Kembali ke konten utama
Mentari di Pescadores Pesona Teluk nan Indah
2018-01-08

Pemandangan tebing basal

 

"Udara malam menghembus teluk Penghu, ombak menerpa pantai, tanpa ada perkebunan kelapa dan sinar mentari, yang ada hanya samudera biru...", cuplikan bait lagu klasik "Penghu Bay", sebuah lagu penghantar bagi wisatawan saat menginjakkan kakinya di Pulau Pescadores atau yang dikenal dengan Pulau Penghu. Sama seperti yang tertulis dalam lirik lagu, bahwa lautan yang biru, pantai dan mentari, gemerlap letupan kembang api, menarik ratusan ribu wisatawan berkunjung ke pulau kecil ini.

Tidak hanya keberhasilan Penghu bergabung dalam keanggotaan The Most Beautiful Bays in the World Club (MBBWC), pada tahun 2018 Penghu mendatang juga akan menjadi tuan rumah penyelenggara untuk mempromosikan pulau Penghu kepada dunia.

 

Di atas dinding ruang tamu kantor bupati Penghu, terpajang peta baru bertajuk “The Most Beautiful Bays in the World Club”, yang terdiri dari 40 teluk terindah dari 25 negara di dunia. Bupati Penghu Chen Kuang-fu menunjuk kampung halamannya di atas peta tersebut dengan bangga dan mengutarakan, "Dibandingkan dengan negara lainnya, pantai berpasir putih, rupa geologi unik dengan tebing basal yang tiada duanya, pemandangan teluk Penghu tak kalah bersaing dengan negara lainnya."

Pemandangan tebing basal, pantai pasir putih terindah

Penghu memiliki pemandangan alami yang menjadi destinasi pilihan terfavorit dari wisatawan. Foto obyek wisata “Nabi Musa Membelah Laut” di kecamatan Huxi.Penghu memiliki pemandangan alami yang menjadi destinasi pilihan terfavorit dari wisatawan. Foto obyek wisata "Nabi Musa Membelah Laut" di kecamatan Huxi.

Ada 6 jenis formasi basal di dunia dan Penghu sendiri memiliki 5 jenis formasi basal, dengan 99 pulau kecil yang membentuk kepulauan Penghu. Selain batu andesit Huayu yang terletak paling timur Penghu, selebihnya merupakan formasi basal vulkanik.

Konfigurasi tebing basal Penghu terbentuk dari magma vulkanik yang membeku seiring dengan berjalannya waktu dan kondisi yang berbeda, memunculkan bentuk-bentuk berupa pilar, lipatan maupun patahan. Sebagai contoh, sebagian besar wisatawan paling menyukai tebing kolom basal Daguoye berbentuk susunan pilar basal hexagonal pada bagian tepi dan sudut terlihat jelas dan tajam, sementara goa Jingyu di pulau Xiaomen akibat tererosi laut, akhirnya terbelah membentuk lengkungan laut. Mengamati pulau Yuanbei di sana juga terdapat tebing basal berbentuk pilar bagaikan rok lipat. 

Selain pemandangan basal yang unik, Penghu juga memiliki sebanyak 500 unit batu jebakan ikan (stone fish wiers) atau “Tidal Fish Traps” yang tersebar di pinggir pulau sehingga memudahkan warga Penghu menangkap ikan.

Ketika singgah di “Twin Hearts Stone Fish Trap”, sebagian besar pengunjung beranggapan tumbukan batu membentuk jalinan hati adalah karya pemerintah Penghu untuk mempromosikan wisata. Dalam beberapa tahun terakhir ini pemerintah secara khusus mempromosikan wisata bahari, namun sebenarnya “Tidal Fish Traps” telah memiliki nilai sejarah lebih dari 300 tahun yang lalu. Nelayan di masa lalu sangatlah cerdik, memiliki ide membuat jebakan ikan dengan menghimpun batu, basal, karang dan material lainnya membentuk lingkaran dan memanfaatkan masa pasang surut air laut untuk menangkap ikan.

