Sampai dengan tanggal 10 Mei 2020 kemarin, tercatat sudah 28 hari tidak terjadi kasus penularan virus korona Wuhan (Covid-19) lokal di Taiwan. Ketua tim ahli Pusat Komando Epidemi Sentral (CECC), Chang Shan-chwen, menjelaskan apabila lebih dari 28 hari (2 x 14 hari masa inkubasi) tidak terjadi kasus penularan lokal, dari sudut pandang kesehatan publik, Taiwan sudah bisa dinyatakan aman.
CECC mengumumkan satu kasus penularan virus korona Wuhan dari luar negeri yang dialami oleh seorang wanita berusia sekitar 20 tahun (kasus ke-440). Pada bulan Februari, ia melakukan perjalanan ke Qatar, dan mengalami gejala sakit tenggorokan, pilek, dan kehilangan indra perasa. Jumlah kasus penularan virus korona Wuhan di Taiwan saat ini adalah 440 orang, dan 347 orang sudah keluar dari proses isolasi. Selain itu, di Taiwan sudah 26 hari tidak terjadi kasus penularan lokal.
Facebook dan Instagram mengumumkan daftar anggota Dewan Pengawas (Oversight Board) yang terdiri dari 20 orang anggota dengan beragam latar belakang profesi, budaya, politik, agama, dan sudut pandang. Dalam daftar tersebut seorang profesor dari National Chengchi University (NCCU), Katherine Chen, berhasil terpilih, dan menjadi satu-satunya orang Taiwan dan orang Tionghoa dalam jajaran anggota dewan tersebut.
Pusat Komando Epidemi Sentral (CECC) mengumumkan bahwa mulai tanggal 8 Mei 2020, Liga Bisbol Profesional Taiwan (CPBL) akan memperbolehkan 1.000 orang penonton memasuki area pertandingan untuk mendukung tim favorit mereka. Sekretaris Jenderal CPBL, Feng Sheng-xien mengatakan diloloskannya keputusan ini juga sekaligus memperlihatkan kesuksesan upaya pencegahan wabah yang dilakukan Taiwan.
Lima negara sahabat diplomatik, yaitu Nikaragua, Palau, Eswatini, Saint Lucia, dan Kepulauan Marshall menegaskan pentingnya inklusivitas dan partisipasi semua pihak (no one left behind) dalam situasi menyebarnya wabah virus korona Wuhan (Covid-19) yang terjadi di seluruh dunia saat ini. Oleh karena itu, pembahasan partisipasi Taiwan dalam pertemuan WHA ke-73 adalah sebuah keharusan yang mendesak.
Dalam konferensi pers yang diselenggarakan pada tanggal 5 Mei kemarin, juru bicara Kementerian Luar Negeri (MOFA) mengumumkan akan meluncurkan program pemberian bantuan tahap ketiga berupa masker dan alat pelindung diri untuk tenaga kesehatan di negara-negara dengan kondisi wabah yang memprihantinkan. Program pemberian bantuan ini merupakan kelanjutan dari program tahap pertama dan kedua yang telah dilaksanakan pada tanggal 1 dan 9 April 2020.
Pada tanggal 5 Mei 2020, Wakil Perdana Menteri merangkap Menteri Luar Negeri Selandia Baru, Winston Peters, menjawab pertanyaan jurnalis di gedung parlemen mengenai dukungannya terhadap Taiwan untuk kembali berpartisipasi (rejoin) dalam WHO. Ia menegaskan dirinya selama ini selalu mendukung partisipasi Taiwan karena hanya dengan partisipasi seluruh negara, barulah WHO dapat menjadi organisasi yang bermakna.
Kepala Biro Kesehatan Kabupaten Hualien, Chu, Chia-Hsiang, mengatakan di tengah wabah virus korona Wuhan seperti ini, serah-terima sumsum tulang adalah hal yang sangat sulit dilakukan. Petugas dari Tzu Chi Stem Cells Center dan Singapura telah menerapkan prosedur keamanan tertinggi, termasuk kepada petugas bandara dan aparat keamanan. Hal ini turut menunjukkan bahwa dalam masa sukar seperti sekarang, Taiwan tetap ingin menyalurkan kepedulian kepada komunitas internasional.
Pada tanggal 4 Mei 2020, Perdana Menteri Taiwan, Su Tseng-chang mengumumkan pemberian bantuan sosial untuk meredam dampak perekonomian dari wabah virus korona Wuhan (Covid-19) yang diperuntukkan bagi dua kelompok masyarakat. Sampai dengan tanggal 1 Mei 2020, dana bantuan sosial yang dikeluarkan pemerintah untuk meredam dampak virus korona Wuhan telah disalurkan kepada 1,8 juta masyarakat, dengan total nilai mencapai NT$ 32 miliar.
Kementerian Dalam Negeri Taiwan (MOI) mengumumkan lima orang WNA dengan kemampuan profesional yang lolos uji kelayakan untuk menerima kewarganegaraan Taiwan, salah satunya adalah Stefano Centini yang sudah tinggal di Taiwan selama 10 tahun. Stefano Centini adalah seorang WNA asal Italia yang bekerja di bidang pembuatan film dokumenter. Stefano mengatakan ia sudah pernah mengunjungi banyak negara di Asia, tetapi hanya Taiwan yang terasa seperti tinggal di kampung halaman.
