Kembali ke konten utama
Kota Pelabuhan Keelung Pertemuan Sejarah Tua & Perkembangan Baru
2018-01-11

Satu Abad dalam Sejarah

 

Sekelompok burung camar terbang melewati tumpukan peti kemas warna-warni yang baru saja diturunkan dari kapal kargo yang berlabuh, dan kapal pesiar yang berkumpul terlihat bagaikan istana laut. Pengunjung terpesona akan kota istimewa yang terkurung oleh lautan dan pegunungan ini, dipenuhi rumah-rumah tua yang berbaris dari kaki sampai puncak gunung. Semua ini membuat seseorang membayangkan dirinya berada di Barcelona, namun di salah satu puncak gunung di depan, muncul sebuah papan iklan bertulisan Keelung!”

 

Pelabuhan Tua dan Kota Baru

Inilah Keelung. Berlabuh di pagi yang indah dari pelabuhan yang kaya akan budaya ini. Di sini tidak hanya layak untuk dikunjungi, tetapi juga tepat untuk meletakkan jangkar kehidupan selamanya.

Satu Abad dalam Sejarah - Pelabuhan Tua dan Kota Baru

Selama lebih dari satu abad, Keelung perlahan-lahan berkembang menjadi kota pelabuhan paling penting di utara Taiwan. Bagian utara yang menghadap ke arah Laut Timur dengan tiga bagian lainnya menghadap ke arah pegunungan, membentuk suatu teluk dengan daratan gigir yang ramai perdagangan dan pariwisata, bagaikan suatu mutiara yang berkilau di utara Taiwan.

Kesibukan hidup di Pasar Ikan Kanzaiding yang berdekatan dengan Pelabuhan Keelung.Kesibukan hidup di Pasar Ikan Kanzaiding yang berdekatan dengan Pelabuhan Keelung.

Sejak didirikan pada zaman Kaisar Guangxu (1871-1908) dari Dinasti Qing, pelabuhan Keelung telah berkembang menjadi pelabuhan komersial nomor satu di Taiwan. Berbagai perdagangan yang lahir dari operasi pelabuhan dan banyaknya jumlah buruh pelabuhan telah meramaikan bisnis transportasi dan mengembangkan budaya restoran dan rumah teh.

Selain itu, suara pedagang dari berbagai kelompok masyarakat – tentara yang menyertai pemerintah mundur ke Taiwan, etnis Hakka, suku aborijin dan imigran lokal – terdengar riuh di Pelabuhan Nelayan Zhengbin dan Pasar Ikan Kanzaiding.

Semuanya percaya pada peribahasa kuno “Dimana air mengalir ke timur, di sana makanan akan berlimpah.” Dalam pandangan leluhur, Keelung adalah tempat penuh kekayaan; namun daripada mengatakan bahwa pelabuhan ini telah mendatangkan kemakmuran, lebih tepat dikatakan bahwa impian dan upaya keras masyarakat lah yang menghasilkan semua kekayaan ini.

Seiring dengan berkembangnya banyak pelabuhan di berbagai pelosok, menurunnya jumlah angkutan pelabuhan Keelung dari tahun ke tahun, berkurangnya sumber perikanan di perairan serta mundurnya industri pertambangan di daerah sekitar, membuat populasi Keelung yang dulu terus meningkat (Namanya dalam dialek Taiwan memang berarti “Tambah orang”), sekarang perlahan-lahan berkurang.

Untuk itu, bagaimana menggunakan tempat yang kaya akan pemandangan alamnya untuk mengubah pandangan umum bahwa Keelung telah menjadi sebuah pelabuhan kuno, dan selanjutnya mengubah kota pelabuhan itu menjadi “Keelung Baru,” akan menjadi tantangan penting yang harus dihadapi Pemerintah Kota Keelung.

