Kembali ke konten utama
NIA Dorong Penduduk Migran untuk Berani Mengejar Cita-cita
New Southbound Policy。NIA menjelaskan penduduk migran yang datang ke Taiwan berkesempatan untuk menggapai cita-cita sesuai dengan keahlian dan talenta yang mereka miliki, dan NIA menyediakan dana hibah untuk membantu penduduk migran mewujudkan impian. (Foto oleh NIA)
NIA menjelaskan penduduk migran yang datang ke Taiwan berkesempatan untuk menggapai cita-cita sesuai dengan keahlian dan talenta yang mereka miliki, dan NIA menyediakan dana hibah untuk membantu penduduk migran mewujudkan impian. (Foto oleh NIA)



Tanggal 11 Oktober diperingati sebagai Hari Anak Perempuan Internasional, dan untuk memperingati hal tersebut, pos pelayanan Badan Imigrasi Nasional (NIA) di Taipei menyelenggarakan kelas pendidikan keluarga dan penyuluhan tentang hukum untuk penduduk migran. Dalam kegiatan tersebut, NIA yang menghadirkan narasumber peraih dana hibah untuk memaparkan kisah perjalanannya, dan berbagi pengalaman untuk mendorong para penduduk migran mengejar impian mereka.     
 
PBB menilai bahwa meningkatkan kemampuan anak perempuan, berinvestasi untuk pengembangan anak perempuan, dan mendorong anak perempuan untuk melakukan pengambilan keputusan adalah elemen yang sangat penting dalam mendorong perkembangan ekonomi, mengentaskan kemiskinan, serta menghilangkan diskriminasi dan kekerasan. Oleh karena itu, demi mendorong berbagai negara untuk menaruh perhatian terhadap investasi dan pembinaan perempuan, agar anak perempuan dapat memperoleh hak dan pengasuhan sebagaimana mestinya, PBB menetapkan tanggal 11 Oktober sebagai Hari Anak Perempuan Internasional.
 
Dalam kelas pendidikan keluarga tersebut, disediakan produk kerajinan bunga hias yang terbuat dari kain non-woven (kain bukan tenunan) untuk diberikan kepada pasangan, dan memperlihatkan kekuatan perempuan sebagai kekuatan baru dalam masyarakat di negara modern.   
 
Narasumber yang dihadirkan oleh NIA adalah seorang penduduk migran bernama Liu Wei-hua. Sebelum datang ke Taiwan, ia bekerja sebagai guru prakarya di SMA. Setelah menikah dan pindah ke Taiwan, ia memutuskan untuk merawat anak dan keluarga, dan menghentikan sementara perjalanannya mengejar impian di bidang pembuatan kerajinan tangan.
 
Setelah berselang 17 tahun, Liu Wei-hua tetap tidak dapat melupakan cita-citanya. Ia kemudian mendengar informasi tentang pemberian dana hibah dari NIA melalui seorang teman, dan kini ia berhasil menyelenggarakan pameran serta mendirikan workshop sendiri.   
 
Seorang penduduk migran lainnya yang bernama Zhang Wei-li, adalah seorang guru taman kanak-kanak sebelum pindah ke Taiwan, dan memiliki sertifikasi di bidang kaligrafi. Ia berharap dapat memanfaatkan keahlian dan kemampuannya dalam komunitas kaligrafi di Taiwan.  
 
NIA menjelaskan penduduk migran yang datang ke Taiwan berkesempatan untuk menggapai cita-cita sesuai dengan keahlian dan talenta yang mereka miliki, dan NIA menyediakan dana hibah untuk membantu penduduk migran mewujudkan impian.