Selang bertahun-tahun kemudian, cara penangkapan ikan tradisional ini menjadi bagian yang terlupakan. “Tidal Fish Traps” ditinggalkan masyarakat, sebagian besar himpunan batu tersebut runtuh dan menghilang. Guna pelestarian lingkungan maka pemerintah Penghu melakukan rehabilitasi “Tidal Fish Traps” , mengundang warga setempat dan tukang ahli dalam tata cara pembuatan jebakan ikan ini serta membentuk “Tim pelindung Jibei Fish Traps”. Upaya dari tim ini tidak hanya mendapat keyakinan dari Kementerian Kebudayaan namun juga sukses melestarikan keindahan pemandangan dari tatakan batu jebakan ikan “Twin Hearts Stone Fish Traps” dan “Jibei Stone Fish Traps”.

Stone Fish Traps atau batu jebakan ikan tersebar merata di sekitar Penghu,menunjukkan kecerdasan masyarakat tempo dulu menangkap ikan. Foto “Twin Hearts Stone Fish Trap” (Sumber foto: Pemerintah kabupaten Penghu)Stone Fish Traps atau batu jebakan ikan tersebar merata di sekitar Penghu,menunjukkan kecerdasan masyarakat tempo dulu menangkap ikan. Foto "Twin Hearts Stone Fish Trap” (Sumber foto: Pemerintah kabupaten Penghu)

Hingga saat ini, satu kota 5 pedesaan di Penghu secara merata bisa menikmati pemandangan “Tidal Fish Traps”, di antaranya desa Baisha yang terletak di ujung Utara memiliki paling banyak batu jebakan ikan atau stone fish traps. Berdasarkan hasil survei, pulau Jibei pada masa dinasti Qing mempunyai 1 stone tidal trap ukuran besar dan 4 ukuran kecil, hingga tahun 1950 warga Jibei telah merehabilitasi lebih dari ratusan unit jebakan ikan ini, adanya keunikan ini maka lokasi ini dijuluki sebagai “Kampung kelahiran Shihu” (Shihu artinya stone fish traps atau batu jebakan ikan).

Sambut Pertemuan Tahunan

"The Most Beautiful Bays in the World Club" (MBBWC)

Setiap sudut Penghu penuh dengan pemandangan peradaban manusia yang permai, di antaranya kepulauan Tongpan, permukiman Erkan, jalur “Nabi Musa membelah laut” di Kuibishan dan lain-lain. Guna mendorong agar wisatawan mendalami eksplorasi bertamasya, Penghu lebih lanjut mempromosikan program wisata “Island hopping” (Eksplorasi pulau ke pulau). Chen Kuang-fu mengatakan, 99 pulau Penghu dengan keunikan masing-masing sangat berpotensi untuk dikembangkan wisata island hopping. Sehubungan dengan hal ini, Festival kembang api Penghu telah memasuki di tahun ke-15, pada tahun ini secara khusus perayaan kembang api digelar di 5 titik, yakni Magong di pulau Penghu sendiri, di luar pulau Penghu akan diadakan di Qimei dan Wangan.

Menghadapi kondisi semakin berkurangnya sumber daya laut, dan usia nelayan yang semakin tua, selain pengembangan wisata bahari, Penghu masih merencanakan industri wisata kapal pesiar. Semula terdapat 68 unit dermaga perikanan dan pangkalan militer angkatan laut di Penghu, kini semua dermaga memasuki masa transformasi. Oleh karena itu, Penghu mengambil langkah lain dengan memanfaatkan keindahan pemandangan teluk, kemudian dermaga yang tidak aktif lagi dirubah menjadi dermaga kapal pesiar.

Sehubungan dengan hal ini, pada bulan Juni tahun ini, kota Magong membuka satu dermaga perikanan difungsikan menjadi dermaga kapal pesiar, diprakirakan sebanyak 55 unit kapal pesiar akan berlabuh. Di masa mendatang, masyarakat juga diperkenankan berlayar dengan kapal pesiarnya, singgah di pulau yang berbeda meghayati keindahan asri setiap pulau. Saat malam hari juga dapat berlabuh di teluk dan menikmati kerlap-kerlip bintang di langit.

Menjelang akhir bulan Juni akan diluncurkan “2017 Penghu Yachting Life” merupakan acara peresmian wisata kapal pesiar Penghu. Pada tahun depan akan dilanjutkan dengan Taiwan International Boat Show. Chen Kuang-fu mengatakan, Expo Internasional kapal pesiar tahun lalu diselenggarakan bersama Kaoshiung dalam kurun waktu 4 hari mampu menciptakan nilai bisnis berkisar NT$ 4 milyar, kini lokasi penyelenggaraan dialihkan di Penghu, mengharapkan akan memperoleh hasil yang sama. 

