Kembali ke konten utama
Presiden Tsai Terima Kunjungan Delegasi Hoover Institution
New Southbound Policy。Laksamana Ellis menyatakan ia dan delegasi datang untuk mendengar dan belajar, serta menegaskan komitmen masyarakat Amerika Serikat untuk mempererat kerja sama dengan Taiwan. Selaras dengan Taiwan Relations Act, hubungan kerja sama tersebut juga berkaitan dengan peningkatan kemampuan pertahanan Taiwan, serta kemampuan AS untuk mencegah dan menahan terjadinya penggunaan kekuatan di Selat Taiwan.
Laksamana Ellis menyatakan ia dan delegasi datang untuk mendengar dan belajar, serta menegaskan komitmen masyarakat Amerika Serikat untuk mempererat kerja sama dengan Taiwan. Selaras dengan Taiwan Relations Act, hubungan kerja sama tersebut juga berkaitan dengan peningkatan kemampuan pertahanan Taiwan, serta kemampuan AS untuk mencegah dan menahan terjadinya penggunaan kekuatan di Selat Taiwan.



Pada tanggal 23 Agustus Presiden Tsai Ing-wen menerima kunjungan delegasi dari Hoover Institution, Stanford University beserta lembaga terkait yang terlibat dalam “Project on Taiwan in the Indo-Pacific Region” (Proyek tentang Taiwan di Kawasan Indo-Pasifik). Presiden Tsai menyampaikan Pertempuran Artileri yang terjadi pada 23 Agustus 1958 memperlihatkan kepada dunia bahwa tidak ada ancaman yang dapat mengguncang tekad masyarakat Taiwan untuk membela tanah air.

Presiden Tsai menyeru mitra-mitra demokrasi untuk memperkuat aliansi, bersama-sama melawan campur tangan negara-negara otoritarianisme, demi melindungi perdamaian dan stabilitas regional. Presiden Tsai juga berharap Taiwan dan Amerika Serikat dapat mempererat kerja sama di berbagai bidang untuk menciptakan stabilitas dan kemakmuran yang lebih besar bagi masyarakat kedua belah pihak.

Hoover Institution adalah salah satu wadah cendekiawan (think tank) di bidang kebijakan publik yang paling berpengaruh di Amerika Serikat. Hasil penelitian yang dikeluarkan oleh Hoover Institution menjadi bahan referensi penting dalam pembuatan kebijakan bagi Pemerintah AS, dan merupakan sumber terpercaya bagi komunitas internasional untuk memahami situasi di Selat Taiwan.

Salah satu fokus penelitian Hoover Institution adalah ancaman yang ditimbulkan oleh Tiongkok. Hoover Institution juga mengombinasikan penelitian tersebut dengan Proyek tentang Taiwan di Kawasan Indo-Pasifik dan Satuan Khusus untuk Keamanan Nasional (Task Force on National Security), yang telah menghasilkan pembahasan lebih luas mengenai masalah-masalah yang berkaitan dengan Taiwan, serta meningkatkan pengakuan dan dukungan untuk Taiwan.   

Invasi Rusia terhadap Ukraina telah menimbulkan sorotan terhadap ekspansi berkelanjutan otoritarianisme. Dengan perjuangannya membela tanah air, masyarakat Ukraina telah menjadi inspirasi besar bagi seluruh dunia. Mereka telah memperlihatkan pentingnya melindungi demokrasi dan kebebasan.

60 tahun yang lalu dalam Perang Artileri yang terjadi pada tanggal 23 Agustus 1958, tentara Taiwan dan masyarakat sipil berjuang bersama untuk melindungi Taiwan, hingga kita dapat menikmati Taiwan yang demokratis seperti hari ini. Pertempuran untuk melindungi tanah air tersebut memperlihatkan kepada dunia bahwa tidak ada ancaman yang dapat menggoyahkan tekad masyarakat Taiwan untuk membela negara, baik di masa lalu, masa sekarang, maupun masa depan. Kita akan memperlihatkan kepada dunia bahwa masyarakat Taiwan memiliki tekad dan keyakinan untuk melindungi perdamaian, keamanan, kebebasan dan kesejahteraannya sendiri.  