Rekonstruksi Situs Sejarah Keelung

Rekonstruksi Situs Sejarah Keelung

Spanyol, Portugal, Inggris, Perancis dan Jepang, semunya pernah berlabuh di Pelabuhan Keelung. Ada sebuah peta besar Pelabuhan Keelung di luar kantor Walikota yang digambar pada masa kolonialisme Jepang. Menelusuri dengan jari tangan, kita pertama-tama sampai ke sungai Shawan mengalir ke teluk, Pulau Heping nun jauh tampak jelas, kemudian melewati Benteng Ershawan dan tiba di daerah peninggalan dinding batu Dashawan. Masa lampau kota tua yang terbungkus angin laut, ini terbentang di hadapan kita.

 “Keunikan sejarah Keelung adalah pelabuhannya, dan pelabuhan ini justru adalah titik awal untuk mengeksplor dunia,” kata Walikota Keelung Lin Yu-chang sambil tersenyum. “Untuk memperingati 130 tahun didirikannya Pelabuhan Keelung, kami mengadakan serangkaian kegiatan. Misalnya, pameran Eight Views of Taiwan yaitu pameran kartu pos dengan pemandangan Taiwan dan peta tua era kolonialisme Jepang. Harapan kami, dengan menampilkan fakta sejarah ini, agar kita bisa kembali mengenal Keelung, karena sejarah pelabuhan selamanya adalah dasar dari perkembangan Kota Keelung.”

Keelung adalah kota pelabuhan paling penting di Taiwan utara. Bagian utaranya menghadap ke arah Laut Timur, sedangkan tiga bagian lain menghadap ke arah pegunungan, membentuk suatu teluk dengan daratan gigir yang ramai perdagangan dan pariwisata. (Atas: Pelabuhan Ikan Zhengbin; Bawah: Yang Ming Oceanic Culture and Art Museum di samping Pelabuhan Keelung.)Keelung adalah kota pelabuhan paling penting di Taiwan utara. Bagian utaranya menghadap ke arah Laut Timur, sedangkan tiga bagian lain menghadap ke arah pegunungan, membentuk suatu teluk dengan daratan gigir yang ramai perdagangan dan pariwisata. (Atas: Pelabuhan Ikan Zhengbin; Bawah: Yang Ming Oceanic Culture and Art Museum di samping Pelabuhan Keelung.)

“Rencana Rekonstruksi Situs Sejarah Keelung” telah terpilih sebagai “Rencana Rekonstruksi Sejarah Nasional” percontohan dari Kementerian Kebudayaan. Pelestarian warisan budaya adalah inti dari program tersebut yang akan dilaksanakan berdasarkan konsep pengelolaan ruang dengan fokus pada situs sejarah tertentu dan kemudian dikembangkan lebih luas lagi. Tujuan rencana ini adalah untuk menghubungkan kembali masyarakat lokal dengan situs-situs sejarah yang direkonstruksi dan sejarahnya. Melalui integrasi rencana pengelolaan ruang dari pemerintah sentral dan daerah, diharapkan dapat menghubungkan situs sejarah dengan warisan budaya. Kemudian, melalui rencana dari instansi gabungan terkait, dapat melakukan pelestarian seutuhnya.

Sejarah bisa direkonstruksi melalui hubungan bermakna antar situs sejarah dan bisa membantu menghidupkan kembali cerita masa lalu tanpa harus terikat pada kronologi tunggal. Dengan pandangan terbuka sambil mengajak keikutsertaan masyarakat, dapat menghidupkan semakin banyak pendapat, membangun identitas dan hubungan setempat pada sejarah.

Dua Sumbu, Tiga Situs, Cerita Tak Berhenti

Rencana restorasi Keelung Besar menetapkan target preservasi komprehensif untuk sejarah dan budaya, juga dimaksudkan untuk memfasilitasi dialok antara waktu dan lokasi, mengizinkan masyarakat menikmati hidup kontemporer dengan perspektif sejarah dan menggabungkan masa lampau dengan masa depan. Dalam gambar adalah Benteng Baimiweng.Rencana restorasi Keelung Besar menetapkan target preservasi komprehensif untuk sejarah dan budaya, juga dimaksudkan untuk memfasilitasi dialok antara waktu dan lokasi, mengizinkan masyarakat menikmati hidup kontemporer dengan perspektif sejarah dan menggabungkan masa lampau dengan masa depan. Dalam gambar adalah Benteng Baimiweng.

