Kembali ke konten utama
Setelah Berjuang 23 Tahun, Taiwan Optimis 2020 Jadi Kawasan Bebas FMD
2019-05-07

Menurut ketentuan OIE, apabila setelah penghentian vaksinasi dilaksanakan selama satu tahun, dan tidak ditemukan kasus FMD hingga bulan Juni 2019, maka Taiwan dapat mengajukan kepada OIE untuk menjadi kawasan bebas FMD tanpa vaksinasi.

Kepala COA, Chen Chi-chung, menghadiri pertemuan di Institut Penelitian Kesehatan Hewan. Menurut ketentuan OIE, apabila setelah penghentian vaksinasi dilaksanakan selama satu tahun, dan tidak ditemukan kasus FMD hingga bulan Juni 2019, maka Taiwan dapat mengajukan kepada OIE untuk menjadi “kawasan bebas FMD tanpa vaksinasi”. (Foto oleh CNA)

 

Taiwan telah melakukan upaya pencegahan wabah penyakit kuku dan mulut (foot and mouth disease, FMD) pada hewan selama 23 tahun. Apabila hingga bulan Juni mendatang tidak terjadi kasus FMD, Dewan Pertanian (COA) akan mengajukan status kawasan bebas FMD kepada OIE (World Organisation for Animal Health). Setelah status tersebut diterima dan diumumkan oleh OIE pada bulan Mei tahun depan, maka Taiwan dan Jepang akan menjadi satu-satunya wilayah di kawasan Asia Timur yang bebas dari FMD.   
 
Pernyataan tersebut disampaikan oleh Kepala COA, Chen Chi-chung, ketika menghadiri pertemuan di Institut Penelitian Kesehatan Hewan pada tanggal 5 Mei 2019.   
 
Saat ini Taiwan memiliki status sebagai “kawasan vaksinasi bebas FMD”, dan untuk menjadi “kawasan bebas FMD tanpa vaksinasi”, COA telah melakukan berbagai persiapan selama dua tahun, untuk memastikan bahwa setiap area telah bebas dari virus. Setelah lingkungan dan kondisi kesehatan hewan di Taiwan dinyatakan stabil, pada tanggal 1 Juli 2018, pemerintah memutuskan untuk menghentikan pemberian vaksinasi.
 
Menurut ketentuan OIE, apabila setelah penghentian vaksinasi dilaksanakan selama satu tahun, dan tidak ditemukan kasus FMD hingga bulan Juni 2019, maka Taiwan dapat mengajukan kepada OIE untuk menjadi “kawasan bebas FMD tanpa vaksinasi”.
 
Kasus FMD pada babi pertama kali muncul di Taiwan pada tahun 1997, dan pada tahun 1999 penyakit tersebut mulai menyebar ke hewan ternak lainnya seperti sapi dan kambing.
 
Chen Chi-chung mengatakan, “Dalam pertemuan hari ini, para ahli memaparkan hasil evaluasi terhadap data pengamatan dan menilai hanya ada beberapa bagian kecil yang masih harus diperhatikan, yaitu hewan ternak sapi dan kambing yang sudah tua, memiliki metabolisme rendah, dan antibodi lemah. Pihak kami akan terus melakukan pengamatan, dan memastikan agar wabah tidak terjadi lagi.”