan-akan memberitahukan penduduk setempat bahwa angin muson timur laut sudah datang dan sudah waktunya untuk menangkap ikan belanak!
Berwisata ke Tainan tentu tidak boleh melewatkan sajian kuliner. Melalui pengaturan yang cermat dan sepenuh hati dari tim drama televisi, “Someday or One Day” menampilkan banyak makanan khas lokal Tainan, seperti Li Zi-wei membeli kue gula putih (pe̍h thn̂g-kué) di depan kuil Miaoshou Anping, dalam lensa terlihat bagaimana menggulung bola adonan tepung ketan, membentuk spiral kemudian menggorengnya dengan minyak, setelah itu menaburkannya dengan bubuk gula dan kacang.
Pe̍h thn̂g-kué yang renyah pada bagian luar dan lembut pada bagian dalam, ketika dimakan seperti moci. Berdasarkan pengamatan makanan dalam kehidupan sehari-hari masyarakat, Hsieh Shih-yuan menggambarkan, “Pe̍h thn̂g-kué adalah sebuah simbol di mana orang rela berkorban demi kelezatan makanan.” Pe̍h thn̂g-kué paling lezat terasa saat selesai digoreng, untuk itu orang-orang bersedia mengantre di gerobak penjual, menanti sampai penjual selesai menggoreng agar dapat langsung dicicipi.
Hidangan lain yang karena “Someday or One Day” menarik penggemar untuk mencicipinya adalah mi telur nabeyaki. Membicarakan keunikan dari mi telur nabeyaki Tainan, Mimiko seorang penulis buku khusus kuliner yang berasal dari Tainan mengungkapkan bahwa ia memiliki standar tersendiri untuk mi telur nabeyaki, harus dimasak dengan menggunakan panci besi kecil, lalu ditaruh di tengah wadah segi empat yang terbuat dari empat potongan kayu, dan disajikan dalam keadaan mendidih.
Hsieh Shih-yuan menyampaikan, “Mi telur nabeyaki Taiwan lezat, untuk kuahnya pun berbeda.” Penjual menggodok kuah kaldu menggunakan bahan-bahan asli dengan sepenuh hati, sehingga dapat merasakan perhatian yang diberikan dari setiap suapan. Sebagai contoh pengambilan gambar drama televisi “Someday or One Day’ di rumah makan Xiangqing Mingpin Wu, pemilik rumah makan menyampaikan, kaldu semua diracik dengan menggunakan bahan-bahan segar sejak pukul 5 dini hari, menggodok ikan bonito, potongan ikan goreng dalam mi adalah ikan segar yang dibeli setiap hari, dipotong dan digoreng dengan minyak. “Ayah ibu saya membuatnya seperti itu, kami masih tetap bersikeras mempertahankan sampai sekarang.” Ujar penjual dengan bangga.
Tentu saja lokasi pengambilan gambar dari drama televisi “Someday or One Day” tidak hanya itu saja, yang lain ada matahari terbit di kawasan Zuozhen – Erliao, Toko Es Longquan di kawasan Madou, juga ada penjual mi belut yang menguji keahlian sang juru masak serta lainnya, jangkauan tanpa batas dari drama televisi telah menarik banyak wisatawan untuk berkunjung. Seperti yang dikatakan Hsieh Shih-yuan, “Tainan adalah tempat yang layak dikunjungi 3 kali dalam setahun,” tempat di mana boleh sering didatangi untuk beristirahat, menjadikannya sebagai kampung halaman kedua. “Pinjamkan saya sedikit waktumu, izinkan saya mendapatkan sedikit kenangan indah yang tak terlupakan” judul salah satu episode drama televisi “Someday or One Day” yang menggemakan pesona Taiwan. Mulailah perjalanan wisata sekarang dan nikmatilah pemandangan Tainan “Someday or One Day”!
MORE