Kembali ke konten utama
Wamenlu Lee Chun Dorong Kerja Sama Taiwan-Jerman untuk Mengentaskan Risiko yang Ditimbulkan Tiongkok
New Southbound Policy。Jika perang sampai terjadi di Selat Taiwan, dampaknya akan lebih serius dan berkepanjangan daripada perang Rusia-Ukraina. Negara-negara Eropa, termasuk Jerman, harus menentang ancaman Tiongkok terhadap Taiwan dan memperkuat hubungan bilateral dalam konteks
Jika perang sampai terjadi di Selat Taiwan, dampaknya akan lebih serius dan berkepanjangan daripada perang Rusia-Ukraina. Negara-negara Eropa, termasuk Jerman, harus menentang ancaman Tiongkok terhadap Taiwan dan memperkuat hubungan bilateral dalam konteks "mengurangi risiko" di bidang keamanan, untuk bersama-sama menekan Tiongkok bertindak lebih jauh.

Pada tanggal 13 November 2023 Wakil Menteri Luar Negeri Lee Chun berpartisipasi secara virtual dalam “Seminar Taiwan Berlin ke-2” atas undangan Ketua “Delegasi untuk Hubungan dengan Tiongkok" dan Anggota Parlemen Eropa, Reinhard Bütikofer.  
 
Wamenlu Lee Chun menyampaikan pidato berjudul "Satu Hari Sebelum Pemilu Taiwan: Situasi Selat Taiwan dan Masa Depan Hubungan Kemitraan Taiwan-Eropa untuk Mengentaskan Risiko". Lee Chun menyatakan bahwa pemilihan presiden Taiwan mencerminkan vitalitas demokrasi dan penghargaan masyarakat Taiwan terhadap demokrasi yang diperoleh dengan perjuangan.
 
Namun, Tiongkok dengan segala cara berupaya untuk mengganggu proses pemilu, termasuk melalui ancaman militer dan ekonomi, penyebaran disinformasi, manipulasi jajak pendapat, bahkan memanipulasi kegiatan perjudian ilegal. Wamenlu Lee Chun menyarankan bahwa dari apa yang terlihat Tiongkok sangat berminat dengan pemilihan umum. Oleh karena itu, tidak ada salahnya jika Tiongkok juga mempertimbangkan untuk mengadakan pemilihan umum demokratis.
 
Wamenlu Lee Chun menekankan bahwa isu Selat Taiwan adalah perhatian utama bagi masyarakat Taiwan. Meskipun berbagai partai politik memiliki pandangan yang berbeda, masyarakat Taiwan memiliki satu konsensus, yaitu mempertahankan status quo, menentang "prinsip satu Tiongkok" dan  "satu negara, dua sistem".
 
Tiongkok berupaya untuk mengubah status quo, termasuk melalui pengiriman kapal dan pesawat militer memasuki wilayah identifikasi pertahanan udara Taiwan (ADIZ) tanpa izin serta melintasi garis tengah di Selat Taiwan, untuk menciptakan kecemasan dan ketegangan dalam masyarakat Taiwan, serta menciptakan kesan bahwa pemilu yang akan berlangsung tahun depan adalah pilihan mengenai “peperangan atau perdamaian”. Tidak hanya demikian, Tiongkok juga mengancam negara-negara lain yang mendukung Taiwan untuk menciptakan “Chilling Effect” dalam komunitas internasional.
 
Tiongkok menghalang-halangi partisipasi internasional Taiwan, dan secara sengaja meningkatkan ancaman hibrida menjelang pemilu. Taiwan telah meningkatkan pertahanan nasional, anggaran pertahanan, kemampuan perang asimetris, dan ketahanan masyarakat untuk menghadapi sepak terjang Tiongkok. Wamenlu Lee Chun menegaskan bahwa Taiwan tidak memprovokasi, berupaya untuk menghindari perang, dan melindungi perdamaian.
 
Jika perang sampai terjadi di Selat Taiwan, dampaknya akan lebih serius dan berkepanjangan daripada perang Rusia-Ukraina. Negara-negara Eropa, termasuk Jerman, harus menentang ancaman Tiongkok terhadap Taiwan dan memperkuat hubungan bilateral dalam konteks "mengurangi risiko" di bidang keamanan, untuk bersama-sama menekan Tiongkok bertindak lebih jauh.
 
Dalam konteks "pengentasan risiko" di bidang ekonomi, Lee Chun menyarankan agar Taiwan dan Jerman mengurangi ketergantungan ekonomi terhadap Tiongkok. Keputusan Taiwan Semiconductor Manufacturing Company (TSMC) untuk membangun pabrik di Jerman adalah langkah positif dalam mengamankan rantai pasokan semikonduktor antara Taiwan dan Jerman. Lee Chun menyambut baik perluasan kerja sama dan dialog dalam berbagai bidang, termasuk komunikasi internet, teknologi, dan kesehatan.
 
Pada akhir pidato, Wamenlu Lee Chun mendorong berbagai negara untuk menetapkan "Strategi Taiwan" atau "Kebijakan Taiwan", memilih Taiwan sebagai mitra kerja sama di kawasan Asia-Pasifik, bersama-sama mencapai target "pengentasan risiko" yang ditimbulkan Tiongkok baik dalam bidang keamanan maupun ekonomi.