Kembali ke konten utama
Wakil Menlu Lee Chun Hadiri Bratislava Forum, Dorong Komunitas Demokrasi Bekerja Sama Hentikan Ekspansi Otoritarianisme
New Southbound Policy。Lee Chun lebih lanjut menjelaskan banyak rekan-rekan internasional yang meyakini bahwa invasi Rusia ke Ukraina adalah akibat dari sikap acuh tak acuh yang telah lama diperlihatkan oleh komunitas internasional. Dunia harus memetik pelajaran, dan satu-satunya cara untuk mencegah agresi militer rezim otoriter Tiongkok terhadap Taiwan adalah dengan menunjukkan tekad dan persatuan oleh komunitas internasional.
Lee Chun lebih lanjut menjelaskan banyak rekan-rekan internasional yang meyakini bahwa invasi Rusia ke Ukraina adalah akibat dari sikap acuh tak acuh yang telah lama diperlihatkan oleh komunitas internasional. Dunia harus memetik pelajaran, dan satu-satunya cara untuk mencegah agresi militer rezim otoriter Tiongkok terhadap Taiwan adalah dengan menunjukkan tekad dan persatuan oleh komunitas internasional.

Pada tanggal 30 Mei 2023 Wakil Menteri Luar Negeri, Lee Chun, menghadiri Forum Bratislava ke-18 yang diselenggarakan oleh GLOBSEC, sebuah wadah pemikir (think tank) terkemuka di kawasan Eropa Tengah dan Timur.
 
Kegiatan tersebut mengangkat tema “Dukungan Berkelanjutan untuk Ukraina”, dan dihadiri oleh perwakilan dari 60 negara, termasuk Presiden Prancis Emmanuel Macron, Presiden Slovakia Zuzana Čaputová, Perdana Menteri Republik Ceko Petr Fiala, Perdana Menteri Lithuania Ingrida Šimonytė, Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen, dan Ketua Parlemen Eropa Roberta Metsola.
  
Dalam forum tersebut, Wakil Menteri Luar Negeri, Lee Chun, berpartisipasi dalam diskusi dan menyampaikan pidato berjudul "Ukraina dan Taiwan: Mengapa Persatuan Global Penting", serta menjelaskan posisi Taiwan dalam konflik Rusia-Ukraina dan isu Selat Taiwan.
  
Lee Chun menjelaskan bahwa masyarakat Taiwan sangat peduli terhadap Ukraina. Taiwan memberikan penghormatan kepada Ukraina karena mereka berperang bukan hanya demi tanah air, tetapi juga demi Taiwan dan dunia yang demokratis.
 
Setelah Rusia menginvasi Ukraina, kesadaran komunitas internasional terhadap risiko yang dihadapi Taiwan terus meningkat. Pernyataan resmi dari Pertemuan Tingkat Tinggi negara-negara G7 yang dirilis dua minggu lalu dengan tegas menentang segala bentuk tindakan militer sepihak untuk mengubah status quo di Selat Taiwan. Apabila komunitas demokrasi bersatu, maka kekuatan untuk menghentikan tindakan agresif militer Tiongkok akan semakin besar.
  
Lee Chun lebih lanjut menjelaskan banyak rekan-rekan internasional yang meyakini bahwa invasi Rusia ke Ukraina adalah akibat dari sikap acuh tak acuh yang telah lama diperlihatkan oleh komunitas internasional. Dunia harus memetik pelajaran, dan satu-satunya cara untuk mencegah agresi militer rezim otoriter Tiongkok terhadap Taiwan adalah dengan menunjukkan tekad dan persatuan oleh komunitas internasional.
 
Di sisi lain, Taiwan sepenuhnya menyadari bahwa melindungi gaya hidup demokrasi dan kebebasan adalah misi yang harus dilaksanakan, dan Taiwan juga secara aktif bersiap diri di bidang pertahanan, menunjukkan semangat, kemampuan, dan tekad yang kuat.
  
Tiongkok terus menghalangi Taiwan untuk berpartisipasi dalam organisasi PBB, meningkatkan intensitas perang kognitif terhadap Taiwan, dan bahkan berupaya untuk mempengaruhi pemilihan umum di Taiwan. Namun, Tiongkok tidak dapat mempengaruhi situasi politik dan ekonomi Taiwan.
 
Lee Chun mengimbau negara-negara sehaluan untuk tidak membiarkan Beijing mendikte “Kebijakan Satu Tiongkok" yang dimiliki masing-masing negara. Lee Chun juga menyeru berbagai negara untuk mempererat kerja sama dengan Taiwan demi membangun jaringan demokrasi yang kuat dan tangguh di tingkat global.