New Southbound Policy Portal
Dalam wawancara eksklusif dengan pembawa acara dari stasiun televisi Thai PBS, Menlu Joseph Wu menyatakan bahwa Tiongkok sedang menggunakan berbagai metode, termasuk tekanan militer, koersi ekonomi, dan isolasi internasional, untuk memaksa Taiwan menyerah demi mencapai tujuan "menang tanpa berperang".
Menghadapi provokasi Tiongkok, Taiwan selalu menjalankan peran sebagai pihak yang bertanggung jawab, menghindari peran sebagai pemicu konflik, dan siap untuk berdialog dengan Tiongkok di bawah prinsip kesetaraan dan martabat. Seperti yang diungkapkan oleh Presiden Tsai Ing-wen dalam pidato Peringatan Hari Nasional 2023, "Perdamaian adalah satu-satunya pilihan bagi pihak-pihak lintas selat" dan Taiwan akan berusaha mencegah terjadinya perang. Saat ini, perang di Selat Taiwan bukanlah sesuatu yang akan segera terjadi dan bukan sesuatu yang tidak dapat dihindari.
Wawancara ini telah diunggah melalui saluran YouTube Thai PBS dengan judul "Evaluasi Menteri Luar Negeri Taiwan tentang Tren Perkembangan Unifikasi Militer oleh Tiongkok ".
Menlu Joseph Wu memaparkan bahwa ambisi Tiongkok terhadap Taiwan adalah hal yang sudah diketahui khalayak ramai. Sebagai contoh, pada tanggal 2 Januari 2019 Xi Jinping menyatakan keinginan agar Taiwan menerima model reunifikasi "satu negara, dua sistem" di bawah prinsip "satu Tiongkok", dan menjadikan Taiwan sebagai Hong Kong ke-2. Namun, masyarakat Taiwan dengan tegas menolak untuk mengalami hal serupa dengan Hong Kong, dan ingin mempertahankan gaya hidup yang bebas dan demokratis.
Masyarakat Taiwan juga memahami bahwa melindungi Taiwan adalah tanggung jawab Taiwan sendiri. Selain meningkatkan anggaran dan membeli senjata pertahanan, pemerintah juga telah meningkatkan pelatihan personel, memperkuat strategi perang asimetris, dan meningkatkan kemampuan pertahanan.
Menlu Joseph Wu juga menegaskan bahwa Taiwan mengutuk invasi ilegal Rusia terhadap Ukraina, memberlakukan sanksi terhadap Rusia, dan memberikan bantuan kemanusiaan secara aktif kepada Ukraina. Taiwan telah menarik banyak pelajaran berharga dari perang Rusia-Ukraina, pertama, keberanian dan tekad rakyat Ukraina dalam mempertahankan kebebasan dan kedaulatan mereka.
Kedua, efektivitas strategi perang asimetris yang digunakan oleh pasukan Ukraina melawan pasukan Rusia yang kuat. Ketiga, dukungan yang diberikan oleh berbagai negara kepada Ukraina, baik dalam bentuk bantuan militer maupun bantuan kemanusiaan, menunjukkan pentingnya dukungan masyarakat internasional. Oleh karena itu, Taiwan berupaya menghimpun dukungan komunitas internasional, dan mempererat hubungan dengan negara-negara demokrasi seperti Amerika Serikat, Eropa, Kanada, Australia, dan Jepang.
Sekitar 50% dari pengiriman kargo internasional dilakukan melalui Selat Taiwan, dan 90% dari chip semikonduktor mutakhir dunia diproduksi di Taiwan. Jika sampai terjadi perang di Selat Taiwan, maka hal tersebut akan mengakibatkan rantai pasokan global terputus, dan berdampak besar pada perekonomian dan komunitas internasional.
Menlu Joseph Wu menekankan bahwa masyarakat internasional telah menyadari potensi dampak dari tindakan militer Tiongkok terhadap Taiwan dan mulai mendukung Taiwan secara terbuka. Komunitas internasional menyatakan penentangan terhadap penggunaan kekerasan oleh Tiongkok untuk mengubah status quo secara sepihak, serta menegaskan bahwa perdamaian dan stabilitas Selat Taiwan sangat terkait dengan keamanan dan kemakmuran internasional. Dukungan dan pernyataan komunitas internasional tersebut telah menjadi peringatan dan tekanan yang kuat bagi Tiongkok.