127 orang anggota parlemen Eropa dan Jerman memuji upaya pencegahan wabah yang dilakukan Taiwan, serta menyatakan bahwa langkah-langkah tersebut dapat dipelajari untuk kepentingan orang banyak. Mereka berpendapat bahwa tindakan WHO menolak partisipasi Taiwan adalah tindakan tidak adil dan diskriminatif terhadap masyarakat Taiwan.
Pada tanggal 13 April 2020, Pusat Komando Epidemi Sentral (CECC) mengumumkan 5 kasus penularan virus korona Wuhan (Covid-19) terbaru, yang terdiri dari 2 pria dan 3 wanita, dengan kisaran usia antara 50-60 tahun. Semua kasus penularan kali ini adalah penularan dari luar negeri, dan 4 di antaranya adalah penumpang kapal pesiar Coral Princess.
Eksekutif Yuan meluncurkan rencana pembangunan Gedung Pencegahan Wabah berlokasi di area laboratorium CDC Kunyang. Program ini diluncurkan dengan tujuan untuk membangun sebuah institusi kelas dunia melalui penyempurnaan peralatan dan perangkat pemeriksaan, yang berkaitan dengan pengendalian wabah dan biosekuriti, penyakit menular yang bersifat akut maupun yang bersifat kronis, langkah persiapan dalam menangani penyakit menular, pelaksanaan karantina, dan pemantauan kondisi wabah.
Kasus ke-382 melakukan perjalanan ke Indonesia bersama istri (kasus ke-378) dari tanggal 16 Februari sampai 29 Maret, dan menjalani isolasi rumah setelah kembali ke Taiwan. Ketika tiba di bandara, ia tidak memiliki gejala, tetapi setelah petugas melakukan pemeriksaan melalui pengambilan sampel, ia dinyatakan telah positif terinfeksi.
Tedros Adhanom Ghebreyesus menuduh Taiwan dan Kementerian Luar Negeri Taiwan (MOFA) telah melakukan kampanye ofensif bersifat rasial yang ditujukan terhadap dirinya, termasuk dari pemberitaan media dan julukan yang diberikan kepada dirinya karena ia orang berkulit hitam. Merespons hal tersebut, MOFA Taiwan telah memberikan pernyataan balasan terhadap tuduhan tidak realistis yang dilontarkan oleh Tedros Adhanom Ghebreyesus, dan mendesak agar ia segera meminta maaf kepada Taiwan.
CECC mengumumkan 1 kasus penularan virus korona Wuhan (Covid-19) terbaru, yang merupakan kasus penularan dalam negeri, yaitu kasus ke-380. Ia merupakan teman satu asrama dari kasus ke-322, dan dinilai memiliki risiko telah tertular meskipun tidak memiliki gejala. Ia menjalani pemeriksaan pada tanggal 6 April, dan dinyatakan positif terinfeksi pada tanggal 9 April.
Dua institusi penelitian kesehatan terkemuka Taiwan, yaitu National Health Research Institute (NHRI) dan National Defence Medical Center (NDMC), mengumumkan prototipe alat pendeteksi virus korona Wuhan (Covid-19) dalam waktu 15 menit. Alat pendeteksi ini sangat akurat karena tidak akan bereaksi terhadap virus korona OC43, 229E, NL63, Adenoviridae, Respiratory Syncytial Virus (RSV), H1N1, H5N1, H7N9, maupun Enterovirus (EV71).
Saat ini metode pengetesan virus korona Wuhan yang paling banyak digunakan adalah pengetesan dengan reaksi berantai polimerase (PCR) dan antibodi. Sementara itu, alat yang dikembangkan oleh BluSense Diagnostics ini menggunakan serum darah, untuk mengetahui tingkat penularan virus yang diderita oleh seorang pasien. Alat ini hanya membutuhkan satu tetes darah, dan hasil pengetesan dapat diketahui dalam waktu 12 menit.
Direktur Jenderal Departemen Urusan Asia Timur dan Pasifik MOFA, Ger Bau-shuan, mengatakan MOFA saat ini sedang mengkaji rencana pemberian bantuan untuk negara-negara mitra Kebijakan Baru Arah Selatan (New Southbound Policy, NSP), tetapi hanya untuk negara-negara yang telah meminta bantuan.
Sejak Pastor Giuseppe Didone mulai menggalang bantuan, ia telah melihat ada anggota masyarakat yang sedang menderita kanker stadium akhir, datang berjalan dengan tertatih-tatih untuk menyerahkan donasi. Ia juga melihat seorang nenek penjual sayur mendonasikan uang hasil berjualan, dan masker yang ia dapatkan dengan mengantri bersusah-payah.
