Kembali ke konten utama
Halo! Manila Kecil di Taipei Bukalah Pintu Penghubung ke Filipina
2023-09-18

Arus manusia di Manila Kecil pada akhir pekan bernuansa khas Asia Tenggara

Arus manusia di Manila Kecil pada akhir pekan bernuansa khas Asia Tenggara
 

Suatu pagi dengan pancaran hangat sinar mentari dan pepohonan rindang di jalan Zhongshan South Road section 3, bermunculan kelompok-kelompok wajah asing dengan dandanan cerah berkilau, dari mulut mereka terdengar Bahasa Tagalog dan Inggris, masih ada toko dan stan yang menjajakan produk dan kudapan dari Asia Tenggara yang jarang ditemukan membuat suasana menjadi hangat dan santai.

 

Ini adalah “Manila Kecil di Taipei”, yang berlokasi di Zhongshan North Road section 3, antara Minzhu East Road, Jalan NongAn dan Jalan Dehui. Objek yang terkenal di kawasan ini seperti Gereja Katolik Santo Christopher, King Wan Wan Shop Mall, juga ada dua toko wara laba besar yaitu EEC dan RJ Supermart, total ada lebih dari seratus toko dan restoran Filipina berkumpul di sini.

Untuk lebih mendalami, kami secara khusus mengundang seorang imigran baru asal Filipina Gen Huang untuk menunjukkan jalan. Gen Huang adalah pendiri media sosial “Hello PhilTai” yang datang dan tinggal di Taiwan hampir 16 tahun, ia aktif dalam komunitas Filipina di Taiwan dan cukup akrab dengan jalan-jalan di Manila Kecil.
 

Gen Huang yang datang dan hidup di Taiwan hampir 16 tahun aktif dalam media sosial. Di sebuah restoran Filipina dia berbagi es campur “Halo-halo” yang merupakan salah satu makanan kecil terkenal di Filipina

Gen Huang yang datang dan hidup di Taiwan hampir 16 tahun aktif dalam media sosial. Di sebuah restoran Filipina dia berbagi es campur “Halo-halo” yang merupakan salah satu makanan kecil terkenal di Filipina
 

Menilik Orang Filipina di Taiwan Dari Stasiun Yuanshan

Guna membantu kami mengenal Manila Kecil dari sudut pandang orang Filipina, Gen Huang dan kami bertemu di sekitar stasiun MRT Yuanshan. Gen Huang menjelaskan bahwa tempat ini memiliki banyak makna bagi orang Filipina yang berada di Taiwan.

“Orang Filipina di Taiwan dapat dibagi menjadi beberapa kategori besar, ada yang sebagai turis, pekerja migran, pekerja profesional kerah putih, juga ada Tionghoa Perantau atau imigran baru Filipina yang menikah dengan warga Taiwan, serta orang Filipina yang menikah dengan Tionghoa Perantau Filipina dan lainnya” demikian penjelasannya.

Stasiun MRT Yuanshan adalah tempat berkumpulnya orang Filipina sebelum menuju ke Manila Kecil, juga menjadi tempat simpangan transportasi bagi wisatawan Filipina yang datang ke Taiwan untuk menuju ke Grand Hotel.

Kami perlahan-lahan bergerak dari stasiun MRT, memasuki Taman Expo Flora yang padat dengan orang, di tengah taman terdapat pujasera “Maji Maji”, yang bahkan sempat menjual hidangan Filipina. Di sisi lainnya “Butterfly Pavilion”, yang pernah dikunjungi mantan Presiden Filipina Rodrigo Duterte pada tahun 2016, sehingga menjadi terkenal di komunitas orang Filipina, selain itu ruang terbuka yang dapat menjadi tempat berteduh dari teriknya sinar matahari dan siraman air hujan, menjadikannya sebagai tempat berkumpul untuk berpiknik, berlatih menari dan tempat bersinggah bagi orang Filipina.

Gen Huang menunjuk restoran Hai Pa Wang yang berada di samping Butterfly Pavilion, “Ini juga menjadi pilihan utama dari kebanyakan Tionghoa Perantau Filipina untuk melangsungkan pesta pernikahannya!” tutur Gen Huang yang pernah menjadi master ceremony pesta pernikahan.
 

Semua nama-nama toko terpasang pada tembok King Wan Wan Shop Mall. Bagaimana orang Filipina menentukan pilihan tempat berbelanja? Umumnya mereka akan mempertimbangkan rekomendasi dari media sosial.

Semua nama-nama toko terpasang pada tembok King Wan Wan Shop Mall. Bagaimana orang Filipina menentukan pilihan tempat berbelanja? Umumnya mereka akan mempertimbangkan rekomendasi dari media sosial.
 

Kembali ke Benak Sanubari Pelancong

Sampailah kami di pusat keramaian ── Gereja St. Christopher yang posisinya di seberang Universitas Datong. Sebagai pusat religious orang Filipina di Taiwan, sebutan “Santo Christopher” tidak saja sebagai nama tetapi juga realita. Mengapa dikatakan demikian? Kebanyakan agama dan kepercayaan pasti memiliki sosok suci pelindung para pelancong, dalam kepercayaan masyarakat Taiwan yang terkenal adalah Dewi Mazu, sedangkan dalam penganut Katolik “Santo Christopher” sebagai santo pelindung para pelancong.