Kegiatan kapal pesiar “2017 Penghu Yachting Life” tidak hanya untuk promosi industri kapal pesiar, melainkan juga menjadi ajang pemanasan untuk acara pertemuan tahunan “The Most Beautiful Bays in the World Club” yang akan berlangsung pada bulan Oktober 2018 mendatang.

Festival kembang api Penghu memasuki di tahun ke-15, setiap tahun menarik banyak kunjungan wisatawan. (Sumber foto: Pemerintah kabupaten Penghu)Festival kembang api Penghu memasuki di tahun ke-15, setiap tahun menarik banyak kunjungan wisatawan. (Sumber foto: Pemerintah kabupaten Penghu)

Pemandangan alam Penghu yang unik memiliki pesisir pantai terbentang, konfigurasi tebing basal nan megah sangat menarik perhatian. Pada tahun 2010, Penghu secara aktif mendaftarkan diri untuk menjadi anggota The Most Beautiful Bays in the World Club (MBBWC) dengan persiapan yang menghabiskan waktu selama 2 tahun, dan pada akhir tahun 2012 berhasil masuk dalam keanggotaan MBBWC.

Penghu bersama negara anggota MBBWC melakukan pertukaran mengenai isu-isu pengelolaan lingkungan laut, aset budaya laut dan lain-lain. Awal tahun 2016, saat delegasi Penghu berangkat ke Filipina mengikuti pertemuan pembahasan pemilihan tuan rumah penyelenggara pertemuan MBBWC tahun 2018, Penghu mendapat penilaian baik, mengalahkan Barcelona Spanyol dan terpilih sebagai tuan rumah penyelenggara pertemuan MBBWC tahun 2018.

“Konservasi ekosistem, cagar alam menjadi alasan utama Penghu terpilih sebagai tuan rumah penyelenggara pertemuan MBBWC tahun 2018”, ujar Chen Kuang-fu. Partisipasi dalam keanggotaan ini maka Penghu berkesempatan untuk menyebarluaskan keunikan panorama kepulauan Penghu kepada dunia internasional. Pertemuan tahunan ini tidak hanya menjadi ajang pemasaran Penghu melainkan juga sebagai panggung sempurna untuk mempromosikan Taiwan kepada dunia global.

Tahun ini akan disemarakkan dengan serangkaian kegiatan berfungsi sebagai acara pemanasan untuk menyambut pertemuan tahunan bulan Oktober 2018 mendatang. Selain acara 2017 Penghu Yachting Life, Penghu juga akan mengadakan pameran kuliner internasional, mendorong tamu-tamu undangan khusus agar memanfaatkan bahan makanan lokal seperti tea herbal (Glossocardia bidens) dan ikan Cobia (Rachycentron canadum) yang merupakan makanan khas sajian masakan ala Penghu. Selain itu, pertemuan tahunan ini akan berlangsung terpisah namun serentak. Di seberang sana, yakni kota Kaoshiung juga akan menggelar “Global Harbor Cities Forum”, mengundang para pakar internasional untuk mendiskusikan isu-isu pembahasan terkait dan saling bertukar pendapat.

Budaya Manusia Tak Terkalahkan oleh Keindahan Teluk

Peradaban masyarakat Penghu juga tidak kalah dengan keindahan pemandangan teluk. Kawasan kota Magong menjadi inti pusat perkotaan yang merambat ke sekitarnya kota "Seven Streets" dipenuhi dengan kehidupan manusia beradab, tempat ini menjadi lokasi terfavorit bagi wisatawan saat berkunjung ke sana.

Sebuah penginapan yang dirintis cukup lama, terletak di ujung jalan Chungyang Street dengan nama penginapan Chungyang. Bangunan luar dengan kisi jendela terbuat dari kayu bagaikan tempurung katak, tembok bagian luar dibangun dengan batu serpih. Sebelum direnovasi, bagian dalam rumah masih tertinggal tangga terbuat dari batu. Rumah bertingkat 2 lantai terpasang papan nama milik empunya bermarga Shi, hingga saat ini masih tampak baru. Menelusuri ke jalan ini akan terlihat kuil Tien Hou yang telah tercatat dalam daftar nama peninggalan bersejarah, menjadi obyek wisata yang wajib dikunjungi. Selain kuil Tian Hou, masih ada beberapa kuil diantaranya kuil Shih Lang, Sumur Wanjyun, sumur Four-Eyed semuanya tercatat sebagai benda peninggalan tersejarah.

