New Southbound Policy Portal
Menteri Luar Negeri Lin Chia-lung, memimpin delegasi melakukan kunjungan resmi ke Ceko, Italia, dan Austria pada 11-20 September 2025. Selain menghadiri berbagai kegiatan dalam rangkaian “Tahun Budaya Taiwan–Eropa 2025”, Menlu Lin juga meninjau Kedutaan Besar ROC Taiwan untuk Takhta Suci, serta bertemu dengan sejumlah pejabat tinggi dan sahabat Taiwan dari kalangan politik, ekonomi, teknologi, dan budaya.
Di antara tokoh penting yang ditemui Menlu Lin adalah Ketua Senat Ceko Miloš Vystrčil, Ketua DPR Ceko Markéta Pekarová Adamová, Ketua Kelompok Persahabatan Parlemen Ceko–Taiwan Marek Benda, Wakil Ketua Senat Italia Gian Marco Centinaio, Ketua Asosiasi Persahabatan Parlemen Italia–Taiwan Lucio Malan, Wakil Ketua Parlemen Federal Austria Günther Ruprecht, serta Ketua Asosiasi Austria–Taiwan Werner Amon.
Kementerian Luar Negeri (MOFA Taiwan) menegaskan akan terus mendorong “diplomasi komprehensif” bersama mitra-mitra Eropa sehaluan, untuk memperkuat ketahanan demokrasi dan membangun aliansi nilai yang kokoh serta saling menguntungkan.
Melalui kegiatan budaya, Taiwan berupaya mempererat ikatan nilai dengan Eropa, memperluas kerja sama bilateral di bidang ekonomi dan teknologi, serta membangun kemitraan demokratis yang erat untuk meningkatkan keamanan dan kesejahteraan bersama.
Dalam kunjungannya ke Austria, Menlu Lin menyoroti potensi kerja sama di bidang kecerdasan buatan. Austria, katanya, memiliki keunggulan dalam riset deep learning dan algoritme, sementara Taiwan unggul dalam manufaktur chip AI, server, serta rantai pasok pusat data. Menurut Lin, kolaborasi saling melengkapi antara kedua pihak akan membuka peluang baru bagi pengembangan di masa depan.
Meski kunjungan ini dilakukan dengan sikap low profile, Menlu Lin tetap menghadapi tekanan politik dan retorika negatif dari Tiongkok. Bahkan ketika transit di Bandara Wina pada awal perjalanan, ia hanya terpaut dua hari dengan Menteri Luar Negeri Tiongkok, Wang Yi, yang juga sedang berkunjung ke Austria. Situasi tersebut mendapat sorotan media arus utama Austria, Die Presse, yang menilai Taiwan tengah memanfaatkan kekuatan budaya di Eropa, termasuk pameran koleksi Museum Istana Nasional (NPM) di Ceko serta konser musik tradisional Hakka Taiwan di Golden Hall Wina. Media tersebut menilai langkah budaya Taiwan berpotensi memicu kemarahan Tiongkok.
Menlu Lin menyikapi hal itu dengan tenang. Ia menegaskan bahwa masyarakat Eropa sangat memahami bahwa demokrasi dan kebebasan Taiwan telah melahirkan keberagaman budaya, sesuatu yang justru kurang dimiliki Tiongkok. “Bukan berarti Tiongkok tidak memiliki budaya, tetapi dalam negara komunis, budaya dikendalikan oleh politik,” ujarnya.