Kembali ke konten utama
Orang Asing Tertarik dengan Dewi Mazu Merasakan Cinta Tanpa Keegoisan dari Arak-Arakan
2022-09-19

“Tim kru satu orang” dari Logan Beck telah membuat 400 lebih video dengan tema panorama, kuliner dan budaya Taiwan selama 5 tahun lebih. (Foto: Jimmy Lin )

“Tim kru satu orang” dari Logan Beck telah membuat 400 lebih video dengan tema panorama, kuliner dan budaya Taiwan selama 5 tahun lebih. (Foto: Jimmy Lin )
 

Apakah yang menjadi daya tarik dari Kegiatan Prosesi dan Arak-Arakan Dewi Mazu? Youtuber “LoganDBeck” yang berasal dari Amerika Serikat di tengah syuting Arak-Arakan Dewi Mazu, ia menghadap ke lensa kamera sambil menyerukan “Ini adalah panggilan hidup saya!” kekayaan ragam isi dari kepercayaan tradisional Taiwan, bahkan membuat Reed Giovannetti mengubah jurusan yang diambil dengan meneliti budaya kepercayaan. Reed Giovannetti yang saat ini menetap di kota sejarah Chiayi, menjelajahi kuil-kuil di kota tersebut, serta membuat film dokumenter “Food Street” seri Taiwan mempromosikan kuliner setempat melalui Neflix.

 

Prosesi Arak-Arakan Dewi Mazu yang mendapat predikat sebagai salah satu dari 3 kegiatan besar keagamaan dunia oleh Discovery, kegiatan arak-arakan selama 9 hari 8 malam dengan jarak tempuh melebihi 300km, para umat mengiringi Dewi Mazu dari Dajia, Taichung hingga ke Beigan, Chiayi untuk Prosesi Arak-Arakan, kemudian kembali pulang, dengan memanjatkan doa memohon keselamatan dan kesehatan.

Suara gong, gendang dan petasan memenuhi langit di sepanjang jalan, juga tersedia makanan dan minuman yang diberikan secara gratis untuk memberikan energi dan kekuatan kepada peziarah arak-arakan ini. mengikuti arak-arakan Dewi Mazu dari berbagai tempat di Taiwan tidak saja dapat mengenal adat istiadat setempat dengan cepat, tetapi juga dapat menemukan makanan tradisional Taiwan di sekitar kuil, yang menarik YouTuber asing di Taiwan untuk merasakan pengalaman, dan semakin memahami budaya pulau ini.

 

Dokumenter Bagi Dewi Mazu

Logan Beck yang bercita-cita menjadi sutradara Discovery, dengan cara lain mewujudkan cita-citanya di Taiwan. Agar beradaptasi dengan kehidupan lokal, mendalami budaya Taiwan, Logan Beck memulai dari Prosesi Kuil Nanyao Changhua di dekat rumah tinggalnya. Selama perjalanan, setiap kali singgah pada sebuah desa, Logan Beck akan dengan antusias menanyakan pada kerumunan orang di sekitarnya, “Apakah kalian senang?” dan pasti menarik kerumunan orang bersama-sama menghadap ke lensa sambal berteriak “Senang!”

Pada awalnya Logan Beck hanya ingin berbagi potret kehidupannya dengan keluarga di Amerika Serikat, tetapi ia mendapati: “Lama-kelamaan saya merasa bahwa Taiwan memiliki banyak keunikan tersendiri.” Sehingga ia mempunyai target memperkenalkan Taiwan pada dunia. Dalam filmnya Logan Beck dengan jelas menceritakan kisah Dewi Mazu, kisah ritual prosesi, dan dengan menggunakan lensa close-up menghadirkan detail yang biasanya diabaikan oleh pemirsa, misalnya detail Jubah Phoenix Dewi Mazu, persenjataan dan papan warna-warni yang dibawa para prajurit pengawal Dewi Mazu, juga para pemuka agama yang berjubah warna-warni berbaris rapi dengan memegang instrumen ritual.