Untuk memulihkan situs sejarah, harus dimulai dari dokumen sejarah. Sejarah Keelung sangat panjang, dan dari peta kuno, Keelung bisa dilihat melalui mata orang Spanyol, Jepang, Perancis dan Belanda. Semuanya masuk melalui pelabuhan, maka teluk di mulut pelabuhan, Dashawan adalah titik dimulainya rencana.

Di teluk inilah ditemukan penghuni pertama daerah Keelung dan di sini juga satu-satunya pantai umum yang dibuka untuk masyarakat. Saat ini, dia juga salah satu dari beberapa tempat di Taiwan yang memiliki banyak peninggalan sejarah yang masih utuh dari Dinasti Qing, termasuk Taman Memorial Perang Sino-Perancis, reruntuhan dinding pertahanan di Dashawan, dan bekas Benteng Komando Keelung.

Pemerintah Keelung berharap dapat menggabungkan cerita sejarah dari situs-situs bersejarah dan menjadikan Ershawan dan Gunung Xuqiu sebagai pusat awal bersejarah, untuk mendorong perkembangan tiga situs sejarah Dashawan, Pulau Sheliao (Pulau Heping) dan Benteng Baimiweng. Hal ini bertujuan agar dapat menciptakan catatan sejarah yang lebih lengkap dan penuh. Selain dapat menghidupkan kembali sejarah, juga dapat menjadi topik pembicaraan dengan penduduk pada era tersebut.

Pulau Sheliao, yang juga dikenal sebagai Pulau Heping, sebelumnya adalah sebuah pelabuhan perdagangan internasional. Benteng San Salvador yang didirikan orang Belanda tahun 1626, kembali meraih perhatian dengan datangnya tim arkeologi pada 2011, 2014 dan tahun ini, 2017. Selain itu, Benteng Baimiweng di pantai barat, juga menjadi salah satu hal utama dalam recana perkembangan. Pemerintah Kota Keelung berencana menjadikannya sebagai pusat perkembangan kebudayaan di pantai barat Keelung untuk menghidupkan kembali wilayah setempat. Daerah yang dulu disebut sebagai “Kota Belanda” ini konon sudah dibangun sebelum Dinasti Qing, dan benteng ini telah menjadi saksi perkembangan Taiwan pada akhir Dinasti Ching.

Pengelolaan ruang yang sesuai akan membantu melengkaokan catatan sejarah. Selain membantu meninjau masa lampau, ia juga menciptakan dialok dengan warga zaman modern. (Atas: Galangan kapal tua)Pengelolaan ruang yang sesuai akan membantu melengkaokan catatan sejarah. Selain membantu meninjau masa lampau, ia juga menciptakan dialok dengan warga zaman modern. (Atas: Galangan kapal tua)

Sementara itu, tiga cerobong raksasa yang berada di bagian barat benteng boleh dianggap sebagai salah satu simbol Pelabuhan Keelung; dan pemandangan matahari terbenam di senja Miweng juga salah satu pemandangan indah Keelung yang seharusnya tidak dilewatkan.

Walikota Lin Yu-chang dengan hati-hati mengeluarkan sebuah peta yang lebih tua lagi sebagai pembimbing mencari masa lalu Keelung. Dia menerangkan, disebabkan Kampanye Keelung dalam Perang Sino-Perancis, Keelung menjadi lokasi Taman Makam Militer Perancis dan Pemakaman Pahlawan Nasional, dan pemerintah kota pada setiap bulan hantu pasti mengutus wakil untuk menyampaikan hormat pada arwah warga manca negarga yang menetap dan berjuang di Keelung. Pada masa Perang Vietnam, Keelung bahkan menjadi pangkalan Armada Ketujuh Amerika Serikat, dan orang asing pernah menjadi pemandangan awam di Keelung.