Latihan militer Tiongkok di sekitar Taiwan yang terjadi baru-baru ini adalah ancaman signifikan bagi status quo di Selat Taiwan dan bagi seluruh kawasan. Negara-negara di kawasan dan mitra-mitra demokrasi global telah menyatakan keprihatinan serius terkait dengan tindakan Tiongkok. Selain itu, tantangan ini juga mengingatkan kita bahwa mitra demokrasi harus memperkuat kerja sama untuk melawan campur tangan negara-negara otoritarianisme, serta melindungi perdamaian dan stabilitas regional.   

Presiden Tsai mengucapkan terima kasih kepada Amerika Serikat dan negara-negara G7 atas dukungan untuk Taiwan, yang telah turut meneguhkan tekad Taiwan untuk mengonsolidasikan kemampuan pertahanan. Taiwan berdiri di garis terdepan dalam menghadapi ekspansi otoritarianisme, dan akan terus memperkuat otonomi pertahanan nasional.

Ketua delegasi Laksamana Ellis menyampaikan, “Dalam kunjungan ini saya membawa rombongan pakar di bidang urusan Taiwan, Republik Rakyat Tiongkok, kebijakan luar negeri AS, dan keamanan nasional. Meskipun memiliki pandangan yang berbeda mengenai masalah kebijakan domestik dan luar negeri, kami semua memiliki kekaguman yang sama terhadap pencapaian Taiwan sebagai sebuah masyarakat yang demokratis dan terbuka, serta sebagai salah satu ekonomi yang paling dinamis dan paling inovatif di dunia.

Delegasi tersebut menyatakan keprihatinan serius terkait dengan meningkatnya ancaman terhadap perdamaian dan stabilitas di kawasan Indo-Pasifik dan masyarakat Taiwan, serta tantangan bagi keamanan rantai pasokan semikonduktor yang dibutuhkan oleh seluruh dunia.  

“Kami percaya saat ini adalah saat yang sangat penting dibandingkan masa-masa sebelumnya bagi setiap masyarakat, dan lembaga di AS, serta negara-negara lainnya untuk menyatakan dukungan terhadap hak Taiwan sebagai  entitas demokrasi yang memiliki pemerintahan sendiri; untuk bekerja sama dengan perusahaan-perusahaan Taiwan khususnya di bidang teknologi mutakhir; serta untuk menjaga hubungan erat dan solidaritas dengan masyarakat Taiwan yang mencintai perdamaian,” ujar Laksamana Ellis.

Perbedaan inti antara demokrasi dan autokrasi adalah demokrasi menghargai pluralisme, dan mengenal kebenaran fundamental bahwa tidak ada seorang pemimpin atau partai apa pun yang memiliki, atau menganggap dirinya memiliki monopoli atas kebenaran.

Laksamana Ellis menyatakan ia dan delegasi datang untuk mendengar dan belajar, serta menegaskan komitmen masyarakat Amerika Serikat untuk mempererat kerja sama dengan Taiwan. Selaras dengan Taiwan Relations Act, hubungan kerja sama tersebut juga berkaitan dengan peningkatan kemampuan pertahanan Taiwan, serta kemampuan AS untuk mencegah dan menahan terjadinya penggunaan kekuatan di Selat Taiwan.

Pertahanan tidak hanya melibatkan kemampuan militer, tetapi juga demonstrasi kesiapan, tekad, dan kewaspadaan di berbagai tingkatan untuk melawan intimidasi, disinformasi, dan intrusi zona abu-abu.

Laksamana Ellis mengatakan bahwa mereka juga ingin mengeksplorasi dan menyoroti ruang lingkup kerja sama saling menguntungkan Taiwan-AS di bidang teknologi, manufaktur, layanan kesehatan, pendidikan, energi, iklim, serta perdagangan dan kegiatan pertukaran lainnya.