Kembali ke konten utama
Pendidikan Dalam Bahasa Amis: Sekolah Komunitas Tamorak dan Pinanaman
2022-10-10

Pinanaman membantu anak-anak hidup dan belajar melalui bahasa ibu, meningkatkan kesadaran atas budaya komunitas dan melangkah dengan percaya diri ke masa depan.

Pinanaman membantu anak-anak hidup dan belajar melalui bahasa ibu, meningkatkan kesadaran atas budaya komunitas dan melangkah dengan percaya diri ke masa depan.
 

Di masa lampau, komunitas etnis berlainan yang tinggal di berbagai pelosok Pulau Taiwan berbicara dalam bahasa masing-masing yang beragam. Secara bertahap, dari mana pun mereka berasal, dengan belajar dari buku teks yang sama dan berbicara dalam bahasa yang sama, sehingga corak warna lokal pun berkurang. Untungnya, ada orang yang menyadari bahwa hilangnya bahasa akan disertai dengan pemutusan rantai budaya. Dengan menguasai bahasa ibu dan menyelami jati diri, dapat membangun kepercayaan diri di dunia.

 

ati wawa kayaten ko kamay
(Anak-anak, ayo bergandeng tangan)
kimolmol kita kayaten ko kamay
(Bergandengan tangan membentuk lingkaran)
taliyok sakero kita mapolong
(Berputar dan menari bersama)

 

Terdengar nyanyian riang. Anak-anak pun melongok dari atas pohon, melompat turun dari ayunan, berlompat-lompatan di samping guru dan dengan lantang menyanyikan lagu-lagu daerah dalam bahasa Amis, mengisyaratkan keharmonisan antara empat musim. Di sinilah Tamorak, sebuah sekolah komunitas yang terletak di perkampungan suku Amis di Makotaay, Kota Fengbin, Hualien.
 

Nakaw (kedua dari kanan) membesarkan ketiga putrinya dalam bahasa ibu, menjadi sebuah model inspirasi bagi orang tua lain di perkampungan suku adat asli.

Nakaw (kedua dari kanan) membesarkan ketiga putrinya dalam bahasa ibu, menjadi sebuah model inspirasi bagi orang tua lain di perkampungan suku adat asli.
 

Bukan Hanya Mata Pelajaran, Bahasa Ibu Adalah Kehidupan

Memasuki Tamorak, mode bahasa kontan berubah. Bahasa utama di sekolah adalah bahasa Amis, pengunjung akan diingatkan untuk tidak berbahasa Han.

Bahasa ibu adalah bagian alami dari kehidupan sehari-hari di sini. Para guru Taman Kanak-Kanak menggunakan bahasa ibu untuk mengajari anak-anak cara membuat selimut wol dan menggambar lukisan dengan cat air. Mereka melantunkan pantun lagu menanam dengan lirik gubahan sendiri saat memimpin para murid untuk menggali tanah, menanam benih dan menyiram tanaman.

Anak-anak makan, bermain bahkan bertengkar juga menggunakan bahasa ibu, berarti hidup sepanjang hari dalam lingkungan Bahasa Amis. “Kalau mereka bergabung sejak taman kanak-kanak, kalau cepat dua bulan, paling lambat empat bulan, mereka akan bisa memahami, berbicara dan bernyanyi,” kata pendiri sekolah Lin Shu-zhao.

 

Ibu Adalah Guru Terbaik

Lin Shu-zhao yang mendirikan Tamorak sebagai sekolah komunitas berbahasa Amis pertama di Taiwan, sebenarnya adalah keturunan Tionghoa suku Han dan pembuat film dokumenter. Pada tahun 1998 ia diundang teman ke perkampungan Makotaay untuk membuat film dokumenter tentang kepala suku yang berusia 90 tahun. Lin Shu-zhao yang tidak mengenal bahasa Amis sepatah kata pun, mengikuti kepala suku ke mana pun beliau pergi, baik itu naik ke gunung atau turun ke laut. Lin Shu-zhao mencatat apa yang dikatakan menggunakan Bopomofo, simbol fonetik Mandarin yang digunakan di Taiwan, dan bertanya kepada teman-temannya tentang kosakata yang tidak ia mengerti. Untuk itu, kepala suku telah menjadi guru bahasa Amis pertamanya.

Terdorong rasa ingin tahu lebih banyak tentang kisah tanah ini, Lin Shu-zhao memilih untuk menetap dan mendapatkan nama Amis “Nakaw”. Sepanjang 20  tahun lebih di sana, ia bertemu dengan suaminya, kemudian menjadi menantu perempuan dan ibu dalam perkampungan suku Amis.

Setelah kelahiran putri pertamanya, Nakaw sengaja memilih untuk berkomunikasi dengannya dalam bahasa Amis. Meskipun tidak sepenuhnya fasih, sebagai seorang ibu yang gigih, ia membawa anaknya bersama-sama belajar kata-kata sederhana seperti warna dan binatang dari buku-buku lukisan. Suami dan ibu mertuanya, yang telah terbiasa berbicara bahasa Mandarin dengannya, juga tergerak untuk memberikan lingkungan berbahasa Amis bagi anak-anak.

