Kembali ke konten utama
Menjembatani Dunia dengan Buah Pohon Buah Baru Mengakar di Taiwan
2022-07-11

Tanah Taiwan yang subur, teknik penanaman yang unggul memungkinkan beragam jenis tanaman buah tropis mengakar di tempat ini sehingga memberikan semakin banyak pilihan bagi masyarakat.

Tanah Taiwan yang subur, teknik penanaman yang unggul memungkinkan beragam jenis tanaman buah tropis mengakar di tempat ini sehingga memberikan semakin banyak pilihan bagi masyarakat.
 

Pada era tahun 1980-an, Taiwan mengimpor buah abiu (Pouteria calmito) yang merupakan produk buah lokal dari lembah sungai Amazon. Melalui pengembangbiakan yang selektif, tanaman abiu Taiwan menghasilkan buah yang bulat dan padat, serta cita rasa daging buah sungguh manis. Sejak masa pendudukan Jepang Taiwan telah mendatangkan aneka ragam buah tropis seperti sawo apel (Chrysophyllum cainito), sawo manila (Manilkara zapota) dan lainnya, yang ditanam secara sporadis di kawasan tengah dan selatan. Hingga beberapa tahun terakhir, buah-buahan ini semakin populer dikabarkan dari mulut ke mulut pada kalangan penduduk imigran baru dan pekerja migran asing sehingga menciptakan peluang bisnis baru.

 

Pagi hari di musim dingin bertandang ke lahan perkebunan organik Feng Ho yang terletak di Desa Gaoshu, Pingtung. Lahan kebun seluas 2 hektar ditumbuhi satu demi satu pohon buah yang berbaris dengan rapi, memberi lingkup yang luas untuk ranting-ranting dan daun-daun pohon bebas berkembang dan menjalar.

 

Cita Rasa Manis dari Sungai Amazon

“Setelah dibelah dua, menggunakan sendok untuk mengeduk dagingnya, cara makan begini yang saya rekomendasikan.” Pemilik lahan perkebunan organik Feng Ho, Gary Zhuang mengatakan, ada cara makan yang lain yaitu dengan mengiris seperti buah citrus, lalu mengupas kulit dan mengasup dagingnya, akan tetapi cairan pada kulit buah mudah menempel dan mengotori tangan. Buah abiu yang dibelah dua terlihat daging berwarna putih susu, tekstur daging yang lembut dan kenyal, saat dicicip seperti jeli, apalagi setelah disimpan di kulkas dan menyantap buah dingin maka rasanya sangat menyegarkan, seakan-akan menyantap manisan bukan buah.

Rasa buah abiu sangat manis tidak masam, akan tetapi setiap orang memiliki jawaban yang berbeda-beda untuk mendeskripsikan rasanya. Gary Zhuang mengatakan, ada yang merasa aroma buah abiu seperti buah srikaya, juga ada yang bilang seperti buah leci, lengkeng bahkan ada yang beranggapan memiliki aroma manis madu.

Buah abiu berasal dari hutan hujan tropis kawasan sungai Amazon, bibit yang paling awal didatangkan dari Singapura pada tahun 1987 oleh Institut Penelitian Pertanian Taiwan, Eksperimen Hortikultura Tropis cabang Fengho (FTHEB) di bawah naungan Dewan Pertanian (COA). Setelah menjalani eksperimen ditemukan bahwa suhu yang tinggi dengan kelembapan yang cukup di kawasan Taiwan Selatan sangat cocok untuk pertumbuhan buah abiu. Direktur Pusat Pertanian Cerdas National Pingtung University of Science and Technology (NPUST), Yen Chung-ruey mengatakan, budi daya buah abiu yang paling awal di Taiwan memiliki bentuk yang menarik dan rasanya sangat manis, akan tetapi buahnya kecil, hanya 200 gram saja, memerlukan waktu 2,5 ~ 3 tahun baru panen buah, dan lagi tidak berbuah di musim dingin.

