Kembali ke konten utama
Pemutaran Karya Pemenang Penghargaan Film Hak Asasi Manusia, Perlihatkan Kepedulian terhadap Isu HAM melalui Layar Perak
2025-12-23
New Southbound Policy。Sebanyak enam karya pemenang menerima piagam dan hadiah uang tunai. Melalui inisiatif ini, diharapkan semakin banyak insan perfilman terdorong untuk berkarya di bidang film HAM, memperkaya wacana dan kedalaman isu hak asasi manusia, serta melalui rangkaian kegiatan pemutaran dan promosi ini, semakin banyak penonton dapat menyaksikan capaian unggul Taiwan dalam kreasi film bertema HAM.
Sebanyak enam karya pemenang menerima piagam dan hadiah uang tunai. Melalui inisiatif ini, diharapkan semakin banyak insan perfilman terdorong untuk berkarya di bidang film HAM, memperkaya wacana dan kedalaman isu hak asasi manusia, serta melalui rangkaian kegiatan pemutaran dan promosi ini, semakin banyak penonton dapat menyaksikan capaian unggul Taiwan dalam kreasi film bertema HAM.

Museum Nasional Hak Asasi Manusia menggelar acara penutupan rangkaian pemutaran film HAM melalui kegiatan bertajuk “Era Putih yang Kehilangan Bahasa”, Minggu, 21 Desember 2025.
 
Dalam kegiatan tersebut ditayangkan karya peraih Juara Pertama dan Penghargaan Pilihan pada kategori Sosial dalam ajang “Penghargaan Film Hak Asasi Manusia” 2025, yaitu film Wu Hua Rou karya sutradara Sui Shu-fen, serta Xun Bao de Ren (Para Pencari Harta) yang diproduksi bersama oleh Chiang Huan-min dan Sun Hsiao-tung.
 
Acara dilanjutkan dengan diskusi pascapemutaran yang menghadirkan para sutradara untuk berbagi inspirasi kreatif dan kisah di balik layar. Tokoh utama film Para Pencari Harta, Mei Ting-yan juga hadir langsung untuk berdialog dengan para penonton.
 
Rangkaian pemutaran film HAM tahun ini terdiri atas tiga sesi, yang menayangkan total enam film peraih Penghargaan. Sesi pertama digelar pada tanggal 7 dengan tema “Pilihan dalam Kehidupan”, menayangkan film dokumenter pendek Ke Mana Perginya Kakak Setelah Meninggal karya sutradara Chen Chun-wei serta film fiksi pendek Rokok Mint yang Dingin garapan Li Chia-hua. Kedua film tersebut mengangkat isu tentang kepergian hidup sebagai titik awal untuk merefleksikan kebebasan beragama, keadilan peradilan, dan martabat kemanusiaan.
 
Pada tahun ini, Museum HAM mentransformasi pameran film HAM menjadi sebuah festival film, sekaligus untuk pertama kalinya menyelenggarakan “Penghargaan Film Hak Asasi Manusia”. Penghargaan ini menghadirkan dua kategori kompetisi utama, yakni Kategori Pemuda dan Kategori Sosial, dengan tujuan menjaring karya-karya film unggulan yang sarat dengan pemikiran hak asasi manusia.
 
Sebanyak enam karya pemenang menerima piagam dan hadiah uang tunai. Melalui inisiatif ini, diharapkan semakin banyak insan perfilman terdorong untuk berkarya di bidang film HAM, memperkaya wacana dan kedalaman isu hak asasi manusia, serta melalui rangkaian kegiatan pemutaran dan promosi ini, semakin banyak penonton dapat menyaksikan capaian unggul Taiwan dalam kreasi film bertema HAM.