Lima tahun berjalan, konten video Prosesi Dewi Mazu yang dibuat Logan Beck semakin lama semakin beragam, dengan mencontoh Sutradara Michael Bay dari Amerika Serikat yang diidolakannya, ia tidak pernah berhenti menciptakan “keseruan”. Pada suatu tahun, dalam Arak-Arakan Dewi Mazu Beigang Kuil Chao-tian, Kabupaten Yunlin, ia merekam ritual barisan Zhentou (tīn-thâu) dari Kuil Fuhai di Zhuwei Taoyuan yang memanggul “Kereta Tandu Terbang” yang membuat dua orang pemanggul tandu terlempar dan berputar sebagai tanda Dewa datang, rekaman video ini menarik banyak komentar pujian dari netter Taiwan, memuji Logan Beck dapat mengabadikan kesenian tradisional rakyat yang langka dengan teknik pengambilan gambar yang dapat disamakan dengan saluran National Geographic.

 

Sudut Pandang Baru di Setiap Arak-Arakan

Ketika mengikuti kegiatan prosesi di Kuil Nanyao Changhua, pada awal film Logan Beck memperlihatkan sejarah dimulainya “rombongan prosesi pertama Taiwan”, yang merupakan prosesi Dewi Mazu perdana dalam sejarah Taiwan, rombongan prosesi akan mengarak Dewi Mazu pulang ke api dupa Bengang. Pada rute kembali pulang, Logan Beck juga turut berpartisipasi dalam kegiatan “Arak-Arakan Menyeberangi Sungai” yang berlangsung 3 tahun sekali, ini adalah tradisi kegiatan sebelum adanya jembatan penyebrangan sungai di kawasan tersebut, untuk itu rombongan prosesi arak-arakan harus melewati sungai. Ketika mengambil gambar pada saat itu, terdapat 10 ribu lebih umat yang turun ke sungai melangkah maju bersama dengan Dewi Mazu, sedangan Logan Beck juga langsung turun ke sungai bersama dengan mereka, dan setelah berteriak lantang: “Saya ingin merasakan arak-arakan menyeberangi sungai!” begitu suara beeep terdengar, seluruh badan berbaring masuk ke sungai, sehingga membangkitkan sorakan banyak orang.

  Perayaan menyambut Dewi Mazu di Kuil Chaotian Beigang akan ditandai dengan penyalaan petasan dalam jumlah yang besar, mendapat predikat “Tiga Besar Petasan di Taiwan” bersama dengan Petasan Dewa Han Dan Taitung dan Petasan Yanshui Tainan. Suara petasan layaknya suara petir menyambar, membuat Logan menghadap ke kamera dan berkata, “Telinga saya sakit sekali!” Setelah Prosesi dan Arak-Arakan mulai bergerak, pertunjukan tradisional Zhentou (tīn-thâu) dan “pavilion seni manusia asli” membentang beberapa kilometer, anak-anak dengan pakaian tradisional kuno di atas mobil hias berjalan sambil membagikan permen keselamatan, ini juga menjadi kekhasan arak-arakan Dewi Mazu Beigang.

Jalur Arak-Arakan Dewi Mazu Dajia adalah tetap, beberapa tahun terakhir ada umat yang mengembangkan aplikasi penentuan posisi berdasarkan waktu nyata Dewi Mazu Dajia, untuk itu Logan Beck memujinya, “Sangat akurat!”

 

Merasakan Cinta Tanpa Keegoisan

Tidak peduli jalur manapun, Logan Beck selalu merasakan keramahan dari orang Taiwan. Terlihat sepanjang jalan tersedia makanan gratis, sambil bergurau Logan mengatakan, “Ini layaknya rumah makan buffet terbesar di seluruh dunia.”