Di sekolah dasar di perkampungan Makotaay tempat Nakaw mengajar, hampir semua muridnya adalah suku adat suku adat asli. Dalam sistem pendidikan berbasis budaya Han, pendidikan bahasa ibu sangat terbatas, sehingga pengenalan identitas budaya sendiri dari anak-anak perkampungan suku adat asli lambat laun menghilang, bahkan memiliki perasaan rendah diri. “Mereka sama sekali tidak mengenal diri sendiri, jadi bagaimana bisa mencintai diri sendiri dan kemudian mencintai dunia ini?” Nakaw mengeluh dengan penuh belas kasihan.
 

Kepala Sekolah Mayaw Biho membantu guru dalam memimpin anak-anak muda untuk terjun ke pegunungan dan menelusuri saluran air. Mendirikan sekolah adalah bukti solidaritasnya sebagai seorang suku adat asli.

Kepala Sekolah Mayaw Biho membantu guru dalam memimpin anak-anak muda untuk terjun ke pegunungan dan menelusuri saluran air. Mendirikan sekolah adalah bukti solidaritasnya sebagai seorang suku adat asli.
 

Tamorak di Tepi Laut

Keraguan dan ketidakberdayaan tentang pendidikan teratasi setelah Nakaw menemukan Metode Pendidikan Waldorf. Buku teks tidak digunakan di kelas. “Apa pun budaya lokalnya, itu yang kami ajarkan,” jelasnya. Nakaw menuju Sekolah Waldorf Ci-Xin di Yilan untuk studi lanjutan, kemudian mulai mempraktekkan metode pendidikan ini pada tiga anaknya di rumah. Hal ini perlahan-lahan memengaruhi beberapa ibu lain untuk mengadopsi pengajaran sepenuhnya dalam bahasa Amis untuk memperkenalkan dunia kepada anak-anaknya. Ini jugalah yang menjadi fondasi bagi berdirinya sekolah komunitas Tamorak.

Dengan belajar dari kehidupan sehari-hari, semua orang dewasa di perkampungan adalah guru bagi anak-anak ini. Untuk kelas pendidikan kehidupan, anak-anak diajarkan cara membuat sapu dengan mengumpulkan tanaman lokal. Untuk kelas pertanian, sekolah mencari petani Amis lokal sebagai guru yang mempraktikkan pertanian berkelanjutan. Saat guru mengajarkan anak-anak menanam luffa dengan menggunakan bahasa ibu, terlihat seekor kodok sedang melompat. Guru pun mengajarkan bagaimana membedakan kodok dari katak, serta mengingatkan bahwa munculnya kodok berarti mungkin ada ular di sekitarnya; juga memperkenalkan konsep rantai makanan dengan menambahkan bahwa elang ular jambul dapat menjerat ular sebagai santapan.

Perkampungan Makotaay berdekatan dengan laut, penduduknya pergi ke zona pasang surut untuk mencari bahan makanan. Tamorak mengatur kunjungan lapangan ke sana agar para siswa dapat mengenal dan belajar memetik sayuran liar di zona tersebut. Sepanjang jalan, apa yang anak-anak dengar, lihat dan cicipi adalah inti dari budaya lokal.

 

Pinanaman di Tepi Sungai Xiuguluan

Pinanaman Riverside Classroom adalah sekolah komunitas lain yang sepenuhnya menggunakan bahasa Amis, terletak di dekat Sungai Xiuguluan, Pinanaman memiliki keunikan sendiri.

Di tepi sungai, para guru dan orang tua memimpin sekelompok anak-anak untuk menyapa arwah sungai dan leluhur suku dengan anggur millet, kemudian membawa anak-anak menelusuri sungai. Orang dewasa dan anak-anak berdiri di dasar sungai sambil bergandeng tangan dan menyanyikan lagu-lagu balada Amis. Mereka yang tidak ingin bergabung bermain-main di lumpur, tidak dipaksa masuk ke dalam air, kalau menangis akan ada anak-anak lain yang datang melipur. Orang dewasa jarang ikut campur tangan, karena Pinanaman menghargai pola pikir setiap muridnya.

Kelas di Pinanaman selalu menarik dan menyenangkan, anak-anak bernyanyi, menari, menanam sayuran, membuat kue, anak-anak berada dalam suasana riang gembira belajar bagaimana berjalan di atas batu licin dengan menggunakan gerakan tubuh agar tidak terpeleset dan jatuh. Anak-anak pergi ke sungai sepanjang tahun untuk merasakan perubahan dan mengenal berbagai tanaman dan hewan pada musim yang berbeda. Alam menyediakan materi pembelajaran di mana-mana.

