Kembali ke konten utama
Bento Kereta Api: Nostalgia dalam Aroma Baru
2020-05-11

Restoran Fu Jing bertema KA.

Restoran Fu Jing bertema KA.
 

Perusahaan Kereta Api Taiwan (Taiwan Railways Administration/TRA) menjual makanan tradisional berupa nasi kotak (bento), atau biandang dalam bahasa Mandarin, isi daging iga babi, yang menghadirkan hidangan dengan aroma dan bahan makanan dari setiap daerah di Taiwan; pemilik restoran Fu Jing yang merupakan seorang pecinta Kereta Api (KA) juga menjual nasi kotak di kampung halamannya, dan membangun museum benda-benda KA; sedangkan Satoyama Animal Train mendekatkan diri dengan masyarakat melalui pemandangan alam yang indah. Kereta api memuat berbagai kenangan, angan-angan, kerinduan akan kampung halaman, yang menuturkan segudang cerita indah.

 

Ketika membuka tutup nasi kotak, tercium harumnya lauk daging semerbak, dilengkapi dengan sebutir telur kecap yang menggiurkan, ditambah aroma nasi yang begitu melekat di hati. Aroma nostalgia seperti ini sudah terpatri dalam hati setiap orang Taiwan.

 

Rahasia Kelezatan Bento KA Taiwan

Harga yang sangat terjangkau, jumlah lauk yang lengkap adalah ciri khas bento KA Taiwan. Seperti sekotak bento nasi daging iga seharga NT$60, kotak segi empat berisi lauk daging iga, sebutir telur kecap, sepotong kulit tahu, dan tumis kubis serta nasi putih dalam porsi besar. Merupakan suatu berkah bisa menikmati makanan lezat yang mengenyangkan perut dan murah meriah di tengah melambungnya harga barang di era modern.

Memilih bahan makanan yang segar berkualitas adalah moto KA Taiwan dalam membuat bento yang lezat. Seperti nasinya, pihak KA memilih beras Taiwan kelas satu, pasokan bahan datang setiap hari, begitu pula pada saat tahun baru, semua ini untuk mempertahankan mutu makanan selalu terbuat dari bahan segar. Memasak nasi juga tidak sembarangan, disesuaikan dengan masa panen berasnya, agar bisa tetap mempertahankan tekstur nasi yang prima. Itulah sebabnya, mengapa bento KA Taiwan walau sudah dingin, nasinya tetap pulen dan enak untuk disantap, tanpa mengurangi aroma kelezatan nasi kotaknya.

Daging tulang iganya dimasak dengan cermat, Kepala Chef Restoran TRA Taipei Yu Hsun-an menjelaskan, setiap potong daging iga harus dipukul-pukul dari bagian tengah mengarah ke luar sampai 5-6 kali, agar serat daging iga terputus, kemudian dilanjutkan dengan merendamnya dalam marinade, dipijat-pijat agar meresap, baru digoreng dan terakhir dimasak dalam bumbu kecap. Setiap hari KA Taipei menyediakan 12 ribu porsi daging tulang iga, ada 2 petugas yang khusus memukul-mukul daging iganya, Chef Yu Hsun-an sambil bercanda mengatakan sampai sekarang mereka entah sudah memecahkan berapa banyak talenan.

 

Aroma Baru Nasi Bento Tradisional TRA

Restoran TRA di berbagai daerah juga mengetengahkan versi bento spesial sesuai dengan bahan lokal, misalnya bento dari dapur katering Qidu membuat nasi kotak daging bebek Cherry dari Yilan, lauk lainnya ada kumquat, dadar telur isi lobak asin kering dan daun bawang Sanxing yang terkenal. Tujuan utama membuat nasi kotak dengan bahan lokal adalah untuk mengurangi biaya transportasi dan menonjolkan karakter makanan lokal dari masing-masing daerah. Nasi kotak khas setiap daerah ini tidak dijual di dalam gerbong KA, melainkan harus dibeli di setiap kios penjual bento dalam stasiun kereta api di masing-masing daerah, jumlahnya terbatas, dan biasanya terjual habis dalam waktu sekejap, netizen menjulukinya sebagai “bento tersembunyi”.