Pada era tahun 1990, Yen Chung-rey mendatangkan biji buah abiu dari Filipina. Walaupun bentuk buah abiu dari Filipina tidak seindah jenis buah abiu dari Singapura, akan tetapi rata-rata berat buah bisa mencapai antara 600-900 gram, lagipula waktu yang diperlukan dari penanaman biji hingga berbunga dan berbuah hanya 1,5 tahun, memiliki keunggulan yang tidak dimiliki buah abiu dari Singapura. Ini membuat Yen Chung-reuy semakin penasaran untuk terus mencoba, untuk itu mendatangkan lagi jenis lainnya dari Hawaii, Yen Chung-reuy terjun menekuni riset pengembangan buah abiu. “Pada awalnya hanya 30 butir biji buah dari Filipina, hingga saat ini masih ada lebih dari 20 pohon buah abiu yang tetap tumbuh dengan baik di Dali, Pingtung, bahkan masih terus berbunga dan berbuah setiap tahunnya!” tutur Yen Chung-ruey seraya tertawa.
 

Tanah Taiwan yang subur, teknik penanaman yang unggul memungkinkan beragam jenis tanaman buah tropis mengakar di tempat ini, memperluas imajinasi manusia terhadap cita rasa buah.

Tanah Taiwan yang subur, teknik penanaman yang unggul memungkinkan beragam jenis tanaman buah tropis mengakar di tempat ini, memperluas imajinasi manusia terhadap cita rasa buah.
 

Produsen Buah Abiu Terbesar Kedua Dunia

Buah abiu yang besar sangat menarik dan disukai, dan lagi sangat beradaptasi dengan iklim di bagian tengah dan selatan Taiwan, jika dibandingkan dengan buah mangga mulai dari penanaman biji hingga berbunga dan berbuah, memerlukan waktu 5 tahun, buah jeruk memakan waktu antara empat hingga lima tahun, buah persik memerlukan waktu 2 tahun, sementara penanaman buah abiu di Pingtung paling cepat satu setengah tahun telah berbunga. Apabila teknis pencangkokan berjalan dengan baik maka berkemungkinan akan lebih cepat lagi. Ditambah lagi kurangnya risiko serangan hama, asalkan dibungkus dengan rapi, diberi pupuk dengan baik karena buah abiu termasuk tanaman buah yang mudah pengelolaannya.

Walaupun buah abiu Taiwan pada awalnya didatangkan dari Asia Tenggara, tetapi Asisten Periset Liu Pi-chuan dari FTHEB menyampaikan, sekarang ini tidak banyak negara di dunia yang menanam buah abiu, misalkan Australia juga menjalani riset pengembangbiakan buah ini, tetapi tidak berskala besar. Jika dilihat dari lahan penanaman buah abiu, saat ini lahan tanam buah abiu di Taiwan hampir mencapai 300 hektar, selain negara asal produksi, Taiwan menjadi satu-satunya yang mengembangkan budi daya buah abiu.

 

Gemerlap Buah Baru

Sembari tertawa Gary Zhuang mengemukakan, ia telah menanam buah abiu sejak hari pertama terjun dalam dunia pertanian, sebelumnya ia pernah ditugaskan menjadi manager di pabrik teknologi di Daratan Tiongkok. Belasan tahun yang lalu, karena ia ingin menemani kedua orang tuanya maka memutuskan kembali memulai lembaran hidup baru di Taiwan. Di usia 40 tahun lebih, Gary Zhuang memutuskan untuk bercocok tanam, ia mengetahui sebagai petani pemula tidak bisa bersaing dengan para petani senior yang kaya akan pengalaman, membuatnya semakin ingin memulai dengan buah-buahan eksotis yang langka.

Gary Zhuang mengungkapkan, buah abiu tidak bisa disimpan lama dan tidak boleh terbentur, sekali terbentur maka bagian luar akan bermunculan bintik-bintik, kondisi demikian bisa memengaruhi nilai jual, maka tidak cocok untuk penjualan di pasar tradisional. Landasan penjualan Gary Zhuang berfokus pada produk buah tangan dengan layanan pengantaran, budi daya buah abiu telah berjalan selama 13 tahun, hingga saat ini ia sudah memiliki banyak pelanggan tetap.

