UNFCCC COP29 melaksanakan segmen Pertemuan Tingkat Tinggi kedua pada tanggal 19-20 November 2024. Dalam pertemuan tersebut, 7 negara sahabat Taiwan, termasuk Presiden Palau Surangel Whipps Jr.; Menteri Pembangunan Berkelanjutan, Lingkungan, Aksi Iklim, dan Pemberdayaan Distrik Saint Kitts dan Nevis, Dr. Joyelle Trizia Clarke; Menteri Pariwisata, Penerbangan Sipil, Pembangunan Berkelanjutan, dan Kebudayaan Saint Vincent dan Grenadines, Carlos James; Wakil Menteri Sumber Daya Alam dan Perubahan Iklim Guatemala, Edwin J. Castellanos; Wakil Menteri Pembangunan Berkelanjutan dan Perubahan Iklim Belize, Dr. Kenrick Williams; Wakil Menteri Pendidikan, Pembangunan Berkelanjutan, dan Inovasi Saint Lucia, Dr. Pauline Antoine-Prospere; serta Direktur Jenderal Air Minum Haiti, Guito Edouard, dengan tegas menyuarakan dukungan mereka bagi Taiwan.
Selain itu, Paraguay juga memberikan dukungan melalui pernyataan tertulis, menegaskan pentingnya partisipasi Taiwan dalam mekanisme tata kelola iklim internasional.
Presiden Palau Surangel Whipps Jr. menyampaikan, "Semua negara harus menjadi bagian dari solusi iklim. Upaya Taiwan dalam aksi iklim global dan kontribusi terhadap hasil Perjanjian Paris harus diakui. Dengan mengakui peran Taiwan, barulah kita dapat memahami sepenuhnya hasil upaya kolektif kita. Penduduk Taiwan yang berjumlah 23 juta orang harus dilibatkan dalam upaya mengatasi krisis iklim. Kami siap bekerja sama dengan semua negara."
Menteri Pembangunan Berkelanjutan, Lingkungan, Aksi Iklim, dan Pemberdayaan Distrik Saint Kitts dan Nevis, Dr. Joyelle Trizia Clarke menegaskan sebagai negara pulau yang juga berada di garis depan pembangunan berkelanjutan dan ketahanan, Taiwan adalah mitra yang memberikan banyak pelajaran dan peluang kerja sama. Tidak ada seorang pun yang boleh ditinggalkan, termasuk ROC (Taiwan). Pengalaman dan keahlian Taiwan harus menjadi bagian dari agenda inklusif yang berfokus pada keberlangsungan hidup manusia, bukan pada marginalisasi.
Menteri Pariwisata, Penerbangan Sipil, Pembangunan Berkelanjutan, dan Kebudayaan Saint Vincent dan Grenadines, Carlos James menegaskan pentingnya mewujudkan prioritas yang telah ditetapkan bersama dalam kerangka kerja multilateral yang efektif. Ia menekankan bahwa semua negara yang sangat terdampak, khususnya Taiwan, harus memiliki tempat di meja perundingan.
Wakil Menteri Sumber Daya Alam dan Perubahan Iklim Guatemala, Edwin J. Castellanos menyoroti pentingnya mengakui upaya dan kontribusi mitra internasional, termasuk pemerintah Taiwan, melalui kerja sama bilateral dan multilateral. Guatemala menegaskan kembali komitmennya untuk mencapai masa depan yang adil dan berkelanjutan bagi semua, tanpa meninggalkan siapa pun.
Wakil Menteri Pembangunan Berkelanjutan dan Perubahan Iklim Belize, Dr. Kenrick Williams menyatakan Prinsip UNFCCC dan Perjanjian Paris menekankan pentingnya partisipasi global yang luas untuk mengatasi perubahan iklim secara efektif. Mengecualikan Taiwan, yang merupakan ekonomi terbesar ke-21 di dunia dengan keahlian dan sumber daya yang melimpah, bertentangan dengan prinsip tersebut dan melemahkan upaya kolektif. Belize menyeru komunitas internasional untuk melampaui batasan-batasan politik dan mendukung partisipasi Taiwan secara damai, realistis, dan bermakna demi mencapai visi masa depan yang tahan terhadap perubahan iklim.
Direktur Jenderal Air Minum Haiti, Guito Edouard menekankan bahwa pemerintah Haiti mendukung pendekatan inklusif seperti yang dianjurkan oleh Ketua COP29. Pemerintah Haiti mendukung pelaksanaan berbagai upaya dan pengambilan langkah-langkah terkait agar ROC (Taiwan) dapat berkontribusi, seperti negara lainnya, terhadap UNFCCC dan Perjanjian Paris. Haiti mendukung partisipasi Taiwan secara profesional, realistis, dan konstruktif dalam COP29 dan konferensi terkait di masa mendatang, untuk memperkuat aksi iklim global demi dunia yang lebih hijau dan netral karbon.