Pada akhir bulan April, Magong's Jinguitou Fortress Cultural Park (Tien Nan Fortress) baru terbuka untuk umum, tempat ini memiliki aneka budaya dan sejarah. Magong's Jinguitou Fortress atau benteng ini dibangun pada tahun 1864, kemudian tercatat sebagai monumen nasional pada tahun 2011, melalui rehabilitasi bertahun-tahun akhirnya selesai direstorasi pada bulan Januari 2017, arena ini merupakan situs bersejarah penting di Penghu. Setelah taman ini terbuka untuk umum, maka kawasan teluk Penghu akan menghubungkan beberapa area meliputi Guanyinting Recreation Area, Duxing Tenth Village, kuil Tianhou, Pelabuhan Magong dan beberapa pelabuhan nelayan di daerah sekitar.

Semenjak tahun 2011, Penghu menargetkan sasaran “Pulau rendah karbon” dan mengembangkan industri ramah lingkungan.Semenjak tahun 2011, Penghu menargetkan sasaran "Pulau rendah karbon" dan mengembangkan industri ramah lingkungan.

Tien Nan Fortress yang bekerjasama dengan Museum Istana Nasional (Museum National Palace) menggelar pameran khusus " Rebuilding Tong-an Ship New Media Art Exhibition—Penghu Tour" menampilkan seni interaksi teknologi digital, mempresentasikan sejarah perkembangan sampan kayu ala Tionghua Tong-an, mengadopsi proyeksi menggantung dan 3D Naked eyes dan teknologi augmented reality(AR) dan interprestasi gestur Kinect, sehingga penonton bisa merasakan rupa kemakmuran bahari Asia Timur pada abad 19. Penonton dapat mengunjungi terowongan rahasia militer sambil menyaksikan film peperangan Penghu, mengalami sendiri kehidupan militer di masa pertempuran.

Matahari, lautan dan pantai memberikan keindahan bagi Penghu di mana setiap tahun menarik banyak wisatawan mancanegara. Jumlah pengunjung tahun lalu mencapai 1 juta orang, dimana setiap tahun bertepatan dengan periode puncak musim, maka akan sulit untuk mendapatkan tiket destinasi ke Penghu. Namun, tahun ini dilengkapi dengan moda transportasi baru yakni dengan kapal ferry, melanjutkan pelayaran kapal ferry perjalanan satu arah dari Budai Chiayi ke Magong, untuk akhir bulan April tahun ini, ditambah dengan jalur Longmen Penghu kembali ke Budai Chiayi, maka tersedia layanan pelayaran 2 arah membawa penumpang dengan transportasi laut.

Memandang sisa secercah cahaya, Penghu juga tidak ketinggalan dengan pengembangan industri lainnya. Semanjak tahun 2011, Penghu juga menjalankan sasaran pembangunan rendah karbon, membangun industri hijau. Chen Kuang-fu mengatakan, angin Timur Laut musim dingin di Penghu menghembus dengan kencang, merupakan kekuatan angin yang luar biasa, setiap tahun mampu menyediakan listrik kapasitas penuh selama 3.800 jam. Selain cahaya matahari yang mencukupi, kekuatan angin dan di masa mendatang arus laut juga dapat menghasilkan listrik.

Penghu sangat memperhatikan industri pertanian dan perikanan, baru-baru ini meluncurkan 2 merek lokal yaitu Penghu Seafood dan Penghu Argiculture yang menyajikan produk lokal. Chen Kuang-fu mengatakan, Penghu mengharapkan setelah dapat menangani pengelolaan produksi secara baik maka di kedepannya produk perikanan dan pertanian juga akan dikirim keluar dari Penghu dan dapat diterima langsung oleh konsumen.

“Datang ke Penghu bisa menikmati sajian makanan seafood segar, obyek pemandangan indah yang tak habis-habisnya. Jika hanya datang sekali saja tidak akan cukup, setiap kali kunjungan di Penghu akan selalu berarti!” tutur Chen Kuang-fu sambil menepuk dadanya, ia menjamin wisatawan akan merasakan hal yang sama.