Presiden Indonesia Joko Widodo dalam pidato perdana sebagai Presiden ke-7 RI mengatakan keinginannya untuk mengembalikan kejayaan Indonesia sebagai negara maritim, karena kelautan adalah masa depan peradaban Indonesia. Pemerintah Indonesia sedang berupaya untuk melakukan pembenahan di berbagai bidang kelautan, seperti perluasan pelabuhan dan pembangunan jalan tol di atas laut yang menghubungkan antar pulau untuk membantu pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Oleh karena itu pemerintah Indonesia melalui utusan khusus Presiden untuk Taiwan, Kementerian Koordinator bidang Perekonomian dan Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mengundang Taiwan untuk berinvestasi di bidang kelautan dan membantu merealisasikan kejayaan maritim Indonesia.
Wakil Menteri Koordinator bidang Perekonomian Edy Putra Irawady kepada jurnalis CNA (Central News Agency Taiwan) menjelaskan bahwa bidang kelautan adalah bidang kerja sama antara Taiwan dan Indonesia yang memiliki potensi sangat besar.
Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia yang sedang berupaya mengembalikan kejayaan maritimnya untuk meningkatkan daya saing di bidang perdagangan, keterhubungan antar daerah dan logistik. Indonesia saat ini membutuhkan banyak kapal, sedangkan Taiwan sudah sangat berpengalaman dalam hal pembuatan kapal, produksi kontainer, dan pengelolaan rute kargo. Oleh karena itu beliau berharap agar Indonesia dan Taiwan dapat bekerja sama dalam bidang ini, dan pihak Taiwan dapat melakukan investasi tidak hanya di bidang pembuatan kapal saja tetapi juga di bidang produksi kontainer, perawatan dan perbaikan kapal.
Selain itu, Direktur Perencanaan Investasi Agribisnis dan Sumber Daya Alam BKPM Hanung Harimba Rachman juga mengundang pengusaha Taiwan untuk berinvestasi di bidang pembangunan infrastruktur pelabuhan, dan industri terkait lainya.
Hanung menambahkan, investasi Taiwan sangat penting untuk perkembangan fase industrialisasi di Indonesia. Taiwan sudah sangat maju dalam Industri berteknologi tinggi, dan keinginan Indonesia untuk mengembangkan teknologi kelautan sejalan dengan kelebihan yang dimiliki Taiwan.
Dosen hubungan Internasional Universitas Bina Nusantara Paramitaningrum mengatakan, dari segi “Pengembangan Kapasitas” Indonesia dapat belajar dari Taiwan tentang pengembangan dan pembinaan sumber daya manusia, dan hal ini merupakan faktor kunci yang dapat mendukung hubungan Taiwan dan Indonesia.
Di samping itu, program “One Belt One Road” yang sedang diusung oleh Daratan Tiongkok tidak berbenturan dengan “Kebijakan Menuju Asia Selatan Baru” Republik Tiongkok (Taiwan) karena masing-masing memiliki tujuan dan mekanisme tersendiri. Taiwan ingin mengembangkan kapasitasnya di wilayah Asia Tenggara dan tidak perlu berkompetisi dengan Daratan Tiongkok, selain itu dalam kerja sama di bidang pendidikan dan kedokteran Taiwan lebih unggul dibanding Daratan Tiongkok.