Tentu saja, menghubungkan memori jauh ini membutuhkan bantuan dari teknologi modern. Pemerintah kota berencana menggunakan teknologi VR (Virtual Reality), AR (Augmented Reality) dan lainnya untuk memperkecil jarak budaya di masa lampau dan zaman sekarang. Melalui VR, pemerintah berharap bisa mempresentasi warisan budaya yang lebih lengkap.

Membangun Ibukota Sivilisasi, Kota Kesenian

Direktur Biro Urusan Kebudayaan Keelung Peng Chun-heng menerangkan bahwa Keelung dari datangnya orang Spanyol dan Belanda sampai sekarang, memiliki sejarah panjang, dan perkembangan Keelung selalu dikaitkan dengan dunia luar. Saat ini, pemerintah kota sedang berusaha memulihkan kesadaran atas ruang bersejarah tidak hanya melalui rekonstruksi situs sejarah, tapi lebih penting lagi melalui dikuatkannya identitas dan kebanggaan lokal. Hanya melalui dukungan dan semangat para warga, baru bisa terbangun suatu kesadaran atas bagaimana menghargai tanah air.

Merekonstruksi sejarah bukanlah hal yang mudah, karena sejarah bukan hanya tumpukan kejadian, tetapi harus turut makna pendidikan, ruang imajinasi dan sisi keindahan. Kementrian Kebudayaan mengakui, “Warisan budaya jenis bangunan” sebagai ruang berdimensi, sulit didefisinikan dalam kebijaksanaan manajemen ruang negara yang menyebabkan kesulitan penggunaan dan perawatannya. Hanya melalui “Berpusat pada manusia” sebagai titik awal dan konsep “Mengisahkan cerita”, barulah bisa membangkitkan keprihatinan masyarakat modern terhadap sejarah. Komunikasi antar dua zaman inilah yang nantinya akan meneruskan dan menghidupkan kembali sejarah.

Keindahan menakjubkan formasi batu yang dihasilkan oleh erosi bertahun-tahun di pantai Keelung merupakan salah satu pemandangan paling dihargai di Taiwan utara. Dalam foto adalah Pulau Heping.Keindahan menakjubkan formasi batu yang dihasilkan oleh erosi bertahun-tahun di pantai Keelung merupakan salah satu pemandangan paling dihargai di Taiwan utara. Dalam foto adalah Pulau Heping.

Walikota Lin Yu-chang mengatakan, “Pelabuhan yang baik, kota Keelung baru akan lebih baik. Melalui perkembangan yang menyeluruh untuk seluruh kota, barulah dapat mendukung transformasi pelabuhan di masa mendatang”. Merubah kota, pelabuhan dan stasiun kereta tua, semua ini bertujuan untuk masa depan yang lebih gemilang bagi pulau ini. Walikota berharap, melalui integrasi regional, menghidupkan dan mengajak keikutsertaan masyarakat dalam mengembalikan sejarah, bahkan memasukan dalam kurikulum pelajaran agar anak-anak dapat mengerti sejak dini, ini adalah kota dan rumah kita.

Melewati siklus sepanjang 130 tahun, Keelung akhirnya dapat memfokuskan perhatian yang awalnya pada lautan, menjadi pada dirinya sendiri. Hanya dengan mengenal diri sendiri, barulah akan memiliki tenaga dan keberanian untuk melangkah ke seluruh dunia. Proyek rekonstruksi sejarah ini mewakili keberangkatan baru. Ditengah-tengah teriknya matahari dan birunya samudera, masyarakat melambaikan tangan meninggalkan kedukaan masa lampau. Keelung siap berlayar lagi, menyambut masa depan!