Para guru membawa anak-anak untuk mengumpulkan sayuran liar di sepanjang sungai dan belajar tentang tanaman, sementara ibu-ibu di perkampungan menyiapkan api untuk memasak sup sayuran liar yang lezat. Ditambah dengan dekorasi bunga-bunga yang dipetik dari tepi sungai di atas tikar piknik, bahan-bahan lokal segar terasa semakin menggiurkan, dan makan siang pun menjadi pesta santapan yang estetis. Mayaw Biho, yang oleh murid-muridnya disebut sebagai Kepala Sekolah Mayaw, tertawa saat mengungkapkan bahwa ia sering ditanya: Bagaimana cara menguasai bahasa ibu? Berapa jam kelas setiap minggu? Dan ia selalu menjawab, “Kami tidak memiliki kelas bahasa ibu. Kami belajar segala sesuatu dengan menggunakan bahasa ibu.”
 

Pinanaman membantu anak-anak hidup dan belajar melalui bahasa ibu, meningkatkan kesadaran atas budaya komunitas dan melangkah dengan percaya diri ke masa depan.

Pinanaman membantu anak-anak hidup dan belajar melalui bahasa ibu, meningkatkan kesadaran atas budaya komunitas dan melangkah dengan percaya diri ke masa depan.
 

Bersama-sama Membayangkan Masa Depan

Mayaw sering menjadi pembicara tamu di sekolah-sekolah di seluruh Taiwan, berbicara dengan anak-anak tentang pemulihan nama dan menggambar peta perkampungan suku adat asli. Diskriminasi dan ejekan yang dialami oleh anak-anak suku adat suku adat asli memang tidak pernah ada habisnya, mereka harus tumbuh dewasa dengan luka itu. Hanya dengan menyelami akar sendiri baru bisa membangun kepercayaan diri. Mayaw berharap apa yang dikatakannya bisa mendorong anak-anak untuk mencari jawaban siapakah mereka sebenarnya. Mendirikan sekolah bahasa Amis adalah salah satu upaya jangka panjang dalam gerakan hak suku adat asli.

Terinspirasi oleh Tamorak, Mayaw mengumpulkan sekelompok anak muda untuk berdiskusi tentang imajinasi pendidikan dan masa depan komunitas mereka. Ada tiga pertanyaan yang diajukan olehnya, “Apa harapan Anda untuk perkampungan Anda 20 tahun dari sekarang? Apa pula harapan bagi Anda sendiri untuk 10 tahun ke depan? Dan Anda berharap anak-anak Anda akan seperti apa 10 tahun berikutnya?” Tujuannya adalah membimbing setiap peserta untuk memvisualisasi cetak biru masa depan dan mempertimbangkan arah jalan yang bisa ditempuh.

Serangkaian diskusi akhirnya membuahkan gagasan seperti apa seharusnya Pinanaman Riverside Classroom. Ada yang menginginkan anak-anak bisa menguasai renang, yang lain berharap siswa dapat belajar mengenali 50 spesies tumbuhan yang berbeda. Bahan pengajaran didiskusikan antara guru dan orang tua, guru kemudian berusaha meningkatkan berbagai keterampilan untuk memperluas visi murid tentang masa depan mereka sendiri. Sesulit apapun mengumpulkan dana, Pinanaman tidak memungut uang sekolah sejak awal; orang tua hanya perlu bergiliran menyiapkan makanan untuk siswa, dan ini tidak dapat diganti dengan membayar uang. “Hal ini agar orang tua dapat menjenguk anak-anak dan meningkatkan interaksi mereka dengan guru saat mengantarkan makanan,” jelas Mayaw.

 

Merangkul Dunia Dengan Percaya Diri

Pinanaman tidak hanya menarik perhatian orang tua murid suku adat asli, tetapi ada anak-anak etnis Han dari Taitung. Orang tuanya sudah berpengalaman belasan tahun dalam hal pendidikan eksperimental, demi mencari taman kanak-kanak yang bisa membantu anaknya untuk tumbuh berkembang dengan bebas, mereka menelusuri pegunungan dan pesisir Taitung untuk mencari sekolah paling ideal, dan akhirnya memilih Pinanaman. “Suku adat asli menjalin hubungan akrab dengan alam, hal ini bisa membantu anak untuk terhubung dengan tanah air. Saya harap bisa mempreservasi sifat liar anak,” jelas mereka.

Ketika seorang tetua dalam perkampungan meninggal, siswa Pinanaman menyanyikan lagu belasungkawa di pemakaman. Mereka menyapu bersih jalan di luar sekolah, berinteraksi dengan baik bersama warga komunitas. Jika teman sekelas absen selama beberapa hari, mereka berinisiatif membuat kue dan mengunjunginya. Detail-detail dalam kehidupan seperti itu mencerminkan semangat suku Amis “saling membantu, peduli dan berbagi” yang selalu ditekankan di Pinanaman.

Masa depan yang dibayangkan Mayaw adalah semua anak suku adat asli dapat mengatakan siapa mereka, dapat menceritakan sejarah komunitas mereka, dan tahu ke mana mereka ingin melangkah di masa depan.

 

MORE

Pendidikan Dalam Bahasa Amis: Sekolah Komunitas Tamorak dan Pinanaman