Kembali ke konten utama
MOE Terapkan Program Pendidikan Estetika Lintas Disiplin, Buka Wawasan Siswa tentang Konsep Daur Ulang
2025-04-23
New Southbound Policy。Proyek ini berfokus pada isu pencemaran laut dan pemanfaatan kembali sumber daya, dengan menggabungkan unsur matematika, kelautan, dan studi terpadu. Prakarsa ini bertujuan untuk menumbuhkan kesadaran siswa akan permasalahan sampah laut serta mengaktualisasikan semangat keberlanjutan melalui transformasi limbah menjadi karya estetika.
Proyek ini berfokus pada isu pencemaran laut dan pemanfaatan kembali sumber daya, dengan menggabungkan unsur matematika, kelautan, dan studi terpadu. Prakarsa ini bertujuan untuk menumbuhkan kesadaran siswa akan permasalahan sampah laut serta mengaktualisasikan semangat keberlanjutan melalui transformasi limbah menjadi karya estetika.

Sejak tahun 2014 Kementerian Pendidikan (MOE) telah meluncurkan Program Kepemimpinan Unggul dalam Pendidikan Estetika Lintas Disiplin, yang bertujuan untuk menumbuhkan apresiasi estetika dan pembelajaran lintas disiplin di kalangan pelajar.
 
Dengan mengintegrasikan seni ke dalam berbagai mata pelajaran melalui desain kurikulum kreatif, program ini mendorong siswa untuk menerapkan keindahan dalam kehidupan sehari-hari dalam proses kreatif.
 
Menjelang peringatan Hari Bumi yang jatuh pada tanggal 22 April, isu lingkungan semakin menjadi sorotan, dan dunia pendidikan mulai mengintegrasikan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) ke dalam praktik pengajaran. Siswa diajak untuk berpartisipasi dalam aksi lingkungan melalui pendekatan kreatif, untuk merasakan pentingnya keberadaan alam.
  
Sekolah Dasar Dongju di Kabupaten Lienchiang mengembangkan kurikulum tiga tahap bertajuk “Sampah Laut yang Tak Sia-Sia: Mari Anyam, Mari Duduk, Mari Minum Teh”. 
 
Proyek ini berfokus pada isu pencemaran laut dan pemanfaatan kembali sumber daya, dengan menggabungkan unsur matematika, kelautan, dan studi terpadu. Prakarsa ini bertujuan untuk menumbuhkan kesadaran siswa akan permasalahan sampah laut serta mengaktualisasikan semangat keberlanjutan melalui transformasi limbah menjadi karya estetika.
  
Proyek dimulai dengan kegiatan mengumpulkan sampah laut seperti jaring ikan, pelampung, dan kardus. Setelah dibersihkan, diurai, dan diklasifikasikan, benda-benda ini diolah menjadi bahan kreatif yang dapat digunakan kembali.
 
Dengan keterlibatan langsung dalam proses pengumpulan, perancangan, hingga produksi, para siswa didorong untuk mendefinisikan ulang konsep “benda tak berguna” dan membuka wawasan baru tentang konsep daur ulang sumber daya. 
 
Kementerian Pendidikan (MOE) menjelaskan isu lingkungan tidak hanya relevan dalam bidang ilmu alam, tetapi juga merupakan inti dari seni dan perhatian utama generasi masa kini. Melalui pelaksanaan kurikulum estetika lintas disiplin, siswa diarahkan untuk menginternalisasi target SDGs seperti konsumsi, dan produksi yang bertanggung jawab, serta aksi terhadap perubahan iklim menjadi pendorong tindakan nyata.
 
Dengan demikian, anak-anak tak hanya memahami lingkungan alam di sekitar mereka, tetapi juga belajar untuk mengubah dunia dengan tangan mereka sendiri.