ITRI Kembangkan Sistem Pendeteksi Asam Nukleat untuk Mendeteksi Virus Korona Wuhan pada Masa Inkubasi
2020-04-17
Sistem pendeteksi asam nukleat molekuler ini mirip dengan metode qPCR, dan memiliki tingkat akurasi hingga di atas 90%. Selain itu, alat ini sangat ringan dan praktis untuk dibawa berpindah tempat, karena hanya memiliki berat 600 gram, sedangkan alat pengetesan konvensional memiliki berat 34,2 kilogram. (Foto oleh ITRI)
Tim tersebut dibentuk oleh ITRI dengan bantuan Kementerian Perekonomian (MOEA), untuk mengembangkan alat deteksi cepat virus korona Wuhan, yang terdiri dari pihak industri, pemerintah, lembaga penelitian, dan institusi medis.
Langkah pencegahan wabah yang dilakukan Taiwan saat ini, telah diakui oleh komunitas internasional, dan menempatkan Taiwan pada posisi atas di dunia. 86% kasus penularan yang terdapat di Taiwan adalah kasus penularan dari luar negeri. Angka tersebut menunjukkan pentingnya melakukan pendeteksian virus korona Wuhan di perbatasan (bandara, pelabuhan), agar sumber penularan dapat segera diketahui dan tidak meluas.
ITRI berharap dapat bekerja sama dengan Centers for Disease Control (CDC) untuk mendirikan “Laboratorium Keliling”, agar pengetesan dapat dilakukan kapan saja di berbagai rumah sakit dan pusat kesehatan masyarakat dengan mudah. Alat ini juga sangat efektif untuk digunakan di bandara dan pelabuhan, karena dapat menghemat waktu, dan pengetesan yang saat ini dilakukan secara terpusat di satu lokasi, selanjutnya bisa dilakukan secara terpencar di beberapa tempat sekaligus.
Dengan metode konvensional, pengetesan hanya bisa dilakukan secara terpusat, dan orang yang diduga terinfeksi virus korona Wuhan harus menunggu hasil paling cepat 48 jam. Alat yang dikembangkan ITRI ini bisa memperlihatkan hasil dalam waktu 1 jam, sehingga dapat menghemat waktu, mengurangi tingkat stres tenaga medis, dan mengurangi jumlah tenaga medis yang harus diturunkan ke lapangan.
Metode yang biasa digunakan untuk mendeteksi virus korona Wuhan adalah dengan menggunakan molekul asam nukleat virus, nukleokapsid, dan antibodi, yang dapat diterapkan untuk mendeteksi masa inkubasi, infeksi, dan pemulihan. Metode yang dikembangkan ITRI dapat mendeteksi keberadaan virus pada masa inkubasi antara 0-7 hari ketika konsentrasi virus masih rendah.
Sistem pendeteksi asam nukleat molekuler ini mirip dengan metode qPCR, dan memiliki tingkat akurasi hingga di atas 90%. Selain itu, alat ini sangat ringan dan praktis untuk dibawa berpindah tempat, karena hanya memiliki berat 600 gram, sedangkan alat pengetesan konvensional memiliki berat 34,2 kilogram.
Saat ini, ITRI sudah bekerja sama dengan pihak industri, pemerintah, lembaga penelitian, Rumah Sakit Kementerian Pertahanan Nasional, dan 4 perusahaan untuk memproduksi alat ini secara massal. Diperkirakan pada akhir bulan Juli mendatang, teknologi ini sudah bisa dialihkan ke perusahaan dan siap untuk memasuki tahap produksi, agar dapat segera digunakan oleh tenaga medis yang bekerja di garis depan.