Membicarakan pengalaman yang paling berkesan bagi Logan Beck dalam mengikuti prosesi arak-arakan, selain keramahan dari warga Taiwan, ia juga memperhatikan tim kebersihan yang berinisiatif sendiri menyapu jalan, setiap umat menggunakan cara yang berbeda untuk menyampaikan terima kasih kepada Dewi Mazu.

Kegiatan Arak-Arakan Dewi Mazu dengan semangat tanpa keegoisan telah membuat Logan Beck terharu, ia juga mengajak teman yang juga orang asing untuk ikut berpartisipasi bersamanya, dan menyiapkan banyak biskuit dan minuman untuk dibagikan kepada para umat, tetapi tidak menyangka, setiap kali mereka memberikan satu makanan, yang menerima juga memberikan sebuah bento (nasi kotak), sehingga akhirnya mereka merasakan begitu besarnya keramahan warga Taiwan saat melihat kotak yang penuh dengan makanan.
 

Reed Giovannetti

 

Berjodoh dengan Kota Tua di Taiwan

Membuka Instagram Reed Giovannetti dengan nama akun findmeinchiayi (diartikan dalam Bahasa Indonesia: datanglah ke Chiayi mencari saya), foto-foto di dalamnya selain foto kuliner dan pemandangan Chiayi, juga ada kuil dan patung dewa, 3 foto diantaranya merupakan foto saat ia berlatih sebagai “Shejiajiang” (prajurit Ba-Ja-Jiang) dalam pertunjukan di Kuil Shanhaizen.

Lokasi tempat ia mengajar bertepatan dengan kota tua Taiwan yakni Tainan dan Chiayi, keluarga angkatnya dengan antuasias mengajaknya ke banyak kuil di bagian selatan Taiwan, ketika ia sampai di Nankunshen, ia melihat gerakan Tong Ji yang tengah menyelenggarakan ritual. “Menurut saya hal itu sangat keren sekali! Saya juga pernah melihat Qi Ye Ba Ye (Kakek ke-7 & Kakek ke-8), tetapi belum pernah melihat Tong Ji.” Ujar Reed Giovannetti sambil mengangkat kedua tangannya meniru gaya Tong Ji beratraksi.

Pertemuan dengan Tong Ji pada waktu itu menjadi titik balik bagi nasibnya. Sebenarnya jurusan kuliah yang diambil Reed Giovannetti adalah Psikologi Biologis, tetapi setelah menyaksikan ritual Tong Ji, ia pulang kembali ke Amerika Serikat untuk mengganti jurusannya menjadi psikologi dan agama kepercayaan. Ia sudah pernah ke Singapura, Indonesia, Malaysia, Thailand, Myanmar, dan Jepang, tetapi setiap tiba di satu negara ia pasti teringat dengan hari-hari saat berada di Taiwan, “Negara-negara tersebut semuanya sangat luar biasa, tetapi Taiwan telah menjadi tolok ukur bagi saya.” Untuk itulah ia akhirnya memutuskan untuk kembali dan tinggal di Chiayi.

 

Dari Kuil Terlihat Sejarah dan Seni Taiwan

Di mata kebanyakan orang Taiwan, Chiayi adalah sebuah desa, tetapi bagi Reed Giovannetti, Chiayi merupakan kota tua yang penuh dengan sejarah. Banyak kuil yang memiliki sejarah panjang di Chiayi. Setiap tahunnya, rombongan prosesi pertama Taiwan Kuil Nanyao Changhua akan ke Kuil Tianhou Xingang untuk mengganti jubah phoenix Dewi Mazu Kuil Nanyao, baru kemudian pulang.

Mengikuti Reed Giovannetti mengunjungi kuil di kawasan kota Chiayi, melewati jalan di kawasan barat kota yang sudah akrab dengannya, membawa tim wawancara ke kuil “Guang Xiang Jing” sebuah kuil tua Dewa Kekayaan bersejarah 200 tahun lebih yang tersembunyi di dalam jalan kecil, yang sempat dibom pada masa Perang Dunia Kedua, setelah restorasi kuil ini memberikan nuansa tenang dan damai.