Buah abiu sejak didatangkan ke Taiwan hingga sekarang baru berjalan 30 tahun, tetapi berkat upaya dari pakar dan petani buah hingga saat ini, secara bertahap menyeleksi varietas yang berkualitas unggul.
 

Gary Zhuang bersikeras mengadopsi teknik organik dalam bercocok tanam, tabur tuai yang diupayakannya menghasilkan buah yang manis.

Gary Zhuang bersikeras mengadopsi teknik organik dalam bercocok tanam, tabur tuai yang diupayakannya menghasilkan buah yang manis.
 

Taiwan Gudang Buah Tropis

Selain buah abiu, sawo apel yang termasuk dalam kelompok famili sapotaceae, dalam beberapa tahun ini juga menarik perhatian masyarakat. Sawo apel di Taiwan ada yang kulitnya berwarna ungu gelap, berkulit hijau, atau persilangan dari keduanya yang berwarna merah muda, karena  buah sawo apel dibelah secara horizontal, di dalamnya terlihat susunan biji berbentuk bintang sehingga di Taiwan sawo apel dinamakan apel bintang. Daging sawo apel terdapat cairan putih, warga Vietnam menjulukinya sebagai “vú sữa” yang artinya susu. Seiring dengan kedatangan imigran baru asal Vietnam di Taiwan, sawo apel memiliki nama lain, yaitu niunai guo dalam Bahasa Mandarin yang artinya buah susu.

Buah sawo apel yang bisa dimakan, dipotong lalu memakai sendok dikeduk dagingnya, juga bisa mencoba cara makan ala orang Vietnam yaitu buah sawo apel digosok dengan tangan, lalu mengorek lubang kecil dan memakannya dengan cara menghisap, daging yang licin tersedot ke mulut dan semakin terasa kelezatan buah vú sữa.

Jangan mengira buah sawo apel dan buah abiu adalah buah yang didatangkan masuk ke Taiwan baru-baru ini, sebenarnya buah ini pernah didatangkan oleh cendekiawan Jepang, Oshima Kintaro selaku kepala sekolah Taiwan Provincial Advanced Academy of Agronomy and Forestry (sekarang: National Chung Hsing University, NCHU) pada masa pendudukan Jepang tahun 1924. Buah-buah yang sering disajikan di atas meja yakni sawo mentega, durian, sawo manila dan buah tropis lainnya, semua ini didatangkan masuk ke Taiwan pada masa pendudukan Jepang. Seorang penulis buku flora tropis, dengan nama pena “Fat-fat Tree Tropical Rainforest”, Wang Jui-min telah menghabiskan banyak waktu menganalisa tanaman dari negara tropis, ia mengatakan, pada masa pendudukan Jepang, Taiwan sangat populer dengan bercocok tanam tumbuhan tropis, jika melihat letak garis koordinat lintang maka Taiwan lebih cocok dibandingkan dengan Jepang, sehingga menjadikan Taiwan sebagai markas penting penelitian tanaman tropis dan mendatangkan banyak buah tropis ke Taiwan.

Wang Jui-min menyampaikan, walaupun masa pendudukan Jepang telah usai, beberapa buah tropis ini masih terus ditanam secara sporadis di kawasan tengah dan selatan Taiwan, sejak masa kecil ia pernah mendapati beberapa jenis di pasar bunga di Taichung, akan tetapi jumlahnya tidak banyak. Hingga setelah era tahun 1990, penduduk imigran baru dan pekerja migran asing datang ke Taiwan, mereka menemukan ternyata di Taiwan juga ada buah kampung halaman mereka dan membelinya untuk melepas rindu, situasi inilah yang menyebabkan semakin banyak warga Taiwan ikut bercocok tanam buah ini.

Seiring dengan waktu tinggal penduduk imigran baru di Taiwan semakin lama, sebagian penduduk migran mulai  menanam sayur dan buah dari kampung halamannya, seperti penduduk imigran baru asal Vietnam, Pham Thi-thu yang tinggal di Pingtung.