Menilik dari gereja-gereja Katolik yang ada di pelosok Taiwan, hanya Gereja Katolik Santo Christopher yang menyelenggarakan banyak misa. Setiap hari Minggu dari mulai dari pukul 9 pagi hingga pukul 6 sore, dari satu misa ke misa berikutnya hanya berselang satu setengah jam, terdapat 10 orang Imam Katolik (Romo) yang tinggal di gereja ini terdapat pula Romo yang berasal dari Filipina, Vietnam dan Indonesia, maka dari itu, selain ada misa dalam Bahasa Inggris, juga menyediakan misa dalam Bahasa Tagalog (salah satu bahasa utama di Filipina), Bahasa Vietnam dan bahasa-bahasa lainnya.

Ini yang juga membuat perputaran orang dalam gereja Katolik tidak terhenti di setiap hari Minggu, selain orang Filipina juga tidak sedikit terlihat wajah-wajah barat. Sekretaris Gereja Katolik Santo Christopher, Gemma P. Huang mengatakan, “Karena banyaknya misa yang diselenggarakan, maka bagi pekerja migran dan pelancong yang merasa waktu sangat berharga, akan merasa praktis sekali.” Berdasarkan hasil pendataan, lebih dari 3 ribu orang penganut yang datang dalam satu harian pada hari Minggu, “Terutama pada minggu pertama dan kedua setiap bulannya, di mana baru mendapatkan gaji, jumlah orang yang datang paling banyak, karena banyak pekerja migran yang harus mampir ke toko-toko yang ada di sekitar sini untuk mengirimkan uang, dan sekalian ke gereja, bahkan meski bukan penganut agama Katolik juga datang untuk menemani sahabatnya.” demikian pengamatan dari Gemma P. Huang.

Meskipun tidak mengikuti misa, di luar gereja juga ada tempat sembahyang yang terbuka 24 jam, sehingga umat dapat dengan bebas dan kapan saja menyalakan lilin yang disediakan dan memanjatkan doa permohonan berkat.

Selain pelayanan keagamaan, gereja Santo Christopher juga membuka dapur dan ruang-ruang lainnya dalam gereja untuk digunakan oleh umatnya. Gemma P. Huang memperkenalkan, penganut dibagi atas 17 kelompok berdasarkan latar belakang dan status mereka, ada pekerja pabrik, perawat, imigran baru, Tionghoa Perantau, bahkan ada orang Vietnam dan lainnya. Naik ke lantai dua ke kapel gereja, terlihat kelompok lainnya tengah belajar di ruang kelas, atau sedang mengadakan pesta ulang tahun temannya. Tidak diragukan lagi, gereja Katolik Santo Christopher telah memberikan perhatian penuh kepada “Orang Asing” dari segi rohani hingga materi.
 

Penganut Katolik orang Filipina beribadah di gereja Santo Christopher, mengikuti misa dalam Bahasa Tagalog.

Penganut Katolik orang Filipina beribadah di gereja Santo Christopher, mengikuti misa dalam Bahasa Tagalog.
 

King Wan Wan Shop Mall, Rumah Orang Filipina

Meninggalkan gereja Santo Christopher, menelusuri Zhongshan north road mengarah ke selatan, dapat ditemukan dua toko wara laba Asia Tenggara yaitu EEC dan RJ Supermart. Di dalamnya menjual produk-produk dan makanan Asia Tenggara yang akrab di mata orang Filipina, atau skala besar produk buah tangan populer, karena lengkapnya produk yang disediakan sehingga toko selalu dipadati orang.

Sedangkan King Wan Wan Shop Mall yang diapit di antara apartemen tempat tinggal dan gedung komersial, Gen Huang menyebut tempat ini “Seperti pulang ke rumah saja”. Dibangun pada era tahun 1970 an, King Wan Wan Shop Mall sempat terkenal sebagai penjual produk impor, pada masa ekonomi melesu dan bangunan dikosongkan begitu saja, sejak awal lokasi ini dibidik oleh Tionghoa Perantau dari Filipina dan mulai membuka usaha kecil-kecilan.

Menginjakkan kaki ke kawasan bisnis berlantai dua, terlihat barang-barang yang dipajang memadati rak-rak, dari yang datar hingga tiga dimensi. Lantai satu lebih dikhususkan untuk produk komunikasi telepon genggam, pakaian, bahkan perhiasan, “Orang Filipina pada umumnya percaya bahwa emas memiliki nilai simpan, jadi mereka juga suka membelinya.” Jelas Gen Huang. Pada lantai dua terdapat restoran prasmanan yang menyajikan masakan Filipina, juga menjual produk makanan jadi, produk makanan, pakaian, mainan dan produk lainnya, tidak sedikit juga salon kecantikan serta lainnya.

Yang paling menarik adalah, karena barang-barang yang dijual di toko-toko hampir serupa satu sama lain, sekilas pandang terlihat sama, memasuki King Wan Wan Mall layaknya seperti memasuki sebuah labirin kecil. Namun orang Filipina yang datang ke sini akan memiliki toko tertentu yang biasanya mereka kunjungi berdasarkan saran dari jaringan internet atau keluarga dan teman, mereka sudah mengenal dan dapat langsung menghampiri tempat favorit mereka, selain menghabiskan uang, yang lebih penting mereka juga mengobrol dengan orang lain dari daerah asalnya sendiri, sehingga ruang tersebut memiliki suasana yang hidup dan ramah. Pada titik ini kami tiba-tiba mengerti apa yang dimaksud Gen Huang ketika dia berbicara tentang King Wan Wan Mall “seperti pulang ke rumah”, karena di sini menjadi tempat yang nyaman bagi orang Filipina.

 

MORE

Halo! Manila Kecil di Taipei Bukalah Pintu Penghubung ke Filipina