Menanggapi aneka pameran dan festival, TRA juga meluncurkan bento edisi terbatas. Seperti Festival Bento KA Formosa ke-5 November tahun lalu, masing-masing daerah memperkenalkan makanan khas lokal, restoran KA Taichung menonjolkan nasi kotak paha ayam bakar rasa Provence Basil, sedangkan Hualien mengetengahkan nasi bento ayam filet bumbu Maqaw merica gunung, semuanya menonjolkan kreativitas para chef dari berbagai daerah, tidak kalah piawainya dengan 20-an penjual Bento KA Jepang yang turut bergabung dalam festival.

Jika Anda ingin mencicipi Bento TRA, selain naik KA, di setiap stasiun kereta api, tersedia kios yang menjual Bento TRA, bahkan ada kios dengan penampilan luar seperti gerbong kereta api.

 

Terowongan Waktu Kereta Api

Naik KA ke Shetou di Changhua, keluar dari stasiun berjalan kaki terus ke depan sekitar 500 meter, akan terlihat lampu sinyal jalan lintas KA, di sisinya adalah sebuah papan petunjuk KA yang bertuliskan nama stasiun “Fu Jing”, dan nama stasiun yang berdekatan “Xingfu” berarti kebahagiaan dan “Ping’an” berarti sejahtera, inilah restoran Fu Jing yang bertema kereta api. Ketika Anda masuk ke restoran melalui sebuah pintu otomatis KA berwarna biru, terpampang di hadapan mata dengan kursi kulit hijau tua, dan di dinding samping ada rak tempat menaruh bagasi, dinding restoran berlukiskan jendela KA dengan pemandangan pepohonan hijau yang rindang, dan lebih unik lagi di setiap tempat duduk ada nomor dan tempat menaruh gelas. Duduk makan di restoran ini membuat kita seolah-olah berada di dalam gerbong KA. Dekorasi yang unik ini adalah kreasi pemiliknya Chen Zhao-qiang pecinta berat KA.

Chen Zhao-qiang berasal dari keluarga pekerja KA, di mana kakek, ayah dan dua pamannya, semua adalah masinis KA, ia sendiri dilahirkan di asrama KA di Ershui Changhua, dibesarkan dalam gaungan suara KA. Bagi Chen Zhao-qiang, jatuh cinta dengan kereta api adalah suatu hal yang wajar seperti bernapas.

Keadaan ini diawali dengan hobi membeli setiap model KA yang dijumpai, kemudian berkembang membeli benda-benda sampingannya seperti botol minuman arak peringatan, tas kerja kondektur, suku cadang KA yang sudah tidak terpakai, semua menjadi koleksi Chen Zhao-qiang.

Berawal dari gagasan menjaga orang tuanya, setelah selesai menunaikan tugas wajib militer, Chen memutuskan untuk berwiraswasta di kampung halamannya, ia membuka restoran bertema KA berdasarkan hobinya, dan juga berkat akumulasi pengalamannya bekerja di restoran di masa sekolah.

 

Impian akan Bento dan Museum

Restoran Fu Jing melayani warga setempat, menjual bento dengan harga ekonomis. Pemilik restoran yang merangkap sebagai Chef, memilih bahan makanan lokal, membuat lauk sampingan yang berbeda setiap hari, dengan lauk utama seperti daging iga, daging kecap, paha ayam, ikan bandeng dan lainnya sebanyak sepuluh lebih menu utama. 

Kalau bersantap di restoran Fu Jing, jangan lewatkan museum KA di lantai dua dan tiga, yang memamerkan hasil koleksi Chen Zhao-qiang selama 30 tahun, di sana ada buku catatan kecil berisi jadwal KA 1960 an, formulir piket masinis, papan kayu bertuliskan slogan KA, pintu pembatas di tempat pengguntingan karcis masuk, bahkan ada denah konstruksi KA di zaman kolonial Jepang. Benda-benda yang menjadi saksi sejarah perkembangan KA Taiwan ini dipamerkan secara gratis oleh Chen untuk setiap pengunjung.