Menelusuri jalan Zhong Zheng yang merupakan jalan teramai di Chiayi, menuju ke kuil Cheng Huang (City God Temple) di kawasan timur kota, bangunan bersejarah yang telah berusia lebih dari 300 tahun. Dewa Cheng Huang mengendalikan Yin dan Yang, adil dan tidak memihak dan merupakan dewa pelindung setempat. Begitu memasuki kuil, Reed Giovannetti menunjuk pada langit-langit Delapan Trigram yang tinggi dan berkata, “Ini hanya bergantung pada penyambungan kayu, tidak menggunakan 1 paku pun, sangat mempesona.”

Terakhir mengunjungi Kuil ShuangZhong yang berada di sekitar Kuil Cheng Huang, meskipun kuil ini tidak besar, tetapi merupakan kuil dengan sejarah terpanjang di Chiayi, didirikan sekitar 350 tahun lalu dengan dua jenderal besar Dinasty Tang ditemani dengan Dewa Harimau. “Kalian lihat ke langit-langit, juga terdapat pola harimau, sangat istimewa.”

 

Berharap Anda Jatuh Cinta Pada Chiayi

Ketika menanyakan berapa kali Reed Giovannetti mengikuti Arak-Arakan Dewi Mazu? Ia berpikir sebentar lalu mengatakan, “Dajia tiga kali, Arak-Arakan Dewi Mazu Baishatun, Ximen, dan Beigang semua pernah, juga Arak-Arakan Dewa Xuanwu. Saya tidak hanya suka dengan Dewi Mazu, tetapi juga suka Dewa Guan Gong, Dewa Harimau, Guan Yin….” Dan yang paling terkesan dari arak-arakan adalah kentalnya sentuhan manusia, membuat ia berkata “Semuanya sangat ramah, luar biasa!”

Karena pemahaman dan kesukaannya akan budaya agama dan kepercayaan Taiwan, Reed Giovannetti mendapat undangan dalam acara televisi Taiwan “God bless Baodao” untuk bersama-sama mengikuti Prosesi Baishatun, juga karena itulah ia turut dalam She-Jia-Jiang di Kuil Shanhaizen. Pada saat itu, ia mendapatkan persetujuan dari Wang Ye, kemudian menjalani pola makan vegetarian selama 9 hari berturut-turut, mengikuti latihan Zhentou (tīn-thâu), “Paha saya sangat pegal!” Reed Giovannetti berkata sambil tertawa menepuk pahanya. Pada saat pertunjukan Zhentou (tīn-thâu), ia harus mengenakan riasan pada wajah untuk mengundang Dewa masuk ke dalam tubuhnya, rekan anggotanya mengatakan kepada Reed Giovannetti, “Kamu adalah orang asing pertama yang “kāi liǎn” (membuka wajah untuk mengundang dewa) di Taiwan.”

Menetap di Taiwan selama 8 tahun, ia telah memandu sahabat-sahabat dari 17 negara ke Chiayi, mengajak mereka mengunjungi Kuil Xingang Fentian, Kuil Chaotian, Kuil Mazu Ximen dan lainnya. Ia menjelaskan mengapa saat mengunjungi kuil harus “masuk dari sebelah kanan, keluar dari sebelah kiri”, bagaimana Mazu dari manusia biasa menjadi dewi yang kekal abadi, juga mengajak menyantap makanan, menyaksikan peninggalan sejarah, hanya dengan harapan pada saat mereka meninggalkan Chiayi juga dapat jatuh cinta pada Chiayi seperti dia, dari Chiayi melihat sejarah Taiwan.

 

MORE

Orang Asing Tertarik dengan Dewi Mazu Merasakan Cinta Tanpa Keegoisan dari Arak-Arakan

 

Video