Pham Thi-thu dengan tersenyum berkata, “Dulu pekerjaan saya di Vietnam adalah penjahit, sebagai guru, tidak bisa menanam sayuran.” Namun setelah menikah di Taiwan, merasakan saudara sekampung yang rindu dengan buah-buah Vietnam, maka terlintas gagasan untuk mencoba menanamnya. Pernah mengalami serangan angin topan, semua bibit tanaman rusak tanpa tersisa, tetapi Pham Thi-thu tetap optimis dan selalu tersenyum lebar untuk memulai lagi, melalui uji coba selama belasan tahun, secara perlahan-lahan memperluas skala ladang buahnya. Hingga hari ini, di kebun Pham Thi-thu bisa ditemukan buah sawo apel, rambutan, kurma, durian, nangka, kedondong dan beragam buah tropis lainnya, seakan-akan berkunjung ke kerajaan Asia Tenggara. Tidak heran jika Pham Thi-thu berkata, setiap kali saudara-saudara sekampungnya berkunjung kemari, mereka sangat bergembira, karena setiap sudut melihat buah-buahan yang tidak asing, layaknya pulang ke kampung halaman sendiri.

 

Buah Baru Hadirkan Peluang Bisnis Baru

Berbeda dengan buah yang disukai oleh orang Taiwan adalah rasa buah yang cenderung manis, kebanyakan buah Asia Tenggara memiliki rasa masam, Wang Jui-min menyampaikan, karena cuaca setempat panas, rasa masam bisa merangsang nafsu makan. Walaupun beberapa buah Asia Tenggara terasa masam kecut, membuat orang Taiwan tidak terbiasa, akan tetapi sebenarnya, sebagian besar buah memiliki perjalanan sejarah lebih lama di Asia Tenggara daripada di Taiwan, dengan demikian juga berkembang budaya kuliner yang beragam.

Misalkan buah pisang, warga Taiwan terbiasa dengan langsung menyantap buah pisang, sementara di Asia Tenggara lebih disukai pisang nipah yang bisa dimasak, lagi pula ada banyak cara mengolah buah ini seperti pisang goreng, atau ditambah dengan mutiara sagu diolah menjadi minuman manis, dibungkus ke dalam bakcang, atau dibuat seperti tusukan sate dan dipanggang yang memberikan aneka cita rasa. Sedangkan buah kedondong yang kecut,  warga Asia Tenggara terbiasa menyantapnya dengan cocolan garam atau dimarinasi dengan cabai, rasanya bukan buah segar lagi melainkan seperti menu sayuran acar, dengan rasa asam pedas yang sangat menggugah selera. Beberapa cita rasa yang spesial dapat dirasakan saat mengunjungi beberapa lokasi seperti di ASEAN Square di Taichung, “Little Manila” di Jalan Zhongshan North di Kota Taipei, pasar Muzha di Distrik Wenshan, Kota Taipei, inilah aneka cita rasa ini bisa dicicipi di Taiwan.

Wang Jui-min mengatakan, teknologi pembibitan di Taiwan sangat bagus, beragam jenis buah dapat berkembang dengan baik, ditambah lagi dalam beberapa tahun terakhir ini masa musim dingin di Taiwan lebih pendek, membuat buah tropis semakin mudah beradaptasi dan hidup. Sementara jarak antara Asia Tenggara dan Taiwan cukup dekat, maka dimulai dari menanam buah Asia Tenggara. Namun, di Taiwan sudah ada orang yang mendatangkan tanaman dari Amerika Latin, Wang Jui-min sendiri pernah mencicipi buah yang sangat umum ditemukan di Amerika Latin di Taiwan yakni buah ice cream-bean (Inga edulis). Wang Jui-min sangat berharap di masa depan semakin banyak buah yang dapat hidup mengakar di Taiwan, memperkaya cita rasa Taiwan, juga membuat kerajaan buah Taiwan semakin dipenuhi dengan aneka buah yang berlimpah ruah.

 

MORE

Menjembatani Dunia dengan Buah Pohon Buah Baru Mengakar di Taiwan

 

Video