Tidak hanya benda-benda kenangan, Chen Zhao-qiang juga membeli kereta api. Di luar restorannya terdapat mobil inspeksi rel No. 135 milik perusahaan Gula Taiwan, kreasi unik yang direnovasi selama 762 hari dengan memakan biaya sebesar setengah juta dolar Taiwan. Mobil inspeksi rel yang tadinya akan dibebas tugaskan menjadi onggokan besi tua, karena badan mobil berkarat berat, mesinnya rusak, tapi oleh Chen dicarikan pemilik bengkel bernama Zhan Yong-fu yang pandai mereparasi bus pariwisata, bersama-sama mulai merenovasinya dari menghilangkan karatan, menambahi kerangka baru, mengecat kembali dan lain-lainnya, sedikit demi sedikit dirangkai kembali. Berkat pertolongan darurat mereka berdua, akhirnya mobil patroli rel hidup kembali, mobil yang berusia 63 tahun ini masih bisa dikemudikan di pabrik gula Xihu Changhua sebagai alat transportasi para pengunjung. Berkat cerita dari mulut ke mulut, restoran Fu Jing sudah menjadi kawasan wisata yang pasti dikunjungi para wisatawan Jepang ketika datang ke Taiwan.

 

Bersatu dengan Alam

Kereta api telah berperan untuk turut membina hubungan baik antar manusia, juga mempererat jalinan antara manusia  dengan alam.

Satoyama Animal Train adalah kereta komuter hasil kerja sama antara Biro Kehutanan Taiwan dengan TRA, dinding luar gerbong KA diwarnai lukisan hutan sekunder, sungai, sawah tanah basah, pemukiman, 4 ekologi Satoyama, satwa yang hidup di sana dilukiskan dengan jenaka di dinding gerbong, bagaikan menyambut gembira kedatangan para wisatawan.  

Kalau diamati dengan cermat, maka Anda dapat melihat dalam gerbong ada ukiran kucing kuwuk dibuat dari bahan lokal Taiwan yang didudukkan di antara tempat duduk penumpang, kalau menengadah ke atas  ada ukiran burung barbet Taiwan di atas kepala. Gerbong KA yang didekorasi penuh dengan satwa di Satoyama, digunakan bukan pada gerbong KA wisata jalur khusus, melainkan sebagai gerbong komuter sehari-hari, jadi kalau kebetulan naik komuter ini, penumpang akan menemukan kejutan yang penuh kegembiraan.

Satoyama bukanlah nama sebuah tempat, yang dimaksud adalah sebuah gunung rendah, lereng bukit dan dataran, di dalamnya ada hutan sekunder, sungai kecil, persawahan, dan satwa yang hidup di lingkungan ini dinamakan satwa Satoyama. Manusia membangun daerah ini menjadi pemukiman, jalan raya, mengakibatkan habitat satwa terusik dan rusak, membuat mereka tidak bisa bermigrasi, mungkin saja ketika mereka melintasi jalan raya mati terlindas, mungkin juga mereka tewas karena memakan umpan beracun atau pestisida di sawah, oleh karena itu diluncurkanlah proyek Jaringan Penghijauan Nasional.

Dengan membangun jalur lintas koridor khusus bagi satwa berupa hutan buatan yang menghubungkan ekologi sungai di ujung barat ke timur, hasil kerja sama antara Biro kehutanan Taiwan dan instansi lainnya ini juga membangun pagar kawat di pinggir jalan tol, mencegah satwa menyeberang jalan raya, dan memberikan bimbingan pengarahan kepada mereka untuk menyeberang melalui terowongan di bawah tol khusus untuk mereka bermigrasi. Atau juga membimbing para petani untuk bercocok tanam secara organik, yang bisa menyediakan lahan bersahabat bagi satwa-satwa.

Kita bisa mengenal satwa-satwa ini yang hidup bersama kita di atas bumi, melalui film ekologi yang diputar di KA atau melalui QR Code yang tersedia. Seperti kata penulis Liu Ka-shiang dalam film promosi Festival Bento KA Formosa ke-5, jika naik KA ia pasti membawa bento KA, lalu makan sambil menikmati pemandangan alam, turun di stasiun kecil yang sepi, berjalan-jalan santai, mendaki gunung, menjelajahi alam yang sesungguhnya. Atau menaiki KA Satoyama, menyeruak ke dalam alam, memulai petualangan dalam panorama indah.