Tanggapan yang disampaikan oleh berbagai negara dalam rapat Dewan Eksekutif WHO kali ini menunjukkan kebohongan secara berulang yang disampaikan Tiongkok dan WHO bahwa mereka telah melakukan pertukaran informasi dan bekerja sama dengan Taiwan, adalah hal yang sama sekali tidak dapat diterima. WHO tidak seharusnya tunduk pada manipulasi politik satu negara tertentu, dan merugikan hak kesehatan dan kesejahteraan manusia di seluruh dunia.
Mempertimbangkan tingkat penyebaran virus korona di Tiongkok, serta padatnya lalu lintas antar masyarakat kedua belah pihak, Pusat Komando Epidemi Sentral (CECC) memutuskan bahwa mulai tanggal 7 Februari 2020, warga negara Tiongkok yang berdomisili di Tiongkok tidak diperbolehkan memasuki Taiwan.
Merebaknya penularan virus korona Wuhan di Tiongkok telah membuat pemerintah setempat mengambil langkah menutup lalu lintas di tingkat perkotaan, yang dikhawatirkan dapat memberi dampak terhadap perekonomian. Menindaklanjuti hal tersebut, MOEA akan mengembangkan mekanisme penjaminan usaha dengan mengacu kepada metode penjaminan saat wabah SARS merebak di Taiwan, di antaranya dengan memperpanjang batas waktu pinjaman.
Demi mencegah penyebaran wabah pneumonia Wuhan, serta menjamin keamanan dan kesehatan masyarakat, Taiwan telah mengeluarkan beberapa ketentuan untuk warga negara asing yang pernah memasuki wilayah Tiongkok sebelum tiba di Taiwan.
Pada pertengahan bulan Januari yang lalu, Kapal pesiar “World Dream” pernah membawa tiga orang wisatawan yang terinfeksi virus korona Wuhan, dan kembali ke Tiongkok, selanjutnya kapal pesiar tersebut kembali membawa wisatawan untuk berlabuh di Pelabuhan Kaohsiung. Menindaklanjuti kejadian tersebut, Pusat Komando Epidemi Sentral (CECC) telah mengadakan rapat dengan tim ahli untuk membahas langkah pemeriksaan terhadap kapal pesiar yang berlabuh di wilayah Taiwan.
Pada akhir bulan Januari yang lalu, pemerintah telah mengumumkan tentang pengambilalihan persediaan masker di seluruh Taiwan, dan setiap orang hanya diperbolehkan untuk membeli tiga buah masker per hari dengan harga NT$ 6 per buah. Akan tetapi, dengan kebijakan tersebut masyarakat masih mengalami kesulitan untuk membeli masker. Menindaklanjuti kondisi tersebut, Perdana Menteri Taiwan, Su Tseng-chang, mengumumkan ketentuan baru yang akan mulai diterapkan pada tanggal 6 Februari mendatang.
Pusat Komando Epidemi Sentralt (CECC) telah memutuskan bahwa pembukaan semester baru untuk pelajar tingkat SMA ke bawah akan diundur selama dua minggu, sedangkan pembukaan semester baru di tingkat perguruan tinggi akan dimulai pada tanggal 25 Februari 2020. National Taiwan University (NTU), National Taiwan Normal University (NTNU), dan National Taiwan University of Science and Technology (NTUST) telah mengumumkan akan memulai semester baru pada tanggal 2 Maret 2020.
Pemerintah Italia telah mengumumkan larangan penerbangan untuk maskapai Taiwan mulai tanggal 2 Februari sampai 28 April 2020, meskipun maskapai penerbangan Taiwan tidak memiliki kaitan dengan Tiongkok. Faktor utama yang menyebabkan Pemerintah Italia mengambil kebijakan tersebut adalah laporan WHO 2019 tentang virus korona Wuhan, yang menyebutkan bahwa jumlah penderita pneumonia Wuhan di Tiongkok juga meliputi Hong Kong, Macau, dan Taiwan.
Juru bicara Biro MRT Kota New Taipei mengatakan MRT circular line resmi beroperasi pada tanggal 31 Januari pukul 14.00, dan dapat dipergunakan oleh masyarakat secara gratis selama satu bulan. Waktu operasional dimulai pada pukul 06.00 sampai pukul 00.00 setiap hari. Pada tanggal 1 Maret 2020, MRT circular line akan mulai memberlakukan tarif normal kepada penumpang.
Epidemi Pneumonia Wuhan makin menyebar, dan pemerintah telah mengambil kebijakan pembatasan ekspor masker. Namun, karena sekarang setiap masker dihargai NTD 8, ada masyarakat yang khawatir bahwa harganya akan terus meningkat. Kementerian Perekonomian Taiwan (MOEA) menyatakan pemerintah telah mengambil kebijakan menyeragamkan harga untuk menghindari praktik penggelembungan harga. Per tanggal 1 Februari, harga akan diturunkan menjadi NTD 6 per masker.
