New Southbound Policy Portal
Taiwan, Amerika Serikat, Jepang, Australia, dan Kanada menyelenggarakan seminar internasional di New York dengan tema "Kerangka Kerja Sama dan Pelatihan Global (GCTF)- Memanfaatkan Teknologi untuk Pembangunan Berkelanjutan melalui Kemitraan Global dan Keterlibatan Pemuda", Kamis, 19 September 2024. Seminar ini secara efektif menunjukkan kepada komunitas internasional bahwa Taiwan adalah mitra yang tak tergantikan dalam mencapai "Tujuan Pembangunan Berkelanjutan" (SDGs) PBB.
Kepala TECO New York, Lee Chih-chiang, dalam pidatonya menyatakan bahwa Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun ini secara khusus mengadakan "KTT Masa Depan" (Summit of the Future) untuk membahas bagaimana dunia dapat bekerja sama memanfaatkan teknologi untuk meningkatkan kesejahteraan generasi mendatang.
Namun, Taiwan, yang memproduksi lebih dari 90 persen chip mutakhir dunia, malah dimarginalkan dari pertemuan ini. Lebih ironis lagi, tema Sidang Umum PBB tahun ini menekankan "tidak meninggalkan siapa pun" (leaving no one behind), tetapi PBB membiarkan Tiongkok memelintir Resolusi 2758 Sidang Umum PBB, yang secara tidak adil dan tidak benar memarginalkan 23,5 juta masyarakat Taiwan.
Taiwan mengucapkan terima kasih kepada Amerika Serikat, Australia, dan Belanda, serta Parlemen Eropa dan "Aliansi Antar Parlemen untuk Kebijakan Tiongkok" (IPAC), yang masing-masing telah menyatakan dukungan tegas untuk Taiwan melalui pernyataan publik, resolusi, atau mosi untuk menolak distorsi Resolusi 2758, dan berharap lebih banyak negara sehaluan yang akan mengambil langkah serupa di masa mendatang.
Seminar ini diketuai oleh Direktur Eksekutif Pusat Pembangunan Berkelanjutan Universitas Columbia, Yanis Ben Amor, dan menghadirkan narasumber Sekretaris Jenderal Yayasan Kerja Sama Pembangunan Internasional Taiwan (ICDF), Li Chao-cheng; Utusan Tetap AS untuk PBB dan Perwakilan untuk Manajemen dan Reformasi PBB, Duta Besar Chris P. Lu; Utusan Tetap Australia untuk PBB, Duta Besar Rebecca Bryant; Penasihat Politik Delegasi Kanada untuk PBB, Hussein Hirji; dan Direktur Perwakilan Kopernic Japan, Hiromi Tengeji.
Para narasumber masing-masing menjelaskan bagaimana negara mereka memperluas kemitraan dan memperkuat keterlibatan pemuda melalui saluran publik dan swasta, serta menekankan bahwa hanya melalui kerja sama yang erat barulah tujuan penerapan teknologi untuk mencapai pembangunan berkelanjutan dapat benar-benar tercapai.
Seminar ini diselenggarakan dalam format hybrid, yaitu tatap muka dan virtual, dan diikuti oleh pejabat pemerintah dan pakar dari lebih 10 negara.