Kembali ke konten utama
Episode Terbaru Serial Jiwa Seniman: Pelukis Poster Film Tradisional
2018-11-16

Hsieh Sen-shan tetap berusaha untuk mempertahankan metode lukisan tangan dan di zaman modern ini ia menjadi satu-satunya pelukis poster film yang masih berkarya dengan teknik tradisional.

Hsieh Sen-shan tetap berusaha untuk mempertahankan metode melukis dengan tangan, dan di zaman modern ini ia menjadi satu-satunya pelukis poster film yang masih berkarya dengan teknik tradisional. (Foto oleh CNA)

 

The General Association of Chinese Culture (GACC) kembali menghadirkan episode terbaru dalam rangkaian seri Jiwa Seniman. Kali ini untuk menyambut pelaksanaan Golden Horse Awards, sebuah ajang penghargaan bergengsi bagi insan perfilman Taiwan, GACC menampilkan kisah tentang seorang pelukis poster film, yang menggunakan keterampilan dan kreativitasnya untuk mempromosikan film-film Taiwan pada masa awal industri tersebut berdiri.

Hsieh Sen-shan yang saat ini telah berusia 73 tahun, mulai belajar melukis di usia 15 tahun, dan selama hampir 60 tahun berkarya, ia bersikeras untuk melukis poster film dengan tangan (tanpa bantuan komputer atau mesin).

Hsieh Sen-shan lahir di Taichung, lalu pindah ke Taoyuan bersama keluarganya. Ketika masih kecil, Hsieh sering berjalan melewati kuil Jingfu yang saat itu merupakan kuil terbesar di Taoyuan, di sekitar kuil banyak sekali teater film, sehingga daerah tersebut sempat dijuluki "Ximending Kecil". Setiap kali Hsieh melihat poster-poster film yang terpasang di sekitar teater, ia selalu berpikir, "Alangkah senangnya jika aku juga bisa menggambar poster-poster film seperti ini." Oleh karena itu, ketika berusia 15 tahun, Hsieh memutuskan untuk bergabung dengan sebuah perusahaan periklanan dan mulai mempelajari teknik melukis poster film.

Saat itu perusahaan periklanan tidak memberikan gaji, makanan ataupun fasilitas tempat tinggal kepada peserta didik baru (pekerja magang), para pelukis poster yang sudah senior juga tidak akan berinisiatif untuk mengajarkan teknik melukis, para pekerja magang dituntut untuk mandiri dan belajar dengan mengamati bagaimana para seniman senior mengerjakan sebuah lukisan, biasanya dibutuhkan waktu 3 tahun 4 bulan bagi seorang pekerja magang untuk dinyatakan lulus dan memiliki kemampuan (skill) yang memadai untuk menjadi seorang pegawai tetap. Hsieh Sen-shan dengan tekun berlatih siang dan malam untuk mengasah teknik melukisnya, dalam kurun waktu hanya 2 tahun ia sudah berhasil lulus dan dapat mulai bekerja sebagai pelukis. Saat itu, Hsieh Sen-shan berusia 17 tahun.

Hsieh Sen-shan dan beberapa rekannya pernah mengendarai sepeda untuk pergi ke Ximending (kawasan pusat perfilman dan teater di Taipei). Saat tengah malam, mereka menggunakan lampu senter, dan mulai mengamati poster-poster film berukuran besar yang ada di sana. Hsieh Sen-shan kemudian memutuskan untuk memperdalam teknik dan gaya melukis di Ximending agar dapat menghasilkan lukisan wajah dengan efek 3 dimensi. Selanjutnya, di usia 20 tahun, Hsieh Sen-shan mulai mendirikan perusahaan sendiri.

Tahun 1960 hingga 1980, adalah jaman keemasan bagi industri perfilman Taiwan, pada masa itu Hsieh Sen-shan menjalin kerja sama dengan 7 teater dan mulai merasa kewalahan untuk memenuhi permintaan. Saat itu Hsieh Sen-shan juga melayani pembuatan poster berukuran raksasa, di mana untuk menggambar sebuah wajah diperlukan 10 lembar kain poster. Poster berukuran besar seperti itu juga membutuhkan teknik pewarnaan khusus agar terlihat hidup dan dapat menarik calon penonton.

Sejak tahun 1986, teknik desain poster menggunakan komputer mulai populer, dan satu per satu perusahaan periklanan mulai mengganti teknik yang mereka gunakan. Meskipun demikian, Hsieh Sen-shan tetap berusaha untuk mempertahankan metode lukisan tangan dan di zaman modern ini ia menjadi satu-satunya pelukis poster film yang masih berkarya dengan teknik tradisional.

Saat ini hanya tersisa teater Chungyuan di Kabupaten Taoyuan yang masih memasang poster film lukisan tangan karya Hsieh Sen-shan. Ia mengatakan, "Saya tidak pernah menyangka, setelah saya dan rekan-rekan yang lain berkarya selama 60 tahun, sekarang hanya tinggal saya yang masih melukis, namun ini adalah kegemaran saya, selama saya masih kuat, saya akan terus melukis dan mewariskan teknik melukis ini kepada generasi berikutnya."